JAKARTA, KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 hampir satu tahun mewabah di Indonesia sejak kasus pertama ditemukan pada Maret 2020.
Meski demikian, masih ada publik yang menganggap bahwa Covid-19 merupakan konspirasi. Hal itu diketahui berdasarkan temuan survei Parameter Politik yang menyatakan bahwa 20,3 persen responden menganggap Covid-19 konspirasi.
"Setelah hampir satu tahun Covid-19 masuk Indonesia, ternyata masih cukup banyak masyarakat yang menganggap Covid-19 adalah konspirasi 20,3 persen," tulis rilis survei Parameter Politik yang diterima Kompas.com, Senin (22/2/2021).
Kendati demikian, hasil survei juga mengungkapkan bahwa sebanyak 56,7 persen responden menganggap Covid-19 nyata adanya.
Sementara itu, 23 persen sisanya memilih untuk tidak menjawab.
Selain itu, survei yang dilakukan kepada 1.200 responden ini juga menanyakan perihal pendapat apakah Covid-19 merupakan alami atau rekayasa manusia untuk tujuan tertentu.
Baca juga: Banyak PHK Selama Pandemi, Jokowi: Buat Pekerja Kembali Bekerja
Hasil survei pun menyatakan, sebanyak 28,7 persen menganggap Covid-19 buatan manusia, sedangkan 48,9 persen menjawab alami.
Sisanya sebanyak 22,4 persen memilih tidak menjawab.
"Sehingga sosialisasi maupun edukasi terhadap masyarakat terkait virus Covid-19 masih penting untuk terus digencarkan," bunyi rilis tersebut.
Adapun pengambilan data survei dilakukan pada 3-8 Februari 2021.
Lebih jauh, survei juga menanyakan kepada responden mengenai kondisi umum ekonomi di masyarakat pasca Covid-19.
Hasil survei menunjukkan, sebanyak 50,7 persen responden mengaku kondisi perekonomian lebih buruk daripada satu tahun sebelumnya, sebelum pandemi mewabah.
Selain itu, sebanyak 20,9 persen mengaku kondisi ekonomi keluarganya sama saja seperti sebelum pandemi, 9,7 persen menjawab lebih baik, dan 18,7 persen tidak menjawab.
Survei juga menanyakan mengenai kondisi perekonomian keluarga di masyarakat pada bulan April 2020, atau satu bulan setelah pandemi mewabah.
Baca juga: Komisi I DPR Rencanakan Kunjungan Kerja ke Qatar di Tengah Pandemi
Hasil survei menunjukkan, sebanyak 44,2 persen menjawab kondisi perekonomian sama saja, 39,1 persen menjawab lebih buruk, 13,9 persen menjawab lebih baik, dan 2,8 persen sisanya tidak menjawab.
Lebih lanjut, survei juga menanyakan dua pilihan kepada responden, yaitu membatasi aktivitas perekonomian untuk mengurangi wabah Corona, ataukah tidak membatasi perekonomian meski berisiko meningkatkan penyebaran virus.
Temuan survei mengatakan, sebanyak 39,1 persen memilih untuk tidak membatasi perekonomian meski berpotensi meningkatkan penyebaran virus.
Kemudian, sebanyak 32,9 persen menjawab membatasi perekonomian demi mengurangi wabah. Sisanya 28 persen memilih tidak menjawab.
Rilis survei menyimpulkan, temuan data survei menggambarkan kondisi ekonomi masyarakat saat ini masih relatif belum membaik dibandingkan 10 bulan yang lalu saat Covid-19 baru menyerang Indonesia.
Baca juga: Jokowi ke Pekerja: Tingkatkan Keahlian Agar Setelah Pandemi Membaik, Mampu Bersaing Secara Global
"Kondisi ini memicu kejenuhan masyarakat sehingga bersikap kurang peduli terhadap wabah Covid-19," tulis rilis.
"Ketika diminta memilih antara aktivitas ekonomi atau penanggulangan wabah, masyarakat terbelah dan cenderung lebih memilih pembebasan aktivitas ekonomi walaupun berpotensi meningkatkan penyebaran Covid-19 39,1 persen," lanjutnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.