Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara PPP Jaga Soliditas: Lambang Kabah Harus Lebih Besar ketimbang Foto Ketua Umum

Kompas.com - 25/03/2021, 15:44 WIB
Tatang Guritno,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menjaga soliditas partai politik (parpol) dapat dilakukan dengan banyak cara.

Salah satu hal sederhana yang dipilih Partai Persatuan Pembangunan (PPP) untuk terus menjaga soliditas partainya adalah dengan menerapkan ketentuan bahwa dalam setiap pertemuan partai, foto ketua umum atau sekretaris jenderal tidak boleh lebih besar dari lambang partai itu sendiri.

Hal itu disampaikan Wakil Ketua PPP Arsul Sani dalam diskusi virtual yang diadakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bertajuk Merawat Solidaritas Partai, Kamis (25/3/2021).

"Kami mulai dari hal-hal sederhana saja. Sekarang dalam acara-acara di PPP, itu enggak boleh gambar ketum atau sekjen lebih besar, yang besar harus lambang PPP. Semua acara dari jajaran pusat sampai daerah seperti itu," jelas Arsul.

Baca juga: PPP Sasar Suara Generasi Z untuk Menangkan Pemilu 2024

Arsul mengatakan, hal itu merupakan implementasi kesepakatan yang dilakukan dalam Muktamar IX PPP, Desember 2020.

Menurut Anggota Komisi III DPR tersebut, kesepakatan yang terjadi adalah ketum tidak boleh menjadi personifikasi PPP.

"Yang menjadi personifikasi PPP ya lambang Kabah-nya. Jadi tidak boleh ketum merasa besar dan penting sendirian, dan kemudian lambang Kabah nya ditaruh, dikebelakangkan atau dikesampingkan," jelas dia.

Hal ini dilakukan PPP karena belajar dari permasalahan soliditas di masa lalu.

Arsul menyebut bahwa di tahun 2014 perpecahan antarkader partai terjadi antara Ketum PPP saat itu, Suryadharma Ali memutuskan mendukung Prabowo Subianto, sedangkan elite politik lain seperti Muhammad Romahurmuziy atau Romi, mendukung Joko Widodo dalam kontestasi pemilihan presiden.

Baca juga: Djan Faridz: Jangan Sampai Sudah Bersatu, Manfaat untuk PPP Malah Kurang

Perpecahan itu, sambung Arsul, membawa dampak yang serius, bahkan mengancam eksistensi PPP itu sendiri.

"Perpecahan itu bukan saja mengganggu, tapi hampir meruntuhkan soliditas partai secara keseluruhan," katanya.

Belajar dari permaalahan itu, Arsul menjelaskan, saat ini konsolidasi perlu dilakukan dengan hal-hal sederhana.

Sebab, PPP tidak ingin jatuh pada permasalahan yang sama, yang ia ibaratkan meninggalkan bekas luka baik untuk kader di pusat hingga daerah.

"Jadi politik-politik untuk mengakomodasi orang dan kepentingannya itu ditekan saat ini," imbuhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi Dukung Prabowo-Gibran Rangkul Semua Pihak Pasca Pilpres

Jokowi Dukung Prabowo-Gibran Rangkul Semua Pihak Pasca Pilpres

Nasional
Pakar Sebut Semua Lembaga Tinggi Negara Sudah Punya Undang-Undang, Hanya Presiden yang Belum

Pakar Sebut Semua Lembaga Tinggi Negara Sudah Punya Undang-Undang, Hanya Presiden yang Belum

Nasional
Saksi Ungkap SYL Minta Kementan Bayarkan Kartu Kreditnya Rp 215 Juta

Saksi Ungkap SYL Minta Kementan Bayarkan Kartu Kreditnya Rp 215 Juta

Nasional
Saksi Sebut Bulanan untuk Istri SYL dari Kementan Rp 25 Juta-Rp 30 Juta

Saksi Sebut Bulanan untuk Istri SYL dari Kementan Rp 25 Juta-Rp 30 Juta

Nasional
Tata Kelola Dana Pensiun Bukit Asam Terus Diperkuat

Tata Kelola Dana Pensiun Bukit Asam Terus Diperkuat

Nasional
Jelang Disidang Dewas KPK karena Masalah Etik, Nurul Ghufron Laporkan Albertina Ho

Jelang Disidang Dewas KPK karena Masalah Etik, Nurul Ghufron Laporkan Albertina Ho

Nasional
Kejagung Diminta Segera Tuntaskan Dugaan Korupsi Komoditi Emas 2010-2022

Kejagung Diminta Segera Tuntaskan Dugaan Korupsi Komoditi Emas 2010-2022

Nasional
PKB-Nasdem-PKS Isyaratkan Gabung Prabowo, Pengamat: Kini Parpol Selamatkan Diri Masing-masing

PKB-Nasdem-PKS Isyaratkan Gabung Prabowo, Pengamat: Kini Parpol Selamatkan Diri Masing-masing

Nasional
Saksi Sebut Dokumen Pemeriksaan Saat Penyelidikan di KPK Bocor ke SYL

Saksi Sebut Dokumen Pemeriksaan Saat Penyelidikan di KPK Bocor ke SYL

Nasional
Laporkan Albertina ke Dewas KPK, Nurul Ghufron Dinilai Sedang Menghambat Proses Hukum

Laporkan Albertina ke Dewas KPK, Nurul Ghufron Dinilai Sedang Menghambat Proses Hukum

Nasional
TKN Sebut Pemerintahan Prabowo Tetap Butuh Oposisi: Katanya PDI-P 'Happy' di Zaman SBY...

TKN Sebut Pemerintahan Prabowo Tetap Butuh Oposisi: Katanya PDI-P "Happy" di Zaman SBY...

Nasional
KPK Belum Terima Salinan Resmi Putusan Kasasi yang Menang Lawan Eltinus Omaleng

KPK Belum Terima Salinan Resmi Putusan Kasasi yang Menang Lawan Eltinus Omaleng

Nasional
'Groundbreaking' IKN Tahap Keenam: Al Azhar, Sekolah Bina Bangsa, dan Pusat Riset Standford

"Groundbreaking" IKN Tahap Keenam: Al Azhar, Sekolah Bina Bangsa, dan Pusat Riset Standford

Nasional
Karpet Merah Parpol Pengusung Anies untuk Prabowo...

Karpet Merah Parpol Pengusung Anies untuk Prabowo...

Nasional
Cinta Lama Gerindra-PKB yang Bersemi Kembali

Cinta Lama Gerindra-PKB yang Bersemi Kembali

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com