Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waketum Golkar Sebut Mahkamah Partai Penting untuk Atasi Konflik Internal

Kompas.com - 25/03/2021, 17:59 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Umum Partai Golkar Nurul Arifin menyebut, keberadaan mahkamah partai penting dalam sebuah partai politik untuk mengatasi gejolak yang ada di internal partai.

Hal tersebut diungkapkannya berdasarkan pengalaman Partai Golkar saat digoncang dualisme kepemimpinan pada 2014.

"Mahkamah partai juga sebagai lembaga yang netral, ini penting juga ada di dalam setiap partai. Kan Mahkamah Partai ini baru didirikan setelah terjadi banyak konflik di internal," kata Nurul dalam diskusi daring bertajuk "Merawat Soliditas Partai: Pembelajaran dari Pengalaman Partai-Partai Era Reformasi" Kamis (25/3/2021).

Baca juga: Dualisme Demokrat, dari Motif Pencapresan Moeldoko hingga Wacana Tiga Periode Jokowi

Menurut Nurul, mahkamah partai mampu menyelesaikan sengketa secara internal tanpa harus melibatkan pihak luar. Lembaga itu dinilai mampu merangkul kader-kader yang terlibat konflik dalam internal partai.

Di sisi lain, ia juga menyebut pentingnya menjaga soliditas internal partai politik agar mencegah terjadinya dualisme atau konflik dalam partai.

"Pentingnya menjaga soliditas internal partai politik. Karena seandainya kita solid di dalam, dari luar mau goyang-goyang itu susah. Tapi kalau dari dalamnya rapuh, maka itu akan jadi sangat mudah diganggu," jelasnya.

Poin berikutnya, Nurul mengingatkan agar para politisi mengutamakan sikap seorang negarawan.

Menurutnya, sikap seperti itu adalah sikap yang mementingkan kepentingan bangsa di atas segalanya.

Pada diskusi tersebut, Nurul awalnya menceritakan bagaimana partainya sempat digoncang dualisme kepemimpinan pada 2014.

Saat itu, kata dia, Partai Golkar memiliki dua kepemimpinan yaitu kubu Ketua Umum Aburizal Bakrie dan kubu Ketua Umum Agung Laksono.

Namun, pada 2016 para tokoh senior Partai Golkar seperti B.J. Habibie dan Jusuf Kalla turut serta 'turun gunung' untuk berupaya menyelesaikan konflik.

Nurul mengatakan, para tokoh senior akhirnya mengupayakan rekonsiliasi yang dilakukan dengan membentuk Mahkamah Partai Golkar. Kedua tokoh itu pun ditunjuk Partai Golkar memimpin tim transisi.

Ia menuturkan, pada akhirnya kedua kubu sepakat untuk menyelenggarakan musyawarah nasional luar biasa (Munaslub) pada pertengahan 2016.

"Jadi upaya-upaya rekonsiliasi yang dilakukan oleh para senior ini berhasil untuk membuat satu rapimnas dan munaslub baru begitu," ucapnya.

Baca juga: Menanti Sikap Resmi Pemerintah atas Dualisme Partai Demokrat…

Munaslub pun digelar di Bali pada Mei 2016 atau 17 bulan sejak terjadinya dua munas pada 2014.

Hasil munaslub tersebut, kata dia, memilih Setya Novanto sebagai Ketua Umum Partai Golkar periode 2016-2019.

"Alhamdulillah hingga saat ini, kondisi internal Partai Golkar solid dengan dinamika yang stabil. Kalau ada keguritan-keguritan di sana-sini, kami menganggapnya ini sebagai suatau dinamika partai. Dan selama koridornya masih bisa ditolerir, kami membiarkan itu. Kecuali kalau sudah fatal," ucap Nurul.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pesan Jokowi untuk Prabowo-Gibran: Persiapkan Diri, Setelah Pelantikan Langsung Kerja ...

Pesan Jokowi untuk Prabowo-Gibran: Persiapkan Diri, Setelah Pelantikan Langsung Kerja ...

Nasional
Ganjar-Mahfud dan Puan Maharani Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran

Ganjar-Mahfud dan Puan Maharani Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran

Nasional
Titiek Soeharto-Didiet Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran di KPU

Titiek Soeharto-Didiet Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran di KPU

Nasional
PKS Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran: Kita Ucapkan Selamat Bertugas

PKS Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran: Kita Ucapkan Selamat Bertugas

Nasional
Disebut Sudah Bukan Kader PDI-P Lagi, Jokowi: Ya Terima Kasih

Disebut Sudah Bukan Kader PDI-P Lagi, Jokowi: Ya Terima Kasih

Nasional
Soal Kabinet, AHY: Jangan Bebankan Pak Prabowo dengan Tuntutan Berlebihan

Soal Kabinet, AHY: Jangan Bebankan Pak Prabowo dengan Tuntutan Berlebihan

Nasional
Jelang Ditetapkan sebagai Presiden Terpilih, Prabowo: Rakyat Menuntut Pimpinan Politik Kerja Sama

Jelang Ditetapkan sebagai Presiden Terpilih, Prabowo: Rakyat Menuntut Pimpinan Politik Kerja Sama

Nasional
Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Anies: Tanpa Melupakan Catatan di MK

Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Anies: Tanpa Melupakan Catatan di MK

Nasional
Jokowi Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran Jadi Presiden-Wapres Terpilih

Jokowi Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran Jadi Presiden-Wapres Terpilih

Nasional
Ajak Rekonsiliasi, AHY Minta Pihak yang Belum Puas Hasil Pilpres Tak Korbankan Rakyat

Ajak Rekonsiliasi, AHY Minta Pihak yang Belum Puas Hasil Pilpres Tak Korbankan Rakyat

Nasional
Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Anies: Kita Hormati Proses Bernegara

Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Anies: Kita Hormati Proses Bernegara

Nasional
Komisi B DPRD DKI Minta Pemprov DKI Tak Asal Batasi Kendaraan, Transportasi Publik Harus Membaik

Komisi B DPRD DKI Minta Pemprov DKI Tak Asal Batasi Kendaraan, Transportasi Publik Harus Membaik

Nasional
Hadiri Penetapan KPU, Prabowo: Kita Akan Kerja Keras

Hadiri Penetapan KPU, Prabowo: Kita Akan Kerja Keras

Nasional
Masih di Yogyakarta Saat Penetapan Prabowo-Gibran, Ganjar: Kalau Saya di Jakarta, Akan Hadir

Masih di Yogyakarta Saat Penetapan Prabowo-Gibran, Ganjar: Kalau Saya di Jakarta, Akan Hadir

Nasional
Terima Penetapan Prabowo-Gibran, PDI-P: Koalisi Sebelah Silakan Berjalan Sesuai Agenda yang Ingin Dilakukan

Terima Penetapan Prabowo-Gibran, PDI-P: Koalisi Sebelah Silakan Berjalan Sesuai Agenda yang Ingin Dilakukan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com