JAKARTA, KOMPAS.com - Hasil survei lembaga Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menunjukkan, 29 persen responden enggan divaksinasi Covid-19.
Dari persentase tersebut, kelompok yang paling banyak menolak vaksinasi berusia muda atau kurang dari 25 tahun.
"Ternyata kelompok warga usia relatif lebih muda yang usianya kurang dari 25 tahun itu yang tidak mau divaksin mencapai 37 persen. Dibanding warga yang lebih tua, ini proporsinya lebih besar," kata Direktur Riset SMRC Deni Irvani dalam rilis survei secara daring, Selasa (23/3/2021).
Baca juga: Survei SMRC: 40 Persen Warga Pilih PPKM Dihentikan
Berdasarkan survei, responden berusia lebih dari 55 tahun dan mengaku tak akan melakukan vaksinasi mencapai 33 persen.
Sementara, kelompok usia 26-40 tahun dan enggan divaksin mencapai 28 persen dan usia 41-55 tahun yang tak mau divaksinasi sebanyak 23 persen.
Kemudian, responden yang tidak mau divaksin mayoritas laki-laki yakni 33 persen. Sementara, perempuan mencapai 26 persen.
Selanjutnya, warga dari perdesaan yang tidak mau divaksin mencapai 30 persen, sedangkan warga perkotaan sebanyak 28 persen.
Dari segi pendidikan, yang enggan divaksin mayoritas lulusan SD atau kurang, yakni 34 persen.
Baca juga: Survei SMRC: 8,4 Persen Warga Pernah Terima Ajakan Menolak Vaksinasi Covid-19
Dilihat dari wilayahnya, masyarakat luar Pulau Jawa lebih banyak yang tidak mau divaksin, yaitu 33 persen. Sementara di Pulau Jawa, warga yang tak mau divaksin mencapai 27 persen.
Di Pulau Jawa, DKI Jakarta menjadi provinsi dengan penduduk terbanyak yang enggan divaksinasi. Angkanya mencapai 33 persen.
Deni mengatakan, kecenderungan untuk melakukan vaksinasi berkaitan dengan sikap warga terhadap Covid-19. Warga yang sangat takut terhadap virus lebih mantap untuk melakukan vaksinasi.
"Kemudian warga yang yakin bahwa jumlah yang terinfeksi Covid makin banyak itu juga lebih mantap mau divaksin," kata dia.
Baca juga: Survei SMRC: 25 Persen Responden Tak Percaya Keamanan Vaksin Covid-19
Menurut survei SMRC, hanya 46 persen warga yang mantap untuk melakukan vaksinasi. Sementara, 23 persen warga mengaku hendak pikir-pikir dulu, dan 2 persen warga tidak menjawab pertanyaan ini.
"Kalau kita asumsikan pikir-pikir dulu dan tidak menjawab ini terdistribusi secara proporsional kepada dua kategori, akan atau tidak akan (melakukan vaksinasi), maka yang mengatakan akan (melakukan vaksinasi) potensinya kalau proporsional baru 61 persen," kata Deni.
Adapun survei digelar selama 28 Februari-8 Maret 2021. Survei melibatkan 1.064 responden yang dipilih secara acak.
Survei dilakukan dengan metode wawancara dan memiliki margin of error sebesar 3,07 persen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.