Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Klaim Kasus Covid-19 Indonesia Menurun, Epidemiolog: Perlu Hati-hati

Kompas.com - 27/03/2021, 09:47 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ahli epidemiologi dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, penurunan kasus harian Covid-19 di Indonesia justru perlu disikapi dengan hati-hati.

Pasalnya, menurut dia, kondisi penurunan itu tak serta merta dapat disebut bahwa Indonesia kini telah melewati puncak pandemi Covid-19.

"Ini kondisi yang tidak mudah dijawab, bahkan pada kondisi di mana saat ini terjadi penurunan kasus harian. Karena apa? Pertama, bahkan dalam satu negara dengan cakupan testing yang luar biasa pun, mereka sangat hati-hati," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (27/3/2021).

"Karena puncak itu umumnya, diketahui bahkan dua minggu setidaknya dari atau sejak puncak itu terlewati. Jadi ada tren yang sangat menurun, signifikan," sambung dia.

Baca juga: Covid-19 di Sejumlah Negara Melonjak, Jokowi: Alhamdulillah Kita Turun ke 5.000 Kasus

Ia menekankan, Indonesia harus memastikan bahwa test positivity rate-nya telah berada setidaknya di bawah delapan persen secara berturut-turut selama dua minggu.

Hal tersebut menandakan bahwa testing dan tracing di Indonesia telah memadai.

Kondisi itu pula yang dapat menjadi tolok ukur untuk mengatakan Indonesia telah melewati puncak pandemi yang diiringi dengan penurunan kasus.

Namun, melihat situasi di Indonesia, Dicky melihat test positivity rate justru masih berada di atas 10 persen.

Maka, kata dia, tidak tepat jika Indonesia disebut telah melewati puncak pandemi.

"Tentu itu tidak kuat ya argumentasinya. Karena menandakan testing kita, tracing kita itu tidak memadai. Jadi kita tidak bisa memprediksi. Jauh lebih banyak kasus infeksi di masyarakat yang tidak terdeteksi. Jadi bagaimana kita mengatakan bahwa kita sudah mencapai puncak?" ujar dia.

Baca juga: Jokowi Klaim Kasus Covid-19 di Indonesia Menurun, Benarkah Demikian?

Lebih lanjut, Dicky juga mengingatkan bahwa Indonesia akan mencapai puncak pandemi yang berbeda di setiap daerahnya.

Hal tersebut tergantung pada program testing, tracing dan treatment (3T) dan strategi 5M yang dilakukan pemerintah daerah (pemda) masing-masing.

"Dan juga strategi public health mereka misalnya pengetatan-pengetatan. Nah, ini tentu akan bervariasi," tutur dia.

Menguatkan argumennya bahwa Indonesia belum melewati puncak pandemi, Dicky menjabarkan bagaimana kondisi program 3T yang masih stabil taraf rendah.

Menurut dia, program 3T di lapangan yang dijalankan pemerintah bahkan cenderung menurun beberapa waktu belakangan.

Baca juga: Jokowi: Hati-hati, Risiko Penyebaran Covid-19 Masih Ada

"Kalau bicara testing saja, kita akan bisa saja melihat bahwa harusnya 5.000 kasus positif di Indonesia, itu besoknya itu harusnya ada 100.000 testing terhadap tracing atau kasus kontaknya. Itu yang harus terjadi dalam logika program pengendalian," jelas Dicky.

"Sehingga kalau ini dilakukan terus menerus, konsisten, setidaknya dua minggu, satu bulan, kita akan bisa cukup konfiden mengatakan kita sudah mencapai puncaknya. Ini tricky-nya di Indonesia karena artinya sekali lagi, kasus penurunan ini tidak disertai dengan adanya intervensi yang memadai," sambung dia.

Presiden Joko Widodo sebelumnya menyebut bahwa kasus Covid-19 di sejumlah negara mengalami lonjakan beberapa waktu terakhir.

Mengetahui hal ini, ia mengaku bersyukur karena kasus Covid-19 di Indonesia mengalami penurunan.

