Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemeriksaan Spesimen Rendah, IDI Ingatkan Pemerintah Bahaya Rasa Aman Palsu

Kompas.com - 08/03/2021, 18:56 WIB
Tatang Guritno,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Tim Pedoman dan Protokol Tim Mitigasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Eka Ginanjar mengatakan bahwa rendahnya jumlah spesimen tes Covid-19 dapat menimbulkan rasa aman palsu pada masyarakat.

Eka menjelaskan bahwa dengan jumlah spesimen yang rendah dan angka kasus positif yang menurun, masyarakat serta pemerintah dapat menjadi lengah untuk terus melakukan disiplin protokol kesehatan.

Jika jumlah spesimen setiap harinya menurun, menurut Eka, berarti proses test, tracing, treatment (3T) dari pemerintah tidak berjalan efektif.

"Kemampuan 3T kita harusnya stabil di jumlah yang direkomendasikan. Kalau kurang maka akan menimbulkan hasil yang tidak akurat, yang ditakutkan menimbulkan perasaan aman palsu dari masyarakat dan pemerintah yang akhirnya menyebabkan lengahnya penerapan protokol kesehatan," jelas Eka pada Kompas.com, Senin (8/3/2021).

Baca juga: UPDATE 8 Maret: Total 11.198.738 Spesimen Covid-19 yang Diperiksa

Eka khawatir, jika kondisi tersebut terjadi di masyarakat, pandemi Covid-19 gelombang kedua akan lebih berbahaya.

"Kondisi ini dapat menyebabkan gelombang berikutnya yang lebih berbahaya, bahkan bisa lebih meningkat baik angka kumulatif maupun angka kasus aktif (Covid-19)," ucap Eka.

Ia menyebut bahwa jika gelombang kedua Covid-19 melanda dan masyarakat sudah abai protokol kesegatan, dampak paling serius juga akan terjadi di bidang ekonomi.

Roda ekonomi yang mulai berjalan bisa kembali lumpuh. 

Eka pun berharap pemerintah kembali gencar dengan program 3T agar masyarakat juga tidak abai dalam menjalankan protokol kesehatan.

"Maka 3T merupakan tanggung jawab pemerintah untuk menjamin agar terlaksana dengan baik," ucap dia.

Baca juga: Pemerintah Klaim PPKM Mikro Berhasil Tekan Kasus Aktif Covid-19

Diberitakan sebelumnya, Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengakui pemeriksaan atau testing Covid-19 menurun beberapa hari terakhir.

Doni meminta pemerintah daerah (pemda) melakukan evaluasi terkait proses testing, termasuk pelacakan (tracing) dan perawatan (treatment).

"Tolong dilaporkan kepada pimpinan masing-masing ya, apa persoalannya? Yang semula pemeriksaan harian itu mencapai rata-rata di atas 50 spesimen per hari," ucap Doni dikutip dari tayangan koordinasi penanganan Covid-19 seluruh Indonesia di kanal YouTube BNBN, Senin.

Baca juga: Tempat Tidur Isolasi Covid-19 di Jakarta Terisi 60 Persen

Laporan evaluasi, menurut Doni, akan menjadi acuan meningkatkan 3T, misalnya dengan menamvag mesin PCR di sejumlah wilayah yang kekurangan.

"Mungkin mesin PCR-nya mengalami hambatan dan sebagainya atau petugasnya juga sudah semakin berkurang, ini juga kita minta masukan, para kepala bidang tolong nanti evaluasi kalau diketahui," kata dia. 

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menakar Nasib Ketua KPU Usai Diadukan Lagi ke DKPP Terkait Dugaan Asusila

Menakar Nasib Ketua KPU Usai Diadukan Lagi ke DKPP Terkait Dugaan Asusila

Nasional
Tak Lagi Solid, Koalisi Perubahan Kini dalam Bayang-bayang Perpecahan

Tak Lagi Solid, Koalisi Perubahan Kini dalam Bayang-bayang Perpecahan

Nasional
TPN Ganjar-Mahfud Sebut 'Amicus Curiae' Bukan untuk Intervensi MK

TPN Ganjar-Mahfud Sebut "Amicus Curiae" Bukan untuk Intervensi MK

Nasional
Percepat Kinerja Pembangunan Infrastruktur, Menpan-RB Setujui 26.319 Formasi ASN Kementerian PUPR

Percepat Kinerja Pembangunan Infrastruktur, Menpan-RB Setujui 26.319 Formasi ASN Kementerian PUPR

Nasional
Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

Nasional
TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

Nasional
Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Nasional
Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Nasional
Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Nasional
Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Nasional
Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan 'Amicus Curiae' seperti Megawati

Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan "Amicus Curiae" seperti Megawati

Nasional
Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah 'Nyapres' Tidak Jadi Gubernur Jabar

Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah "Nyapres" Tidak Jadi Gubernur Jabar

Nasional
Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Nasional
Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com