Dari laporan awal yang diterima kepolisian, MI mengakhiri hidup diduga karena bermasalah dengan tugas daring dan terbatasnya fasilitas internet di daerahnya.
"Sampai saat ini kami masih melakukan pendalaman terkait penyebab utama korban menanggak racun berdasarkan laporan awal yang kami terima dimana korban depresi akibat tugas daring dan terbatasnya fasilitas internet dan tidak menutup kemungkinan hal ini akan berubah atau bertambah" kata Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polres Gowa AKP Jufri Natsir.
3. Siswa berhenti sekolah
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengaku kebijakan pembelajaran jarak jauh yang dijalankan selama pandemi Covid-19 menjadi pemicu siswa berhenti sekolah.
Akibat pandemi ini, siswa yang tidak bisa mengikuti PJJ selama berbulan-bulan akhirnya memutuskan bekerja dan menikah dini.
"Dari temuan KPAI, ada 119 siswa yang menikah, laki-laki maupun perempuan, yang usianya berkisar 15-18 tahun," kata Komisioner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti dalam siaran persnya, Rabu (17/2/2021).
Baca juga: Akibat PJJ, KPAI: Ancam Siswa Putus Sekolah dan Nikah Lebih Dini
Dia menyatakan, pihak sekolah mengetahui siswanya menikah atau bekerja dari kunjungan ke rumah orangtua siswa.
"Awalnya kita datang ke rumah siswa saat PJJ berlangsung, mereka tak mengumpulkan tugas. Sekolah baru tahu yang bersangkutan mau menikah, sudah menikah, dan sudah kerja," ungkap dia.
Harapan pembelajaran tatap muka untuk mengatasi berbagai persoalan PJJ muncul setelah vaksinasi untuk guru dan tenaga kependidikan dimulai pada Rabu (24/2/2021) di Jakarta.
"Vaksinasi untuk tenaga kependidikan telah dimulai. Saya tadi menyaksikan dan berjalan lancar, para guru dan tenaga pendidik telah divaksin," ujar Presiden Joko Widodo.
Presiden berharap, setelah DKI Jakarta, semua provinsi juga dapat menggelar vaksinasi untuk guru dan tenaga pendidik.
Baca juga: Pro Kontra Orangtua Siswa di Jakarta soal Rencana Sekolah Tatap Muka Juli 2021
"Ini karena tenaga pendidik dan tenaga kependidikan seperti guru penting. Ini kita berikan prioritas agar nanti diawal semester kedua pendidikan tatap muka bisa kita mulai lakukan," terang Presiden.
Presiden menarget, di bulan Juni nanti 5 juta guru, tenaga pendidik dan kependidikan semuanya bisa selesai ikut vaksin guru.
"Targetnya di bulan Juni nanti 5 juta guru dan tenaga kependidikan semuanya Insya Allah sudah bisa kita selesaikan," kata Presiden.
"Sehingga di bulan Juli saat mulai ajaran baru, semuanya bisa berjalan normal kembali, saya kira targetnya itu," tandas Presiden Jokowi.
Baca juga: Pembelajaran Tatap Muka Sekolah di Solo Dimulai Juli, Gibran: Kita Kebut Vaksinasi
Sementara itu, Mendikbud Nadiem Makarim yakin proses vaksin guru bisa selesai di akhir Juni 2021.
Jika target itu tercapai, maka proses belajar tatap muka di sekolah bagi siswa bisa benar-benar terlaksana pada Juli 2021.
"Kami ingin memastikan guru dan tenaga kependidikan sudah selesai vaksinasi di akhir Juni. Sehingga di Juli sudah melakukan proses belajar tatap muka di sekolah," kata Nadiem.
Kendati belajar tatap muka, siswa dan guru tetap mematuhi protokol kesehatan di sekolah dengan baik.
Sehingga, semua bisa melatih kebiasaan baru yakni proses sekolah tatap muka dengan menerapkan protokol kesehatan yang baik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.