"Kita alhamdulillah, di Januari kita pernah berada di angka 13.000 kasus harian, 14.000, bahkan pernah 15.000. Sekarang kita sudah turun dan berada di angka 5.000, 6.000, dan akan terus kita turunkan," kata Jokowi saat membuka Musyawarah Nasional V Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) di Istana Negara, Jumat (26/3/2021).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tim Hukum Ganjar-Mahfud Tetap Beri Angka Nol untuk Perolehan Suara Prabowo-Gibran

Tim Hukum Ganjar-Mahfud Tetap Beri Angka Nol untuk Perolehan Suara Prabowo-Gibran

Nasional
Soal Bantuan Presiden, Kubu Ganjar-Mahfud: Kalau Itu Transparan, kenapa Tak Diumumkan dari Dulu?

Soal Bantuan Presiden, Kubu Ganjar-Mahfud: Kalau Itu Transparan, kenapa Tak Diumumkan dari Dulu?

Nasional
Minta MK Kabulkan Sengketa Hasil Pilpres, Kubu Anies: Kita Tidak Rela Pemimpin yang Terpilih Curang

Minta MK Kabulkan Sengketa Hasil Pilpres, Kubu Anies: Kita Tidak Rela Pemimpin yang Terpilih Curang

Nasional
Mardiono Jajaki Pertemuan dengan Prabowo Setelah Putusan MK

Mardiono Jajaki Pertemuan dengan Prabowo Setelah Putusan MK

Nasional
Mardiono Sebut Ada Ajakan Informal dari PAN dan Golkar Gabung ke Koalisi Prabowo-Gibran

Mardiono Sebut Ada Ajakan Informal dari PAN dan Golkar Gabung ke Koalisi Prabowo-Gibran

Nasional
Jokowi Bertemu Bos Apple di Istana Besok Pagi, Akan Bahas Investasi

Jokowi Bertemu Bos Apple di Istana Besok Pagi, Akan Bahas Investasi

Nasional
Otto Hasibuan Sebut Kubu Anies dan Ganjar Tak Mau Tahu dengan Hukum Acara MK

Otto Hasibuan Sebut Kubu Anies dan Ganjar Tak Mau Tahu dengan Hukum Acara MK

Nasional
Sekjen PDI-P Ungkap Bupati Banyuwangi Diintimidasi, Diperiksa Polisi 6 Jam

Sekjen PDI-P Ungkap Bupati Banyuwangi Diintimidasi, Diperiksa Polisi 6 Jam

Nasional
Menteri ESDM Jelaskan Dampak Konflik Iran-Israel ke Harga BBM, Bisa Naik Luar Biasa

Menteri ESDM Jelaskan Dampak Konflik Iran-Israel ke Harga BBM, Bisa Naik Luar Biasa

Nasional
Jawab PAN, Mardiono Bilang PPP Sudah Akui Kemenangan Prabowo-Gibran

Jawab PAN, Mardiono Bilang PPP Sudah Akui Kemenangan Prabowo-Gibran

Nasional
Kubu Anies-Muhaimin: Ada Fakta Tak Terbantahkan Terjadi Nepotisme Gunakan Lembaga Kepresidenan

Kubu Anies-Muhaimin: Ada Fakta Tak Terbantahkan Terjadi Nepotisme Gunakan Lembaga Kepresidenan

Nasional
Tim Hukum Anies-Muhaimin Sampaikan 7 Fakta Kecurangan Pilpres di Dalam Dokumen Kesimpulan

Tim Hukum Anies-Muhaimin Sampaikan 7 Fakta Kecurangan Pilpres di Dalam Dokumen Kesimpulan

Nasional
Pasca-serangan Iran ke Israel, Kemenlu Terus Pantau WNI di Timur Tengah

Pasca-serangan Iran ke Israel, Kemenlu Terus Pantau WNI di Timur Tengah

Nasional
Temui Megawati, Ganjar Mengaku Sempat Ditanya karena Tak Hadiri 'Open House' di Teuku Umar

Temui Megawati, Ganjar Mengaku Sempat Ditanya karena Tak Hadiri "Open House" di Teuku Umar

Nasional
Kubu Prabowo-Gibran Kritik Megawati Ajukan 'Amicus Curiae' ke MK

Kubu Prabowo-Gibran Kritik Megawati Ajukan "Amicus Curiae" ke MK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com