Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesederhanaan di Balik Sosok Muchtar Pakpahan yang Vokal Membela Buruh

Kompas.com - 23/03/2021, 14:22 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Icha Rastika

Tim Redaksi

Awal berpolitik di GMKI

Berorganisasi, bisa diartikan sebagai hobi bagi Muchtar Pakpahan. Hobi itu pula yang sudah terlihat sejak dia aktif di Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) saat masih berstatus mahasiswa.

Berawal dari organisasi GMKI itulah, karier politik Muchtar Pakpahan dimulai. Pakpahan sempat mendirikan Partai Buruh Sosial Demokrat pada 2003, setelah mengakhiri kebersamaan dengan SBSI.

Ia mengakui, menjadi aktivis organisasi kemahasiswaan sudah barang tentu akan mengalami suka dan duka tersendiri.

Baca juga: Tokoh Gerakan Buruh Muchtar Pakpahan Meninggal Dunia

Tak bercerita soal sukanya, sebaliknya, Pakpahan justru bercerita soal duka di kehidupan berorganisasi.

Ia mengaku, saat masuk GMKI, secara bersamaan ada temannya yang masuk Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

Persahabatan kedua sahabat itu pun kemudian sedikit renggang usai masuk ke organisasi kemahasiswaan berlatarkan agama.

"Dukanya begitu masuk GMKI di USU (Universitas Sumatera Utara) dulu dan ada teman saya yang masuk Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), persahabatan kami kok jadi renggang. Padahal dulu akrab," tutur dia. 

Rupanya, renggangnya persahabatan antara Pakpahan dan temannya itu lantaran ada senior GMKI yang memompa kecurigaan.

"Hati-hati, HMI mau meng-Islam-kan Indonesia. Mungkin sebaliknya juga begitu di HMI. Padahal di kota kelahiran saya Pematang Siantar yang berbasis Kristen, kenalan kami banyak yang Islam," ujar dia. 

Berpegang pengalaman di kota kelahirannya, Pakpahan justru tak menemui kendala hidup bermasyarakat karena perbedaan agama.

Ia yang beragama Kristen justru akrab berkawan dengan umat Islam yang berasal dari Jawa, Sunda dan Melayu di Pematang Siantar.

"Saya dulu bahkan kerap ke masjid. Jelasnya, di masyarakat sederhana malah tak ada itu masalah antar umat agama," ucap Pakpahan.

Lebih jauh, pendiri Partai Buruh Sosial Demokrat ini sebenarnya lebih ingin aktif pada organisasi yang bersifat nasional, seperti Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI).

Namun, kata dia, GMNI baru muncul secara resmi di USU pada 1979-an, setelah hilang sejak 1966-an.

"Tapi saya bantu GMNI juga, dengan mendukung kader GMKI Henky Waou yang mau keluar mendirikan GMNI di USU tahun 1979," ucap Pakpahan.

Baca juga: Buruh Minta Pembayaran THR Tahun Ini Tak Dicicil

Rasanya, mengawali karier di GMKI juga menjadi kebahagiaan bagi Pakpahan sendiri dalam kehidupannya.

Hal tersebut tercermin mana kala Pakpahan mengaku menemukan jodohnya karena aktivitasnya di GMKI.

Istri tercinta, Rosintan Marpaung, pertama kali dikenal Pakpahan di konferensi cabang GMKI Medan.

Namun, menariknya, sosok Rosintan Marpaung dikenal Pakpahan dalam konferensi tersebut sebagai pesaing, bukan pendukung.

"Saya ditugasi melobi dia, agar Komisariat IKIP Medan yang dipimpinnya mau menyeberang ke kubu saya. Tapi dia rupanya keras. Bukannya berhasil, malah lama-lama saya yang jadi jatuh cinta, hahaha," ujar Pakpahan sembari tertawa mengenang momen tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Puspen TNI Sebut Denpom Jaya Dalami Dugaan Prajurit Aniaya Warga di Jakpus

Puspen TNI Sebut Denpom Jaya Dalami Dugaan Prajurit Aniaya Warga di Jakpus

Nasional
Bea Cukai dan Ditresnarkoba Polda Metro Jaya Gagalkan Peredaran Serbuk MDMA dan Kokain Cair

Bea Cukai dan Ditresnarkoba Polda Metro Jaya Gagalkan Peredaran Serbuk MDMA dan Kokain Cair

Nasional
TNI Kirim Payung Udara, Bisa Angkut 14 Ton Bantuan untuk Warga Gaza Via Udara

TNI Kirim Payung Udara, Bisa Angkut 14 Ton Bantuan untuk Warga Gaza Via Udara

Nasional
Tersangka Kasus Korupsi Timah Diyakini Bisa Bertambah 2-3 Kali Lipat jika Diusut Lewat TPPU

Tersangka Kasus Korupsi Timah Diyakini Bisa Bertambah 2-3 Kali Lipat jika Diusut Lewat TPPU

Nasional
Pakar Hukum Duga Ada 'Orang Kuat' Lindungi Kasus Korupsi Timah yang Jerat Harvey Moeis

Pakar Hukum Duga Ada "Orang Kuat" Lindungi Kasus Korupsi Timah yang Jerat Harvey Moeis

Nasional
Gerindra: Prabowo Tidak Cuma Janji Kata-kata, Dia 'The New Soekarno'

Gerindra: Prabowo Tidak Cuma Janji Kata-kata, Dia "The New Soekarno"

Nasional
TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

Nasional
Terseretnya Nama Jokowi dalam Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

Terseretnya Nama Jokowi dalam Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

Nasional
Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Nasional
Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Nasional
Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Nasional
Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Nasional
Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Nasional
Serba-serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Serba-serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Nasional
Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com