Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KPK Sebut Sejumlah Negara Keluarkan Limbah FABA dari Kategori B3

Kompas.com - 22/03/2021, 15:26 WIB
Irfan Kamil,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menilai peraturan pemerintah nomor 101 tahun 2014 tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun yang memasukan limbah limbah fly ash bottom ash (FABA) sebagai limbah Bahan Beracun Berbahaya (Limbah B3) memiliki beberapa kelemahan.

Hal itu dikatakan Wakil Ketua KPK Lili Pintauli Siregar dalam diskusi media 'Menjawab Dilema FABA', Senin (22/3/2021).

Lili mengatakan, pada 2020, KPK telah melakukan telaah pengelolaan limbah FABA Batubara di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

Baca juga: Limbah Batu Bara Dikeluarkan dari Kategori Bahaya, Anggota Komisi IV: Kami Akan Minta Penjelasan KLHK

Tujuan kegiatan, kata Lili, untuk mencegah agar tidak terjadi tindak pidana korupsi dan juga potensi kerugian negara yang disebabkan terhadap kelemahan kebijakan.

“Kelamahan itu antara lain dari hasil studi literatur didapatkan bahwa pengkategorian FABA sebagai limbah B3 ini ternyata tidak sesuai dengan pratik di berbagai negara internasional," kata Lili, Senin.

"Jepang, Amerika Serikat, Austrailia, China, Eropa, ternyata mengkategorikan FABA sebagai limbah non B3,” ucap dia.

Lili menjelaskan, sebagian besar pembangkit listrik pada PLN merupakan PLTU dan energi primernya adalah berasal dari baru bara yang menghasilkan FABA.

Adanya peraturan pemerintah pengelolaan limbah yang memasukan limbah FABA ke limbah B3, menyebabkan timbulnya peningkatan pembiayaan.

Salah satunya, yakni pada unsur peningkatan Biaya pokok penyediaan (BPP) PLN di tahun 2019 sebesar 74 rupiah per KWH.

Hal itu, lanjut Lili, berakibat pada kenaikan BPP per KWH secara signifikan untuk pembangkit-pembangkit listrik di luar pulau jawa seperti PLTU Labuan Angin di Sumatera sebesar 790,65 rupiah per KWH.

Selain itu, Lili menyebut, masuknya limbah FABA sebagai limbah B3 juga dapat meningkatkan risiko korupsi pada tata kelola FABA serta mengurangi peluang pada pemanfaatannya secara maksimal sebagai bahan baku pada industri konvensional.

“Dengan nilai potensi Rp 300 triliun pada industri maju atau nano teknologi dengan nilai tambah yang berlipat,” ucap Lili.

Di samping merujuk pada praktik-praktik di banyak negara tersebut, Lili menyatakan, pengkategorian FABA bukan sebagai limbah B3 juga merujuk pada instransi yang berwenang.

Misalnya dari hasil penelitan LIPI dan dari pusat penelitian pengembangan teknologi mineral dan dan batubara di Kementerian ESDM.

Oleh sebab itu, KPK akan terus melakukan monitoring baik dari sisi regulasi dan kebijakannya serta implementasinya oleh PLN dan kementerian terkait.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

CSIS: Pemilu 2024 Hasilkan Anggota DPR Muda Paling Minim Sepanjang Sejarah Sejak 1999

CSIS: Pemilu 2024 Hasilkan Anggota DPR Muda Paling Minim Sepanjang Sejarah Sejak 1999

Nasional
PPATK Koordinasi ke Kejagung Terkait Aliran Dana Harvey Moeis di Kasus Korupsi Timah

PPATK Koordinasi ke Kejagung Terkait Aliran Dana Harvey Moeis di Kasus Korupsi Timah

Nasional
Prabowo-Titiek Soeharto Hadiri Acara Ulang Tahun Istri Wismoyo Arismunandar, Ada Wiranto-Hendropriyono

Prabowo-Titiek Soeharto Hadiri Acara Ulang Tahun Istri Wismoyo Arismunandar, Ada Wiranto-Hendropriyono

Nasional
Banyak Catatan, DPR Dorong Revisi UU Pemilu Awal Periode 2024-2029

Banyak Catatan, DPR Dorong Revisi UU Pemilu Awal Periode 2024-2029

Nasional
Pakar Ragu UU Lembaga Kepresidenan Terwujud jika Tak Ada Oposisi

Pakar Ragu UU Lembaga Kepresidenan Terwujud jika Tak Ada Oposisi

Nasional
Istana Sebut Pertemuan Jokowi dan Prabowo-Gibran Semalam Atas Inisiatif Prabowo

Istana Sebut Pertemuan Jokowi dan Prabowo-Gibran Semalam Atas Inisiatif Prabowo

Nasional
Presiden Jokowi Ucapkan Selamat Saat Bertemu Prabowo Semalam

Presiden Jokowi Ucapkan Selamat Saat Bertemu Prabowo Semalam

Nasional
Jokowi Siapkan Program Unggulan Prabowo-Gibran Masuk RAPBN 2025

Jokowi Siapkan Program Unggulan Prabowo-Gibran Masuk RAPBN 2025

Nasional
CSIS: Mayoritas Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik

CSIS: Mayoritas Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik

Nasional
Korlantas Kaji Pengamanan Lalu Lintas Jelang World Water Forum Ke-10 di Bali

Korlantas Kaji Pengamanan Lalu Lintas Jelang World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
Jokowi Dukung Prabowo-Gibran Rangkul Semua Pihak Pasca-Pilpres

Jokowi Dukung Prabowo-Gibran Rangkul Semua Pihak Pasca-Pilpres

Nasional
Pakar Sebut Semua Lembaga Tinggi Negara Sudah Punya Undang-Undang, Hanya Presiden yang Belum

Pakar Sebut Semua Lembaga Tinggi Negara Sudah Punya Undang-Undang, Hanya Presiden yang Belum

Nasional
Saksi Ungkap SYL Minta Kementan Bayarkan Kartu Kreditnya Rp 215 Juta

Saksi Ungkap SYL Minta Kementan Bayarkan Kartu Kreditnya Rp 215 Juta

Nasional
Saksi Sebut Bulanan untuk Istri SYL dari Kementan Rp 25 Juta-Rp 30 Juta

Saksi Sebut Bulanan untuk Istri SYL dari Kementan Rp 25 Juta-Rp 30 Juta

Nasional
Tata Kelola Dana Pensiun Bukit Asam Terus Diperkuat

Tata Kelola Dana Pensiun Bukit Asam Terus Diperkuat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com