Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IDI Minta Pemerintah Tahan Kebijakan yang Berpotensi Naikkan Risiko Penularan Virus Corona

Kompas.com - 24/03/2021, 18:10 WIB
Tatang Guritno,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Slamet Budiarto meminta pemerintah menahan kebijakan yang berpotensi meningkatkan risiko penularan Covid-19.

Hal itu disampaikan Slamet, menyusul angka pasien Covid-19 yang terus meningkat.

"Pemerintah jangan aneh-aneh dululah. Sebaiknya menahan kebijakan-kebijakan yang berisiko dapat meningkatkan penularan Covid-19," jelasnya pada Kompas.com, Rabu (24/3/2021).

Slamet khawatir, angka penurunan penyebaran virus corona saat ini hanya sementara.

Baca juga: Jika Wacana Sertifikat Vaksinasi sebagai Syarat Bepergian Berlaku, IDI Minta Jangan Ada Diskriminasi

Sabab dalam pengamatan Slamet, beberapa kasus penyebaran corona kembali tinggi di beberapa negara Eropa.

"Di beberapa negara Eropa seperti Finlandia, Prancis, dan German kasus (penularan Covid-19) juga kembali meningkat. Belajar dari situ, kita semestinya waspada. Jangan-jangan penurunan jumlah kasus penularan Covid-19 di Indonesia hanya mereda sementara," paparnya.

Slamet berharap pemerintah baru mengeluarkan kebijakan tentang event, sekolah tatap muka, dan mudik setelah kasus penularan Covid-19 menurun.

"Jadi lebih baik pemerintah menahan kebijakan itu dulu. Agar kasus infeksi Covid-19 menurun. Paling tidak setelah kasus dibawah 1.000 per hari, baru kebijakan bisa dijalankan," pungkasnya.

Baca juga: Minta Pemerintah dan Masyarakat Anggap Serius Virus Corona Varian Baru, IDI: Bisa Sebabkan Second Wave

Sebagai informasi berdasarkan data pemerintah hari ini total kasus kematian akibat Covid-19 di Tanah Air mencapai 39.983.

Angka itu bertambah setelah hari ini terdapat 118 pasien tutup usia.

Data yang sama menunjukan, terdapat 5.227 kasus positif virus Corona hari ini.

Dengan demikian jumlah total kasus Covid-19 mencapai angka 1.476.452 kasus sejak diumumkan pertama kali pada 2 Maret 2020.

Juru Bicara Satgas Covid-19, Wiku Adi Sasmito meminta pemerintah daerah yang wilayahnya alami peningkatan kasus kematian untuk melakukan pembenahan penanganan pasien positif corona.

Baca juga: [HOAKS] Pernyataan IDI terkait Pandemi Covid-19

Wiku mengatakan penekanan angka kematian ditentukan oleh kecepatan melakukan upaya 3T.

"Kecepatan deteksi melalui testing dan kecepatan perawatan atau treatment," sebut Wiku dihubungi Kompas.com.

Adapun penambahan kasus kematian terjadi di 5 provinsi di Indonesia.

Yaitu Provinsi Jawa Timur dengan penambahan kasus kematian per minggu mencapai 168 kasus.

Disusul oleh Banten dengan 54 kasus, Lampung naik 13 kasus, Sulawesi Tengah naik 9 kasus dan Jambi sebanyak 8 kasus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

Nasional
TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

Nasional
Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Nasional
Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Nasional
Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Nasional
Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Nasional
Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan 'Amicus Curiae' seperti Megawati

Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan "Amicus Curiae" seperti Megawati

Nasional
Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah 'Nyapres' Tidak Jadi Gubernur Jabar

Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah "Nyapres" Tidak Jadi Gubernur Jabar

Nasional
Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Nasional
Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Nasional
Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

Nasional
Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com