Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Saat Awal Pendemi, Pemerintah Kesulitan Dapat Reagen

Kompas.com - 16/03/2021, 14:13 WIB
Deti Mega Purnamasari,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tenaga Ahli Menteri Kesehatan Bidang Penanganan Covid-19 Andani Eka Putra mengungkapkan kesulitan yang dihadapi pemerintah, dalam hal ini Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam menyediakan alat untuk tes terkait Covid-19 pada awal pandemi Covid-19, Maret 2020.

Ia mengatakan, terdapat empat komponen utama untuk dapat memeriksa spesimen seseorang apakah terpapar Covid-19 atau tidak, yakni viral transport medium (VTM), kit primer, kit polyemrase chain reaction (PCR), dan kit ekstraksi.

"Itu harus kami adakan, sulitnya minta ampun. Di awal, untuk dapat kit primer saja saya harus nembak punya orang. Jadi mereka sudah beli, harus order dulu ke Singapura, saya pinjam dulu. Sulit sekali," kata Andani dalam talkshow BNPB bertajuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi Darurat, Selasa (16/3/2021).

Baca juga: Pemkab Karawang Kekurangan Reagen PCR Covid-19, Berencana Beli 5.000 Unit

Ia mengatakan, saat itu sistem yang diterapkan dalam melakukan pengetesan masih individual dan belum multipleks seperti saat ini.

Komponen reagen yang ada, kata dia, masing-masing diracik dan dicampur untuk dapat mengetes spesimen seseorang.

Selain itu, reagen juga masih merupakan barang yang sulit didapatkan karena seluruhnya buatan Eropa.

"Jadi mereka kirim ke Indonesia itu hanya sekitar 50 boks untuk semua laboratorium sehingga kita cuma dapat 1 boks untuk 50 sample," kata dia.

Kondisi tersebut, kata dia, amat menyedihkan. Apabila kit telah habis digunakan, keesokan harinya laboratorium tidak bisa bekerja karena tak ada alat pemeriksaan.

Sementara itu, sampel spesimen terus masuk ke laboratorium.

"Itu dijalani sampai sebulan, maka testing kita awalnya 22 sample paling sukses 50-90 sampel, diburu libur sehari dua hari, itu kami harus pintar-pintar mainkannya," kata dia.

Tak mengherankan jika saat itu pun semua jurus dilakukan agar pemeriksaan sampel tetap bisa dilaksanakan.

Baca juga: Cerita Awal Pandemi Covid-19, Indonesia Ambil Reagen dari Korsel

Terlebih saat itu juga belum ada pihak yang berani menembus kesulitan-kesulitan dalam pengadaan reagen.

Hingga akhirnya Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi turun tangan untuk memenuhi kebutuhan reagen.

"Testing itu nomor satu, tapi kesulitan reagen. Pengadaan BNPB muncul banyak regen, kami evaluasi semuanya karena menyangkut hasil. Jangan positif jadi negatif, negatif jadi positif," kata dia.

Dengan upaya-upaya yang telah dilakukan saat ini, kata dia, dari semula laboratorium hanya bisa menghasilkan 22 sampel per hari, kini sudah bisa mencapai 8.023 sampel per hari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Nasional
Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Nasional
Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Nasional
AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

Nasional
Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

Nasional
Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

Nasional
AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

Nasional
Prabowo Presiden Terpilih, AHY: Kami Imbau Semua Terima Hasil, Semangat Rekonsiliasi

Prabowo Presiden Terpilih, AHY: Kami Imbau Semua Terima Hasil, Semangat Rekonsiliasi

Nasional
Prabowo: Jangan Jadi Pemimpin kalau Tak Kuat Diserang, Duduk di Rumah Nonton TV Saja

Prabowo: Jangan Jadi Pemimpin kalau Tak Kuat Diserang, Duduk di Rumah Nonton TV Saja

Nasional
Dewas Akan Sidangkan Dugaan Pelanggaran Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron 2 Mei

Dewas Akan Sidangkan Dugaan Pelanggaran Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron 2 Mei

Nasional
Prabowo-Gibran Tiba di Istana untuk Bertemu Jokowi

Prabowo-Gibran Tiba di Istana untuk Bertemu Jokowi

Nasional
AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum 'Clear', Masih Dihuni Warga

AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum "Clear", Masih Dihuni Warga

Nasional
Tak Persoalkan PKB Ingin Kerja Sama dengan Prabowo, PKS: Kita Enggak Jauh-jauh

Tak Persoalkan PKB Ingin Kerja Sama dengan Prabowo, PKS: Kita Enggak Jauh-jauh

Nasional
Bapanas Prediksi Harga Bawang Merah Normal 30-40 Hari ke Depan

Bapanas Prediksi Harga Bawang Merah Normal 30-40 Hari ke Depan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com