JAKARTA, KOMPAS.com - Presidium Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) Gatot Nurmantyo mendukung langkah tegas pemerintah Amerika Serikat (AS) yang menolak klaim sepihak China atas Laut China Selatan.
Sikap penolakan AS terhadap klaim China dilontarkan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken beberapa waktu lalu.
"Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia menyambut sikap Amerika Serikat tersebut sebagai langkah penting untuk menjaga stabilitas dan keamanan kawasan ASEAN," ujar mantan Panglima TNI tersebut dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Selasa (23/2/2021).
Baca juga: Jokowi: Stabilitas di Laut China Selatan Tercipta jika Semua Negara Hormati UNCLOS 1982
Gatot menilai, sikap AS tersebut merupakan sebagai respons atas pelanggaran yang dilakukan China terhadap hukum internasional, United Nations Convention on The Law of the Sea (UNCLOS) 1982 di Laut China Selatan.
Sejalan dengan itu, Gatot mengingatkan anggota ASEAN, khususnya Indonesia sebagai negara terbesar di Asia Tenggara, berkomitmen menjalankan hukum internasional.
Hal ini sesuai dengan prinsip politik luar negeri yang dianut Indonesia yakni bebas aktif.
Karena itu, lanjut Gatot, Indonesia sebagai negara anggota aktif PBB, perlu segara meningkatkan peran diplomasi di forum internasional.
"Untuk menjaga ketertiban dan perdamaian khususnya di kawasan ASEAN, di dunia pada umumnya," ucap Gatot.
Baca juga: Bertemu Menlu China, Retno: Jaga Laut China Selatan dengan Hormati UNCLOS 1982
Gatot juga menilai, bahwa AS sebagai mitra strategis ASEAN berkepentingan untuk menjaga investasinya melalui stabilitas politik dengan terus mendorong pertumbuhan ekonomi ASEAN yang berdampak pada ekonomi international.
Menurut dia, kedekatan AS dengan ASEAN sudah berlangsung sejak lama, khususnya dalam bentuk kerja sama dalam bidang ekonomi dan keamanan.
Untuk itu, Indonesia sebagai tuan rumah kantor ASEAN perlu memberikan merespons positif dan cepat atas dinamika di Laut China Selatan.
"Dengan langkah-langkah strategis, untuk menghindari semakin memanasnya kawasan Laut China Selatan di tengah krisis ekonomi global, dan pandemi Covid-19 yang menimpa seluruh dunia," kata Gatot Nurmantyo.
Baca juga: Intensifnya Pertemuan Indonesia-AS: Permintaan True Friend, Investasi, dan Laut China Selatan
Dinamika di Laut China Selatan antara AS dan China belakangan ini mengalami eskalasi cukup tinggi.
Bahkan, AS melalui Kementerian Luar Negeri menyatakan, mereka memperingatkan China agar tak unjuk kekuatan di Laut China Selatan.
Washington mengaku sangat menyoroti aturan baru, di mana para penjaga pantai "Negeri Panda" bisa menodongkan senjata ke kapal asing yang dianggap melanggar kedaulatan.
Juru bicara Kemenlu AS Ned Price menyatakan, dikhawatirkan hukum itu bakal dipakai untuk mengintimidasi maritim di sekitar Beijing.
Price mengingatkan baik China maupun negara yang beroperasi di Laut China Selatan untuk bertindak profesional.
"Kami sangat khawatir jika China bisa menggunakan aturan ini untuk menerapkan klaim maritim ilegal di sana," kata Ned Price.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.