Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Andi Mallarangeng: Pak Moeldoko Bisa Fokus sebagai KSP atau Bikin Partai Baru

Kompas.com - 31/03/2021, 17:15 WIB
Tatang Guritno,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Politikus senior Partai Demokrat Andi Mallarangeng menyarankan mantan Panglima TNI, Moeldoko untuk fokus bekerja sebagai Kepala Staf Kepresidenan (KSP) atau membentuk sebuah partai baru.

Hal ini disampaikan Andi menyusul keputusan Menteri Hukum dan Ham (Menkumham) Yasonna Laoly yang menolak kepengurusan Kongres Luar Biasa (KLB) Demokrat kubu Deli Serdang.

“Sebenarnya ini kesempatan Pak Moeldoko untuk exit dari situasi ini. Beliau bisa mundur dari KLB abal-abal itu dan fokus pada tugasnya sebagai KSP,” kata Andi pada Kompas.com, Rabu (31/3/2021).

Baca juga: Demokrat Kubu Moeldoko Tak Disahkan Pemerintah, AHY: Kabar Baik bagi Demokrasi

Andi juga menyarankan agar Moeldoko membangun partai baru dengan para pendukung KLB Deli Serdang.

Ia menilai, keputusan itu akan lebih elegan sekaligus dapat menjadi ajang untuk melihat siapa yang lebih unggul antara Moeldoko dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

“Bisa juga beliau (Moeldoko) bersama pendukung KLB abal-abalnya kemudian fokus membuat partai baru. Itu akan lebih elegan dan kesatria, ketimbang berusaha membela partai orang lain. Biar kita lihat siapa yang lebih unggul di mata rakyat, Moeldoko yang jenderal purnawirawan atau AHY yang mayor purnawirawan. Walaupun, dalam politik, pangkat tidaklah menentukan, melainkan kepercayaan dari rakyat pemilih,” kata Andi.

Ia juga mengatakan bahwa Demokrat semakin solid dengan permasalahan ini. Ia mengatakan, Partai Demokrat akan terus membangun konsolidasi antar kadernya.

“Selama proses ini ada blessing in disguise bahwa Partai Demokrat di bawah kepemimpinan Ketum AHY menjadi semakin solid, karena ada tangangan dari luar. Insya Allah kami akan melanjutkan konsolidasi organisasi ini,” kata dia. 

Baca juga: Demokrat Kubu Moeldoko Tak Disahkan Pemerintah, AHY: Kabar Baik bagi Demokrasi

Sejak awal, ia dan sejumlah kader Partai Demokrat sudah mengira bahwa keputusan ini akan diambil oleh Kemenkumham.

Sebab, menurut Andi, KLB Deli Serdang dihadiri oleh bukan pemegang suara sah dan tidak memenuhi syarat dukungan untuk memilih ketua umum baru.

“Karena sejak awal kami juga tahu bahwa KLB ini abal-abal dan dihadiri oleh orang-orang tidak jelas, bukan pemilik suara di Partai Demokrat. Tidak mungkin mereka bisa memenuhi syarat dukungan 2/3 Ketua DPD dan setengah DPC,” ucap Andi.

Menkumham Yasonna Laoly mengumumkan bahwa pemerintah menolak kepengurusan Partai Demokrat versi KLB Deli Serdang.

KLB Deli Serdang, menurut Yasonna, tidak memenuhi syarat administrasi seperti tidak lengkapnya dokumen dari perwakilan DPD, DPC, serta tidak adanya mandat dari Ketua DPD dan DPC.

Selain itu Yasonna juga mengatakan bahwa Kemenkumham mengacu pada AD/ART 2020 Partai Demokrat yang sudah disahkan.

Bersama Yasonna Laoly, turut hadir Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD.

Baca juga: Pesan AHY ke Kader: Jangan Euforia Berlebihan, Demokrat Partai Cerdas dan Santun

Mahfud menyebut pemerintah sudah cepat dalam menangani polemik kepemimpinan di tubuh Partai Demokrat.

Ia menyebut pemerintah menyelesaikan permasalahan tersebut sesuai koridor hukum administrasi negara.

“Persoalan kekisruhan di Partai Demokrat di bidang hukum administrasi negara itu sudah selesai. Murni itu soal hukum dan sudah cepat itu,” kata Mahfud.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ahmad Ali Akui Temui Prabowo untuk Cari Dukungan Maju Pilkada Sulteng

Ahmad Ali Akui Temui Prabowo untuk Cari Dukungan Maju Pilkada Sulteng

Nasional
PSI Daftarkan 10 Sengketa Pileg ke MK, Anwar Usman Dilarang Mengadili

PSI Daftarkan 10 Sengketa Pileg ke MK, Anwar Usman Dilarang Mengadili

Nasional
Golkar Lebih Ingin Ridwan Kamil Maju Pilkada Jabar

Golkar Lebih Ingin Ridwan Kamil Maju Pilkada Jabar

Nasional
Polri Lanjutkan Tugas Satgas Pengamanan untuk Prabowo

Polri Lanjutkan Tugas Satgas Pengamanan untuk Prabowo

Nasional
Menhan AS Telepon Prabowo Usai Penetapan KPU, Sampaikan Pesan Biden dan Apresiasi Bantuan Udara di Gaza

Menhan AS Telepon Prabowo Usai Penetapan KPU, Sampaikan Pesan Biden dan Apresiasi Bantuan Udara di Gaza

Nasional
Terima Nasdem, Prabowo: Surya Paloh Termasuk yang Paling Pertama Beri Selamat

Terima Nasdem, Prabowo: Surya Paloh Termasuk yang Paling Pertama Beri Selamat

Nasional
Partai Pendukung Prabowo-Gibran Syukuran Mei 2024, Nasdem dan PKB Diundang

Partai Pendukung Prabowo-Gibran Syukuran Mei 2024, Nasdem dan PKB Diundang

Nasional
MKMK: Hakim MK Guntur Hamzah Tak Terbukti Langgar Etik

MKMK: Hakim MK Guntur Hamzah Tak Terbukti Langgar Etik

Nasional
Ratusan Bidan Pendidik Tuntut Kejelasan, Lulus Tes PPPK tapi Dibatalkan

Ratusan Bidan Pendidik Tuntut Kejelasan, Lulus Tes PPPK tapi Dibatalkan

Nasional
Surya Paloh Ungkap Alasan Nasdem Tak Jadi Oposisi Pemerintahan Prabowo

Surya Paloh Ungkap Alasan Nasdem Tak Jadi Oposisi Pemerintahan Prabowo

Nasional
Golkar: Belum Ada Pernyataan Resmi Pak Jokowi Keluar dari PDI-P, Kami Enggak Mau 'Ge-er'

Golkar: Belum Ada Pernyataan Resmi Pak Jokowi Keluar dari PDI-P, Kami Enggak Mau "Ge-er"

Nasional
Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

Nasional
Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

Nasional
JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin 'Merampok'

JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin "Merampok"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com