Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Uniknya Nama-nama Kapal TNI AL: Dari Ikan, Ular, hingga Senjata Sakti Tokoh Wayang

Kompas.com - 26/03/2021, 13:49 WIB
Achmad Nasrudin Yahya,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - TNI Angkatan Laut (AL) sesuai tupoksinya mempunyai tanggung jawab penuh dalam menjaga keamanan di wilayah laut maupun perairan Indonesia.

Dalam menjaga sektor laut, TNI AL mempunyai berbagai jenis armada yang mumpuni untuk mendukung jalannya operasi.

Jumlah armada yang dimiliki TNI AL juga terbilang tak sedikit.

Berdasarkan catatan Kompas.id pada Oktober 2020, kekuatan laut TNI AL telah didukung antara lain dengan 8 kapal fregat, 24 kapal korvet, 5 kapal selam, 156 kapal patroli, hingga 10 kapal penyapu ranjau.

Secara keseluruhan, kekuatan laut Indonesia berjumlah 283 alat utama sistem persenjataan (alutsista).

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah, Pertama Kalinya Pesawat Hercules C-130 Jadi Bagian dari Alutsista TNI AU

Uniknya, penamaan kapal-kapal TNI AL umumnya mempunyai berbagai pola yang berbeda dari setiap jenisnya.

Berikut sejumlah armada TNI AL yang berhasil dihimpun Kompas.com:

Kapal Fregat

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), fregat merupakan kapal perang berukuran sedang, berbobot antara 1.100–2.800 ton, serta dapat bergerak dengan lincah dan cepat.

TNI AL sendiri sejauh ini telah mempunyai delapan kapal jenis fregat.

Delapan nama kapal fregat yang dimiliki TNI AL seluruhnya berasal dari nama-nama pahlawan nasional.

Delapan kapal fregat itu antara lain KRI Ahmad Yani (351), KRI Slamet Riyadi (352) dan KRI Yos Sudarso (353).

Kemudian KRI Oswald Siahaan (354), KRI Abdul Halim Perdana Kusuma (355), KRI Karel Sasuit Tubun (356), KRI Raden Edi Martadinata (331), dan KRI I Gusti Ngurah Rai (332).

Kapal Korvet

Di KBBI, korvet artinya kapal perang berukuran kecil, kelasnya di bawah kapal kelas fregat laju jalannya dan berfungsi sebagai kapal pemburu atau kapal perusak.

TNI AL sendiri sejauh ini sudah mempunyai 24 kapal perang jenis korvet.

Sama dengan kapal fregat, penamaan pada kapal-kapal korvet juga merujuk nama pahlawan Tanah Air.

Baca juga: Kapal Selam Alugoro-405, Alutsista Terbaru TNI AL

Antara lain, KRI Bung Tomo (357), KRI John Lie (358), KRI Usman-Harun (359), KRI Diponegoro (365), KRI Sultan Hasanuddin (366), KRI Sultan Iskandar Muda (367), KRI Frans Kaisiepo (368), KRI Fatahillah (361), KRI Malahayati (362), KRI Nala (363).

Kemudian KRI Kapitan Patimura (371), KRI Untung Suropati (372), KRI Nuku (373), KRI Lambung Mangkurat (374), KRI Cut Nyak Dien (375), KRI Sultan Thaha Syaifuddin (376), KRI Sutanto (377), KRI Sutedi Senoputra (378), KRI Wiratno (379), KRI Tjiptadi (381), KRI Imam Bonjol (383), KRI Teuku Umar (385), KRI Silas Papare (386), KRI Hasan Basri (382).

Kapal Selam

TNI AL sejauh ini telah mempunyai lima kapal selam dan beroperasi untuk menjaga keamanan di sektor laut.

Uniknya, kelima kapal selam dalam negeri selalu diberi nama-nama senjata sakti dalam dunia pewayangan: KRI Alugoro (405), KRI Cakra (401), KRI Nanggala (402), KRI Nagapasa (403), dan KRI Ardadedali (404).

Kapal selam terbaru, Alugoro, merupakan nama senjata berbentuk gada dengan ujung yang runcing dan dimiliki oleh tokoh Prabu Baladewa.

Baca juga: Kapal Selam Terbaru KRI Nagapasa Milik AL Tampil di HUT ke-72 TNI

Sedangkan Cakra diambil dari nama senjata milik tokoh Dewa Wisnu yang digambarkan berbentuk cakram tajam.

