Apa yang terjadi setelah tahu positif?
Nah waktu Senin itu aku juga cuma batuk, cuma kan kemudian muncul hujatan netizen dan ada di media, beredar distorsi berita yang sangat parah, yang ngaco banget, akhirnya semua gejala-gejala yang sudah hilang itu balik lagi. Jadi kayaknya karena aku merasa histeris saat itu, semuanya balik lagi, dan aku jadi malah enggak bisa napas.
Jadi karena satu Indonesia tahu nih, aku inget banget, 2 Maret itu tiba-tiba WhatsApp dan DM-ku ratusan. Saat itu aku masih belum tahu kalau positif, tapi orang-orang tanya: “Sita, aku dapat kabar ini, ini lo sama ibu kan?”
Aku diam saja, enggak ada yang aku balas satu pun. Terus ada yang menyebar foto aku di grup, baru kemudian aku menanggapi itu. Pada saat itu teman-temanku tuh mungkin enggak tega ya kalau fotoku beredar.
Support itu kan berpengaruh banget ya. Saat itu keluarga kasih perhatian luar biasa, teman-teman juga, kolega, banyak banget.
Kembali ke 2 Maret, ketika Presiden Jokowi mengumumkan ada Pasien 01 dan 02, walaupun waktu itu tidak disebut identitasnya, tapi waktu itu Sita sudah tahu kalau positif Covid-19?
Enggak. Itu lucu banget sih, sekarang aku bisa ketawa, dulu stres. Aku kan penakut banget, aku takut ke rumah sakit. Aku takut tidur di ruang baru sendirian. Jadi memang lampu selalu menyala dan TV menyala, biar ada suara terus.
Hari itu aku inget banget, terus-terusan (ada kabar) Kasus 01, Kasus 02 di RSPI Sulianti Saroso. Nah waktu aku datang 1 Maret, ada pasien-pasien lain di ruang isolasi.
Jadi pas Jokowi ngomong itu, awalnya aku berpikir, “Oh mungkin bukan gue, kan ada yang lain”. Tapi saat itu sudah bombardir semua, WhatsApp dan DM Instagram. Entah gimana jurnalis banyak yang dapat nomor aku langsung hubungi minta wawancara saat itu juga.
Setelah itu ada suster perawat masuk. Aku tanya, “Suster, ini di RSPI ada siapa lagi selain aku sama ibu?”. Dia bilang, “Enggak ada, cuma Mbak doang sama ibunya”.
Loh, berarti ini Jokowi ngomongin aku sama ibu dong, berarti kami yang positif. Aku ingat banget ya rumah sakit juga bingung saat itu.
Karena ya, ini kan pandemi, sekarang sih aku mengerti. Saat itu memang kayak wow, shock banget.
Karena pandemi, yang biasanya kalau negatif dari Litbangkes dikirim email ke rumah sakit, kalau negatif boleh pulang, begitu kan?
Nah, pas positif itu karena pertama kali panik nasional jadi jalurnya langsung ke Kementerian Kesehatan langsung ke Presiden. Karena ini pandemi jadi berpengaruh ke keamanan dan ekonomi sosial seluruh Indonesia kan ya.
Jadi bahkan rumah sakit itu juga enggak tahu saat itu. Jadi waktu itu tentunya sangat membingungkan banget, tapi karena aku tahunya begitu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.