JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah diminta waspada dengan pola penyebaran paham ekstremisme di lingkup keluarga. Pengamat intelejen dan terorisme Stanislaus Riyanta berpendapat, pola penyebaran seperti itu dilakukan agar tidak terdeteksi aparat penegak hukum.
"Terjadi perubahan strategi kelompok radikal yang sebelumnya bergerak dalam kelompok, beradaptasi menjadi unit yang lebih kecil termasuk di tingkat keluarga," ujar Riyanta kepada Kompas.com, Kamis (1/4/2021).
Baca juga: Kapolri: Penyerang Mabes Polri ZA Berideologi ISIS
Menurut Riyanta, pola penyebaran paham seperti itu kerap dilakukan oleh jaringan terorisme yang berafiliasi pada Negara Islam di Irak dan Suriah atau Islamic State of Iraq and Suriah (ISIS).
Selain menyebarkan paham radikalisme dalam keluarga, kelompok ini juga tak segan merekrut anak-anak dan perempuan untuk melancarkan aksinya.
"Salah satu aksi teroris dari kelompok yang berafiliasi dengan ISIS adalah melibatkan perempuan dan anak-anak pada aksinya, meskipun itu keluarga dari pelaku," ungkapnya.
Baca juga: Pelaku Penyerangan di Mabes Polri Sempat Unggah Foto Bendera ISIS di Instagram
Riyanta menjelaskan, pola penyebaran ekstremisme di lingkup keluarga biasanya memanfaatkan media sosial.
Hal ini menyebabkan munculnya pelaku teror tunggal atau lone wolf.
"Lone wolf memang terpapar radikal secara mandiri, atau swa-radikalisasi. Aksinya serampangan karena tidak terlatih dan bergerak sendiri," katanya.
Pelaku teror tunggal, kata Riyanto, tidak jarang berusia muda.
Ia menuturkan, generasi muda rawan terpapar paham ekstremisme yang berujung pada terorisme, karena berada pada fase pencarian jati diri dan eksistensi.
Baca juga: Kapolri Ungkap Kronologi Penyerangan di Mabes Polri
Fase tersebut yang kerap dimanfaatkan kelompok tertentu untuk memengaruhi pelaku.
"Mereka kemudian mendapat sesuatu yang baru dari propaganda kelompok radikal," imbuh dia.
Fenomena teror yang dilakukan oleh pelaku berusia muda belakangan terjadi di Indonesia.
Pelaku berinisial L berusia 26 tahun dan istrinya, YSR, menjadi pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, Minggu (28/3/2021) pagi.
Kemudian, perempuan berinisial ZA menjadi pelaku penyerangan di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (31/3/2021). ZA diketahui berusia 25 tahun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.