Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

LP3ES: Ada Upaya Manipulasi Opini Publik Saat KLB Kubu Kontra-AHY

Kompas.com - 08/03/2021, 10:06 WIB
Achmad Nasrudin Yahya,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Lembaga Penelitian, Pendidikan, Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) menduga ada upaya memanipulasi opini publik di media sosial saat Kongres Luar Biasa (KLB) kubu kontra-Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di Deli Sedang, Sumatera Utara, Jumat (5/3/2021).

Direktur Pusat Studi Media dan Demokrasi LP3ES Wijayanto mengatakan, manipulasi opini publik ini tampak dari kemunculan ratusan ribu konten narasi soal KLB dalam waktu singkat.

Hal itu disampaikannya dalam webinar bertajuk Oligarki dan Koalisi Partai Mayoritas Tunggal, Minggu (7/3/2021).

"Manipulasi opini publik itu dimainkan oleh pasukan siber yang terdiri dari influencer (yaitu akun asli yang bisa diverifikasi identitasnya) dan buzzer (akun anonim yang tidak bisa diverifikasi siapa identitasnya)," ujar Wijayanto dalam keterangan tertulis, Minggu.

Baca juga: Manuver Moeldoko: Anomali Politik dan Masalah Etika Berdemokrasi

Wijayanto mengatakan, pasukan siber pendukung KLB kubu kontra-AHY ini memainkan narasi yang mencoba mengeksploitasi emosi publik di internal Partai Demokrat.

Narasi yang dibangun misalnya, polemik yang terjadi di internal Demokrat merupakan hal wajar karena partai itu disebut memainkan politik dinasti.

Kemudian, adanya pandangan bahwa kader Partai Demokrat dinarasikan korup. Lalu juga ada narasi karma sebagai akibat dari apa yang telah dilakukan SBY pada masa lalu terhadap Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Terakhir, narasi bahwa Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko dapat menyelamatkan Partai Demokrat yang dianggap dalam kondisi terpuruk.

Baca juga: Demokrat Khawatir Manuver Moeldoko Dibiarkan oleh Jokowi

Wijayanto menganalisis, dalam hal ini, kubu pendukung AHY juga tampak tidak tinggal diam.

Mereka mencoba melawan dengan narasi KLB bodong, KLB abal-abal, KLB dagelan, hingga narasi selamatkan Partai Demokrat, selamatkan demokrasi.

Meskipun demikian, menurut Wijayanto, perang opini ini dimenangkan kubu pendukung Moeldoko dan KLB kubu kontra-AHY.

Hal ini tampak dari tagar paling dominan adalah tagar#MoeldokoSaveDemokrat sebanyak 15.576 tweets dan #MoeldokoKetumPDSah sebanyak 14.621 tweets, jauh melampaui tagar lainnya.

"Tragedi KLB Partai Demokrat merupakan refleksi semakin seriusnya kemunduran demokrasi di Indonesia antara lain yang dicirikan oleh diberangusnya lawan politik dengan berbagai cara mulai dari persuasi hingga koersif melalui intervensi kekuasaan," kata Wijayanto.

Baca juga: CSIS: Jokowi Harus Bicara soal Penetapan Moeldoko sebagai Ketum Demokrat Versi KLB

Wijayanto menambahkan, tragedi KLB ini juga merefleksikan musnahnya etika politik di antara para elite yang menggunakan praktik-praktik Machiavellian untuk meraih kekuasaan.

Mereka percaya bahwa dukungan dan kepercayaan publik bisa didapat dengan manipulasi opini publik.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama Seperti Anies Kemarin

Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama Seperti Anies Kemarin

Nasional
Kasus Dana PEN, Eks Bupati Muna Divonis 3 Tahun Bui

Kasus Dana PEN, Eks Bupati Muna Divonis 3 Tahun Bui

Nasional
Surya Paloh Bakal Bertemu Prabowo Sore Ini, Nasdem Belum Ambil Keputusan

Surya Paloh Bakal Bertemu Prabowo Sore Ini, Nasdem Belum Ambil Keputusan

Nasional
Jalankan Amanah Donatur, Dompet Dhuafa Berbagi Parsel Ramadhan untuk Warga Palestina

Jalankan Amanah Donatur, Dompet Dhuafa Berbagi Parsel Ramadhan untuk Warga Palestina

Nasional
Wapres Sebut Target Penurunan 'Stunting' Akan Dievaluasi

Wapres Sebut Target Penurunan "Stunting" Akan Dievaluasi

Nasional
Persilakan Golkar Tampung Jokowi dan Gibran, PDI-P: Kami Bukan Partai Elektoral

Persilakan Golkar Tampung Jokowi dan Gibran, PDI-P: Kami Bukan Partai Elektoral

Nasional
Dana Pensiun Bukit Asam Targetkan 4 Langkah Penyehatan dan Penguatan pada 2024

Dana Pensiun Bukit Asam Targetkan 4 Langkah Penyehatan dan Penguatan pada 2024

Nasional
Di Depan Wiranto-Hendropriyono, Prabowo Minta Maaf Pernah Nakal: Bikin Repot Senior...

Di Depan Wiranto-Hendropriyono, Prabowo Minta Maaf Pernah Nakal: Bikin Repot Senior...

Nasional
Albertina Dilaporkan Wakil Ketua KPK, Ketua Dewas: Apa yang Salah? Ada Surat Tugas

Albertina Dilaporkan Wakil Ketua KPK, Ketua Dewas: Apa yang Salah? Ada Surat Tugas

Nasional
Polri Terbitkan Red Notice 2 Buron TPPO Bermodus Magang ke Jerman

Polri Terbitkan Red Notice 2 Buron TPPO Bermodus Magang ke Jerman

Nasional
Surya Paloh Bakal Temui Prabowo di Kertanegara, Nasdem: Menguatkan Sinyal Komunikasi

Surya Paloh Bakal Temui Prabowo di Kertanegara, Nasdem: Menguatkan Sinyal Komunikasi

Nasional
Temui Mensesneg Pratikno, Menpan-RB Anas Bahas Progres Skenario Pemindahan ASN ke IKN

Temui Mensesneg Pratikno, Menpan-RB Anas Bahas Progres Skenario Pemindahan ASN ke IKN

Nasional
Jokowi Teken Perpres, Wajibkan Pemda Bentuk Unit Perlindungan Perempuan dan Anak

Jokowi Teken Perpres, Wajibkan Pemda Bentuk Unit Perlindungan Perempuan dan Anak

Nasional
Politikus PPP Sebut Ada Kemungkinan Parpolnya Gabung Koalisi Prabowo-Gibran

Politikus PPP Sebut Ada Kemungkinan Parpolnya Gabung Koalisi Prabowo-Gibran

Nasional
Ini Status Perkawinan Prabowo dan Titiek Soeharto

Ini Status Perkawinan Prabowo dan Titiek Soeharto

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com