Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mantan Jaksa Agung Barief Arief Meninggal Dunia, Ini Kiprahnya dalam Pemberantasan Korupsi

Kompas.com - 23/03/2021, 13:44 WIB
Achmad Nasrudin Yahya,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Jaksa Agung Basrief Arief meninggal dunia pada Selasa (23/3/2021), sekitar pukul 10.00 WIB.

"Kejaksaan Republik Indonesia berdukacita atas berpulangnya ke hadirat Allah SWT Bapak Basrief Arief," ujar Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung, Leonard Eben Ezer Simanjuntak, Selasa (23/3/2021).

Basrief merupakan Jaksa Agung di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Ia mengemban posisi itu pada 26 November 2010 hingga 20 Oktober 2014.

Selama mengabdikan diri di Korps Adyaksa, pria kelahiran Tanjung Enim, Sumatera Selatan, 23 Januari 1947 itu berhasil menorehkan catatan gemilang dalam membongkar sejumlah kasus besar.

Baca juga: Profil Basrief Arief: Jaksa Agung Era SBY yang Pimpin Tim Pemburu Koruptor

Salah satunya adalah penangkapan Direktur Bank Sertivia, David Nusa Wijaya, yang merupakan terpidana kasus korupsi dana BLBI senilai Rp 1,3 triliun.

Ia berhasil menangkap David Nusa Wijaya ketika dipercaya sebagai Ketua Tim Terpadu Pencari Terpidana dan Tersangka Perkara Tindak Pidana Korupsi, atau lebih populer disebut Tim Pemburu Koruptor.

Ketika menjabat sebagai Jaksa Agung, Basrief pernah menjebloskan dua Jaksa pemeras terhadap perusahaan yang bergerak di bidang pelabuhan di Kalimantan Timur senilai Rp 2,5 miliar pada 2012.

Kedua jaksa tersebut bernama Andri Fernando Pasaribu dan Arif.

Mereka merupakan Jaksa fungsional di Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara Kejaksaan Agung.

Baca juga: Jaksa Agung di Era SBY, Basrief Arief Meninggal Dunia

Di samping itu, Kejagung di era kepemimpinan Basrief juga terbilang cukup produktif dalam penanganan kasus korupsi.

Setidaknya ada uang negara sebesar Rp 403,1 miliar dan 500 ribu dolar AS yang berhasil diselamatkan dari penanganan korupsi.

"Penyelamatan keuangan negara baik di tingkat penyidikan maupun penuntutan untuk 2013 sejumlah Rp 403,1 miliar dan 500 ribu dolar AS," kata Basrief, Senin (23/12/2013), dikutip dari Tribunnews.com.

Penanganan perkara korupsi oleh kejaksaan mengalami peningkatan. Mulai dari jumlah penanganan perkara korupsi maupun jumlah penyelamatan keuangan negara, baik di tahap penyidikan maupun penuntutan.

Baca juga: Ini Pesan Basrief Arief untuk HM Prasetyo

Pada 2011 misalnya, kejaksaan mencatat hanya 699 kasus yang dilakukan penyelidikan, kemudian meningkat pada 2012 menjadi 833 kasus, dan pada 2013 menyelidiki 1.696 kasus korupsi.

Sementara dalam tahap penyidikan pun mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya, pada 2011 ada 1.624 perkara korupsi yang masuk tahap penyidikan, kemudian 2012 berjumlah 1.401, dan pada 2013 mencapai 1.646.

Dalam tahap penuntutan pun mengalami peningkatan, pada 2011 tercatat 1.425 perkara korupsi yang masuk tahap penuntutan, kemudian pada 2012 ada 1.501 kasus, dan pada 2013 ada 1.964 kasus.

"Dapat kami jelaskan bahwa untuk penanganan perkara korupsi 2013 penyelidikan sebanyak 1.696, sementara penyidikannya 1.646, dan penuntutan 1.964," ungkapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Golkar: Belum Ada Pernyataan Resmi Pak Jokowi Keluar dari PDI-P, Kami Enggak Mau 'Ge-er'

Golkar: Belum Ada Pernyataan Resmi Pak Jokowi Keluar dari PDI-P, Kami Enggak Mau "Ge-er"

Nasional
Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

Nasional
Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

Nasional
JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin 'Merampok'

JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin "Merampok"

Nasional
Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

Nasional
Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

Nasional
Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Nasional
Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

Nasional
BKKBN Minta Bocah 7 Tahun Sudah Tunangan Tak Dianggap Biasa

BKKBN Minta Bocah 7 Tahun Sudah Tunangan Tak Dianggap Biasa

Nasional
Terungkap di Sidang, Biaya Ultah Cucu SYL Di-“reimburse” ke Kementan

Terungkap di Sidang, Biaya Ultah Cucu SYL Di-“reimburse” ke Kementan

Nasional
Tanggapi Jokowi, Djarot PDI-P: Konstitusi Dilanggar dan Direkayasa, Kekaderannya Patut Diragukan

Tanggapi Jokowi, Djarot PDI-P: Konstitusi Dilanggar dan Direkayasa, Kekaderannya Patut Diragukan

Nasional
Polri Akan Gelar Operasi Puri Agung 2024, Kawal World Water Forum Ke-10 di Bali

Polri Akan Gelar Operasi Puri Agung 2024, Kawal World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama seperti Anies Kemarin

Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama seperti Anies Kemarin

Nasional
Kasus Dana PEN, Eks Bupati Muna Divonis 3 Tahun Bui

Kasus Dana PEN, Eks Bupati Muna Divonis 3 Tahun Bui

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com