JAKARTA, KOMPAS.com - Pakar psikologi forensik Reza Indragiri Amriel mengatakan, metode perekrutan calon teroris mulai berkembang melalui mekanisme self-radicalization dan self-recruitment.
Ia mengatakan, dua metode itu dilakukan melalui konten-konten di media sosial. Adapun generasi muda merupakan kelompok yang paling banyak beraktivitas melalui media sosial.
"Alhasil, dengan dua mekanisme itu, lone wolf yang berasal dari kalangan muda tampaknya akan tumbuh subur," kata Reza saat dihubungi Kompas.com, Kamis (1/4/2021).
Baca juga: Sel-sel Teroris di Jabotabek dan Aksi Lone Wolf
Oleh sebab itu, Reza mengatakan, konten-konten negatif di media sosial harus ditangkal semaksimal mungkin dan memperbanyak konten-konten positif dan nasionalisme.
"Sebarkan catatan positif itu (tentang Pancasila) di dunia maya. Selama catatan itu dianggap masih minim, maka hal-hal lain akan menenggelamkan kedigdayaan Pancasila," ujar dia.
Selain itu, dari sisi teknis, menurut Reza, Polri harus mengimplementasikan predictive policing (PP).
Ia mengatakan, melalui predictive policing, Polri dapat menanfaatkan big data untuk mendeteksi gelagat keresahan sosial dan kejahatan.
"PP ini disampaikan kapolri sebagai tagline kepemimpinannya, sehingga PP ini semestinya ideal untuk menangkal penyebaran konten negatif yang menjadi bahan bagi self-radicalization," ucap dia.
Lebih lanjut, Reza mengatakan, peran tokoh-tokoh agama dalam mencegah terpaparnya generasi muda terhadap radikalisme sangat penting melalui ruang-ruang dakwah di media sosial.
"Ciptakan ruang-ruang dakwah yang konstruktif secara virtual," ucap dia.
Aksi teror yang terjadi di Mabes Polri pada Rabu (31/3/2021) mengejutkan masyarakat di Tanah Air karena terjadi tidak lama setelah pengeboman bunuh diri di Makassar pada Minggu (28/3/2021).
Masyarakat semakin dibuat kaget karena pelaku aksi teror diketahui merupakan seorang perempuan berinisial ZA dan berusia 25 tahun. Pelaku teror ternyata berasal dari generasi milenial.
Menurut Kapolri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo, ZA merupakan warga Kelapa Dua, Ciracas, Jakarta Timur.
Kepastian ini diperkuat berdasarkan teknologi pengenal muka atau face recognition dan pemeriksaan sidik jari.
"ZA ini mantan mahasiswa di salah satu kampus, drop out di semester lima," kata Kapolri dalam konferensi pers di Mabes Polri, Rabu malam.
Baca juga: PBNU Kutuk Keras Aksi Teror Penembakan di Mabes Polri
Kapolri Listyo Sigit menyampaikan bahwa ZA beraksi seorang diri. Aksi teror seperti ini kerap dikenal sebagai lone wolf.
Sigit juga menjelaskan bahwa ZA dipengaruhi ideologi radikal dari kelompok teror ISIS.
"Dari hasil profiling pada yang bersangkutan, maka yang bersangkutan ini adalah tersangka atau pelaku, lone wolf, yang berideologi radikal ISIS. Hal itu dibuktikan dengan posting-an yang bersangkutan di media sosial," ucap Listyo Sigit.
Kapolri menyampaikan, pengaruh ideologi ISIS ini terlihat berdasarkan unggahan ZA di media sosial.
Pelaku teror dari generasi milenial ini juga diketahui mengunggah foto bendera ISIS sebelum melakukan aksi teror.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.