Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Diminta Waspadai Pola Penyebaran Ekstremisme di Lingkup Keluarga

Kompas.com - 01/04/2021, 14:00 WIB
Tatang Guritno,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah diminta waspada dengan pola penyebaran paham ekstremisme di lingkup keluarga. Pengamat intelejen dan terorisme Stanislaus Riyanta berpendapat, pola penyebaran seperti itu dilakukan agar tidak terdeteksi aparat penegak hukum.

"Terjadi perubahan strategi kelompok radikal yang sebelumnya bergerak dalam kelompok, beradaptasi menjadi unit yang lebih kecil termasuk di tingkat keluarga," ujar Riyanta kepada Kompas.com, Kamis (1/4/2021).

Baca juga: Kapolri: Penyerang Mabes Polri ZA Berideologi ISIS

Menurut Riyanta, pola penyebaran paham seperti itu kerap dilakukan oleh jaringan terorisme yang berafiliasi pada Negara Islam di Irak dan Suriah atau Islamic State of Iraq and Suriah (ISIS).

Selain menyebarkan paham radikalisme dalam keluarga, kelompok ini juga tak segan merekrut anak-anak dan perempuan untuk melancarkan aksinya.

"Salah satu aksi teroris dari kelompok yang berafiliasi dengan ISIS adalah melibatkan perempuan dan anak-anak pada aksinya, meskipun itu keluarga dari pelaku," ungkapnya.

Baca juga: Pelaku Penyerangan di Mabes Polri Sempat Unggah Foto Bendera ISIS di Instagram

Riyanta menjelaskan, pola penyebaran ekstremisme di lingkup keluarga biasanya memanfaatkan media sosial.

Hal ini menyebabkan munculnya pelaku teror tunggal atau lone wolf. 

"Lone wolf memang terpapar radikal secara mandiri, atau swa-radikalisasi. Aksinya serampangan karena tidak terlatih dan bergerak sendiri," katanya.

Pelaku teror tunggal, kata Riyanto, tidak jarang berusia muda.

Ia menuturkan, generasi muda rawan terpapar paham ekstremisme yang berujung pada terorisme, karena berada pada fase pencarian jati diri dan eksistensi.

Baca juga: Kapolri Ungkap Kronologi Penyerangan di Mabes Polri

Fase tersebut yang kerap dimanfaatkan kelompok tertentu untuk memengaruhi pelaku.

"Mereka kemudian mendapat sesuatu yang baru dari propaganda kelompok radikal," imbuh dia.

Fenomena teror yang dilakukan oleh pelaku berusia muda belakangan terjadi di Indonesia.

Pelaku berinisial L berusia 26 tahun dan istrinya, YSR, menjadi pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, Minggu (28/3/2021) pagi.

Kemudian, perempuan berinisial ZA menjadi pelaku penyerangan di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (31/3/2021). ZA diketahui berusia 25 tahun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 19 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 19 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Megawati Serahkan ‘Amicus Curiae’  ke MK, Anies: Menggambarkan Situasi Amat Serius

Megawati Serahkan ‘Amicus Curiae’ ke MK, Anies: Menggambarkan Situasi Amat Serius

Nasional
Megawati Ajukan Amicus Curiae, Airlangga: Kita Tunggu Putusan MK

Megawati Ajukan Amicus Curiae, Airlangga: Kita Tunggu Putusan MK

Nasional
Bupati Sidoarjo Tersangka Dugaan Korupsi, Muhaimin: Kita Bersedih, Jadi Pembelajaran

Bupati Sidoarjo Tersangka Dugaan Korupsi, Muhaimin: Kita Bersedih, Jadi Pembelajaran

Nasional
Airlangga Sebut Koalisi Prabowo Akan Berdiskusi terkait PPP yang Siap Gabung

Airlangga Sebut Koalisi Prabowo Akan Berdiskusi terkait PPP yang Siap Gabung

Nasional
Dikunjungi Cak Imin, Anies Mengaku Bahas Proses di MK

Dikunjungi Cak Imin, Anies Mengaku Bahas Proses di MK

Nasional
AMPI Resmi Deklarasi Dukung Airlangga Hartarto Jadi Ketum Golkar Lagi

AMPI Resmi Deklarasi Dukung Airlangga Hartarto Jadi Ketum Golkar Lagi

Nasional
MK Ungkap Baru Kali Ini Banyak Pihak Ajukan Diri sebagai Amicus Curiae

MK Ungkap Baru Kali Ini Banyak Pihak Ajukan Diri sebagai Amicus Curiae

Nasional
Bappilu PPP Sudah Dibubarkan, Nasib Sandiaga Ditentukan lewat Muktamar

Bappilu PPP Sudah Dibubarkan, Nasib Sandiaga Ditentukan lewat Muktamar

Nasional
Yusril Anggap Barang Bukti Beras Prabowo-Gibran di Sidang MK Tak Buktikan Apa-apa

Yusril Anggap Barang Bukti Beras Prabowo-Gibran di Sidang MK Tak Buktikan Apa-apa

Nasional
Panglima TNI Tegaskan Operasi Teritorial Tetap Dilakukan di Papua

Panglima TNI Tegaskan Operasi Teritorial Tetap Dilakukan di Papua

Nasional
TNI Kembali Pakai Istilah OPM, Pengamat: Cenderung Pakai Pendekatan Operasi Militer dalam Mengatasinya

TNI Kembali Pakai Istilah OPM, Pengamat: Cenderung Pakai Pendekatan Operasi Militer dalam Mengatasinya

Nasional
Tim Hukum Ganjar-Mahfud Tetap Beri Angka Nol untuk Perolehan Suara Prabowo-Gibran

Tim Hukum Ganjar-Mahfud Tetap Beri Angka Nol untuk Perolehan Suara Prabowo-Gibran

Nasional
Soal Bantuan Presiden, Kubu Ganjar-Mahfud: Kalau Itu Transparan, kenapa Tak Diumumkan dari Dulu?

Soal Bantuan Presiden, Kubu Ganjar-Mahfud: Kalau Itu Transparan, kenapa Tak Diumumkan dari Dulu?

Nasional
Minta MK Kabulkan Sengketa Hasil Pilpres, Kubu Anies: Kita Tidak Rela Pemimpin yang Terpilih Curang

Minta MK Kabulkan Sengketa Hasil Pilpres, Kubu Anies: Kita Tidak Rela Pemimpin yang Terpilih Curang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com