Sementara itu, sejak awal target populasi dari riset yang dilakukan terhadap alat GeNose adalah orang yang berisiko rentan terinfeksi Covid-19, yaitu populasi di pelayanan kesehatan.
"Dan ini ditambah lagi dengan kondisi di mana di (uji klinik) fase 2-nya itu pun, tetap dilakukan di lingkungan kasus atau potensi positifnya jauh lebih besar jika dibandingkan dengan kondisi populasi umum, yang di sini menjadi dalam lagi terkait clash in balance (perselisihan keseimbangan riset dan penerapan lapangan)-nya antara positif dan negatif," papar dia.
Baca juga: Mulai 1 April, Naik Pesawat dari 2 Bandara Ini Bisa Pakai GeNose C19
Hal ini dikarenakan, di populasi umum, tentu partisipan yang positif justru lebih sedikit dibandingkan dengan yang di rumah sakit.
Sebab, umumnya saat ini orang yang di rumah sakit, mereka sudah melakukan cek terlebih dahulu apakah mereka membawa atau terinfeksi virus atau tidak.
Kedua, desain GeNose lebih cocok untuk rumah sakit.
Menurut Dicky, alat GeNose yang diterapkan di Indonesia tersebut sebenarnya sudah dari awal riset pengembangan desainnya memang dipergunakan untuk di rumah sakit ataupun pelayanan kesehatan, seperti puskesmas dan klinik.
Oleh karena itu, seharusnya jika memang ingin membuat alat tes napas Covid-19 di ruang publik, seperti terminal maupun stasiun, sejak awal juga seharusnya juga didesain menyesuaikan target tujuan tempat dan populasinya.
"Nah, itu (alat GeNose) harus di desain sejak awal dari riset. Supaya tidak ada bias seleksi partisipan, dan ini terjadi, karena ini akan menjadi clash in balance dalam riset itu," ucap dia.
"Itulah kenapa desain penelitian begitu penting untuk tujuannya. Kalau mengembangkan desain ini, artinya GeNose lebih tepat dipakai di lingkup rumah sakit, diujicobakan lagi, atau di (lingkup) rawat jalan, atau di bangsal misalnya, karena desainnya saya lihat seperti itu," ucap dia.
Baca juga: Mulai 1 April Tes GeNose Jadi Syarat Perjalanan, Ini Tanggapan Ahli
Ketiga, GeNose bukan untuk orang tanpa gejala (OTG).
GeNose tidak diperuntukkan bagi kelompok OTG atau berisiko rendah (terinfeksi Covid-19), karena secara desain alat ini belum tepat dipergunakan dalam kategori kelompok tersebut.
"Jadi harus ada riset lagi. Sekali lagi saya sampaikan bukan masalah tes-alat ini tidak akurat, ya akurat iya, karena riset ini bukan hal yang pertama di dunia, banyak negara lain yang sudah melakukan, tetapi kalau ditujukan untuk skrining (masyarakat umum), desainnya juga harus ditujukan untuk (umum) itu. Sehingga, positive predictive value-nya itu tidak rendah," papar dia.
Cara kerja GeNose
Salah seorang anggota Tim Pengembang GeNose, Dian Kesumapramudya Nurputra menjelaskan cara kerja alat itu.
Dia menyebut, alat tersebut mengidentifikasi virus corona dengan cara mendeteksi volatile organic compound (VOC).