JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, sikap kompromi merupakan bagian dari seni dalam berpolitik.
"Kalau dalam politik, kompromi itu seninya. Bagaimana berkompromi, bagaimana mencapai hasil dengan kompromi. The art of politic," ujar Kalla, dalam wawancara dengan Pemimpin Redaksi Kompas.com Wisnu Nugroho, di kanal Youtube Kompas.com, Senin (22/2/2021).
Baca juga: UUD 1945 Jadi Alasan Jusuf Kalla Berhasrat Akhiri Konflik Afghanistan
Kalla menyebut, berbagai pihak yang berbeda pandangan bisa mencapai tujuan bersama melalui kompromi.
Tujuan bersama itu dicapai melalui proses negosiasi antarpihak yang kompromistis. Dengan demikian, kompromi dapat menjadi penentu supaya para pihak bisa mencapai tujuannya.
Ia mencontohkan, sikap kompromi yang terjadi dalam konflik di Afghanistan. Konflik yang begitu lama terjadi antara Pemerintah Afghanistan dan kelompok Taliban.
Namun, menurut Kalla, kedua pihak berkompromi dengan tujuan mengakhiri konflik. Maka terjadilah negosiasi untuk menciptakan perdamaian.
"Ya menerima kepentingannya terjaga, seperti Afghanistan bagaimana pemerintah itu tetap bisa menjalankan pemerintahannya," kata Kalla.
Baca juga: Jusuf Kalla: Dulu Saya Usulkan Pilkada 3 Kali sebab Rumit bagi Penyelenggara
Kalla yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) itu bermimpi terciptanya perdamaian di Afghanistan.
Hal itu terbukti dengan kesediaannya menjadi mediator antara pemerintah Afghanistan dan Taliban.
Ia mengatakan, perannya dalam menciptakan perdamaian di Afghanistan merupakan dalam rangka menjalankan amanat konstitusi Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.
Dalam perjalanannya, Kalla pernah bertandang langsung ke Afghanistan.
Ia diterima langsung Presiden Afghanistan Ashraf Ghani di Gulkhana Palace, Kompleks Istana Kepresidenan Afghanistan, Kabul, Kamis (24/12/2020).
Baca juga: Tentang Revisi UU Pemilu, Jusuf Kalla Nilai Pemilu Serentak 2024 Akan Sangat Berat Dilaksanakan
Dalam pertemuan tersebut, Ghani meminta Kalla untuk memimpin perundingan damai tersebut.
Kalla juga mengajak Hamid Awaluddin yang merupakan Ketua Juru Runding Helsinki untuk Perdamaian Aceh.
Selama berada di Kabul, Kalla sempat berdiskusi dan bertukar pikiran dengan Menteri Urusan Haji dan Agama Afghanistan, Muhammad Qosim Halimi, serta sejumlah pejabat penting lainnya untuk membahas perdamaian.
Keseriusan Kalla ingin menyudahi konflik di Afghanistan tak berhenti sampai di situ.
Kalla juga mengaku pernah mengundang perwakilan Taliban ke kediamannya di Jakarta untuk membahas isu serupa.
"Jadi saya undang Taliban ke sini, makan di rumah ini (di rumahnya)," kata Kalla.
Baca juga: Jusuf Kalla: Saya Selalu Hormat ke Bu Mega karena 2 Kali Diangkat Jadi Menteri
Ternyata, langkah Kalla menemui kedua belah pihak bertujuan supaya bisa mengenal lebih dalam tentang mereka.
"Anda tidak bisa mendamaikan suatu negara, suatu suku, suatu orang, tanpa mengenal dua belah pihak," kata Kalla.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.