Lalu, nama Ardedali merujuk pada panah yang dimiliki tokoh cerita mahabarata Arjuna. Diceritakan bahwa ujung anak panah itu seperti burung dan memiliki jiwa.

Kapal Cepat Rudal

Kapal cepat rudal yang dimiliki TNI AL sebanyak 15 armada.

Penamaan kapal cepat rudal TNI AL seluruhnya merujuk pada nama-nama senjata tradisional sejumlah daerah di Indonesia.

Antara lain, KRI Clurit (641), KRI Kujang (642), KRI Beladau (643), KRI Alamang (644), KRI Surik (645), KRI Siwar (646), KRI Parang (647), dan KRI Terapang (648).

Selanjutnya, KRI Mandau (621), KRI Badik (623), KRI Keris (624), KRI Kerambit (627), KRI Sampari (628), KRI Tombak (629), dan KRI Halasan (630).

Kapal Landing Platform Dock

Kapal Landing Platform Dock (LPD) yang dimiliki TNI AL dinamai dengan nama kota atau daerah yang mempunyai nilai historis bagi TNI AL.

Contohnya, KRI Makassar (590), KRI Surabaya (591), KRI Banjarmasin (592), hingga KRI Banda Aceh (593).

Baca juga: Sri Mulyani Ingatkan Prabowo soal Anggaran Rp 137 Triliun Tak Hanya untuk Belanja Alutsista

Kapal Patroli

Sedangkan, penamaan kapal patroli TNI AL sendiri cukup beragam. Mulai dari nama ikan hingga ular.

Antara lain, KRI Piton (821), KRI Weling (822), KRI Matacora (823), KRI Kobra (867), KRI Anakonda (868), KRI Taliwangsa (870), dan KRI Kalagian (871).

Kemudian ada KRI Pari (849), KRI Sembilang (850), KRI Sidat (851), KRI Cakalang (852), KRI Tatihu (853), KRI Layaran (854), dan KRI Madidihang (855).

Madidihang merupakan nama ikan tuna sirip kuning. Sama, Tatihu juga ikan tuna sirip kuning namun dalam bahasa Ambon. 

Kapal Penyapu Ranjau

Jika kapal LPD merujuk nama daerah, penamaan kapal penyapu ranjau yang dimiliki TNI AL berdasarkan nama-nama pulau kecil yang tersebar di Idonesia.

Contohnya, KRI Pulau Rote (721), KRI Pulau Raas (722), KRI Pulau Romang (723), KRI Pulau Rimau (724), KRI Kelabang (826), KRI Pulau Rondo, dan KRI Pulau Rusa (726).

Kemudian, KRI Pulau Rangsang (727), KRI Kala Hitam (828), dan KRI Pulau Rempang (729), KRI Pulau Rengat (711), dan KRI Pulau Rupat (712).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Nasional
Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Nasional
Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Nasional
AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

Nasional
Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

Nasional
Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

Nasional
AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

Nasional
Prabowo Presiden Terpilih, AHY: Kami Imbau Semua Terima Hasil, Semangat Rekonsiliasi

Prabowo Presiden Terpilih, AHY: Kami Imbau Semua Terima Hasil, Semangat Rekonsiliasi

Nasional
Prabowo: Jangan Jadi Pemimpin kalau Tak Kuat Diserang, Duduk di Rumah Nonton TV Saja

Prabowo: Jangan Jadi Pemimpin kalau Tak Kuat Diserang, Duduk di Rumah Nonton TV Saja

Nasional
Dewas Akan Sidangkan Dugaan Pelanggaran Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron 2 Mei

Dewas Akan Sidangkan Dugaan Pelanggaran Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron 2 Mei

Nasional
Prabowo-Gibran Tiba di Istana untuk Bertemu Jokowi

Prabowo-Gibran Tiba di Istana untuk Bertemu Jokowi

Nasional
AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum 'Clear', Masih Dihuni Warga

AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum "Clear", Masih Dihuni Warga

Nasional
Tak Persoalkan PKB Ingin Kerja Sama dengan Prabowo, PKS: Kita Enggak Jauh-jauh

Tak Persoalkan PKB Ingin Kerja Sama dengan Prabowo, PKS: Kita Enggak Jauh-jauh

Nasional
Bapanas Prediksi Harga Bawang Merah Normal 30-40 Hari ke Depan

Bapanas Prediksi Harga Bawang Merah Normal 30-40 Hari ke Depan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com