Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mensos Risma Keberatan Syarat Praktik Psikologi Minimal Lulusan S2

Kompas.com - 22/03/2021, 15:11 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Sosial Tri Rismaharini mengaku keberatan jika mahasiswa yang diperbolehkan membuka praktik psikologi adalah lulusan pendidikan minimal Strata 2 (S2) atau Master.

Pasalnya, ia menilai, persyaratan atau kualifikasi tersebut justru hanya dapat membatasi jumlah psikolog di Indonesia.

Di sisi lain, kata dia, Indonesia membutuhkan lebih banyak profesi psikologi terutama untuk menangani apabila terjadi bencana alam dan menangani anak di sekolah.

"Jadi kalau tadi dibatasi harus S2, pak, ya berat pak. Kalau kejadiannya cukup besar, seperti dampaknya kalau kejadian di Palu atau mana, mungkin kita akan kesulitan mendapatkan (psikolog) itu," kata Risma dalam rapat kerja bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim dan Komisi X DPR, Senin (22/3/2021).

Risma mencontohkan bagaimana saat dirinya masih menjabat sebagai Wali Kota Surabaya. Ia melihat saat itu para psikolog harus mendampingi anak-anak pasca terjadinya ledakan bom, Mei 2018.

Baca juga: Data Penerima Bansos Belum Sesuai, Mensos Risma Kirimkan Staf ke Daerah

Ia menilai, para psikolog harus mendampingi anak-anak lantaran para orang tua yang tidak percaya diri mengatasi trauma anak ketika terjadinya bom di Surabaya.

"Jadi bukan hanya anak dari teroris, kita juga harus mendampingi anak per anak di seluruh kelas itu," ujarnya.

Selain itu, saat menjabat sebagai Mensos, Risma mengaku sangat membutuhkan dan terbantu dengan adanya profesi psikolog.

Menurut dia, Kementerian Sosial selama ini menggunakan jasa profesi psikologi untuk mendampingi para korban bencana dan anak-anak.

"Kami ingin menyampaikan bahwa kami selama melakukan baik pendampingan korban bencana alam, kami memang selalu menggunakan tenaga psikolog," tuturnya.

Berpegang pengalamannya tersebut, Risma mengatakan bahwa profesi psikologi sangat penting dan dibutuhkan lebih banyak tenaga sumber daya manusia (SDM).

Untuk itu, dia mengusulkan agar pendidikan Strata 1 (S1) pun diizinkan untuk praktik psikologi demi mengatasi kondisi darurat apabila terjadi bencana atau bahaya.

"Jadi maksud saya, bahwa mungkin, pengalaman saya tidak harus S2, tapi S1 mereka sudah bisa melakukan tugasnya," ucapnya.

Baca juga: Mendikbud Nadiem Ingin Pendidikan Pancasila Lebih dari Sekadar Hafalan

Selain itu, Risma menilai bahwa profesi psikologi sangat penting dan dibutuhkan di kota-kota besar, utamanya untuk mendampingi anak-anak.

Berdasarkan penilaiannya tersebut, ia mencontohkan Kota Surabaya sudah memiliki layanan psikologi 24 jam khusus untuk anak-anak.

"Kami punya layanan itu, dua psikolog, 24 jam dia on call, orang tua bisa konsultasi. Nah kalau untuk in deep nya maka mereka bisa datang di tempat yang sudah kita sediakan. Karena banyak sekali, anak kehilangan bapaknya kemudian frustrasi, tidak mau belajar, jadi anak pendiam," jelasnya.

Sebelumnya, dalam rapat yang sama, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud Nizam mengatakan, pendidikan profesi psikologi dapat dilakukan setelah jenjang S2.

Adapun hal tersebut diputuskan setelah Kemendikbud melakukan pembahasan bersama ahli psikologi dan perguruan tinggi.

"Ini ada keinginan untuk mengatur pendidikan psikologi ini, profesinya setelah master. Jadi bukan setelah S1, tetapi pada level master. Ini tentu memerlukan pendalaman kita secara lebih bijak dan lebih dalam, tentang profesi psikolog ini," kata Nizam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

Nasional
Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited  Capai Rp 17,43 Miliar

Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited Capai Rp 17,43 Miliar

Nasional
KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

Nasional
Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Nasional
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Nasional
Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Nasional
Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Nasional
KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

Nasional
Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Nasional
Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com