Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gotong Royong Melawan Pandemi

Kompas.com - 21/02/2021, 21:11 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Dampak dari situasi tersebut, ada yang memilih tindakan regulasi tegas sepihak dari negara dalam penerapan lockdown total, ada pula yang berharap pada pastisipasi masyarakat dalam Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ala Indonesia.

Pada saat negara sedang sibuk menyiapkan berbagai regulasi, yang justru menarik adalah peran non-state actor (aktor non-negara) yang bergerak cepat dalam semangat gotong-royong menyelamatkan mayarakat dari virus yang tidak ‘bergantung pada regulasi’ sebuah negara secara global.

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) secara kolektif maupun para individu tokoh aktor non-negara dan tentu juga para tenaga kesehatan patut mendapatkan apresiasi tinggi, bahkan sesungguh dapat di kategorikan sebagai pahlawan terkait peran respons awal meghadapi pandemi ini.

Dari awal hingga kini, mereka sesungguhnya tidak pernah menunggu regulasi pemerintah, melainkan menjiwai makna filosofis gotong-royong dalam menghadapi darurat kemanusiaan yang sedang melanda. Mereka mempertaruhkan harta, martabat, jiwa dan raga demi menyelamatkan setiap insan manusia.

Dalam konteks Indonesia, salah satu contoh nyata yang menjadi sorotan adalah Tomy Winata melalui Yayasan Atha Graha Peduli (AGP). Sosok individu Tomy Winata ini unik karena anggapan umum bahwa AGP sesugguhnya adalah sarana menyaluraan apirasinya, berbeda dengan oganisasi non-profit lainnya yang bergerak secara kolektif.

Sebagaimana kita ketahui, pengusaha nasional yang kerap berkontribusi besar terhadap bencana alam dan kemanusiaan ini adalah aktor non-negara yang pertama di Indonesia dalam kontribusi penangulangan Covid-19 di Indonesia.

Bermula pada Febuari-Maret 2020, saat negara belum memiliki regulasi-regulasi menghadapi pandemik Covid-19, AGP menyalurkan bantuan kepada pemerintah dalam penyediaan tempat isolasi dan observasi bagi 188 WNI kru kapal pesiar World Dream di pulau Sebaru Kecil (Kepulauan Seribu), Artha Graha kemudiaan berpacu dalam waktu menyediakan pusat kesehatan darurat dengan menyediakan fasiltas pemeriksaan Covid-19 secara gratis bagi masyarakat kurang mampu.

Bahkan membantu dalam penyediaan peralatan perlindungan bagi tenaga kesehatan. Langkah nyata inipun berlanjut hingga kini dengan keterlibatan oleh lebih banyak organisasi lainnya.

Contoh ini menarik sebagai kenyataan yang relavan bahwa roh gotong-royong dalam masyarakat Indonesia sesngguhnya tidak pernah luntur, dimana pemaknaan gotong-royong adalah dimana negara sebagai aktor dan aktor non-negara secara bersama-sama dan bukan secara sendiri-sendiri, memiliki tangungjawab moril dalam menjaga lingkungan sekitar, dalam konteks ini terhadap pandemik Covid-19.

Sebagai perbandingan di awal masa pandemik dengan negara-negara penduduk terbesar di dunia, langkah di China sama sekali berbeda dengan Indonesia dimana penangulangan Covid-19 di Wuhan dilakukan dengan penerapan lockdown penuh dan pembangunan fasilitas kesehatan secara rapid yang sepenuhnya dipimpin oleh negara.

Penerapan lockdown di China pun mimiliki lack of communication antara masyarakat dan pemerintah. Sekalipun demikian, Wuhan berhasil menerapkan disiplin luar biasa hingga akhirnya mendeklarasikan temporary victory (kemenangan sementara) atas Covid-19.

Urgensi penerapan lockdown pun akhirnya memengaruhi pemerintahan negara-negara lain terkait metode penangulangan pandemik ini. Sejalan dengan China, India menerapkan lockdown total terbesar di dunia terhadap lebih dari 900 juta penduduk dari total 1,3 miliar penduduk negri Bollywood tersebut.

Uniknya, pemerintahaan New Delhi membangun komunikasi politik yang unik dengan masyarakat awam dan pedesaan melalui perumpamaan Ramayana.

Perdana Mentri Narenda Modi mengibaratkan saat Rama membuat garis api agar Shinta tidak keluar dari rumah selama 21 hari dan menyerukan agar setiap sore hari tiap keluarga untuk berdiri di jendela atau balkon rumah masing-masing dan memberi tepuk-tangan sebagai bentuk appresiasi dan semangat kepada para dokter dan tenaga medis yang mempertaruhkan jiwa dan raga menghadapi pandemik Covid-19.

Langkah ini pun di nilai berhasil mengedukasi situasi saat itu, tentu bersamaan dengan pengawasan disiplin yang sangat tinggi.

Berbeda dengan China dan India, Amerika Serikat (AS) menyikapi pandemi awal melalui diskursus politik domestik oleh mantan Presiden Donald Trump yang bebarengan dengan pendekatan ilmiah Dr. Anthony Fauci.

Hal yang menarik adalah kasus ini membuka ruang perdebatan antara politik dan ilmuwan tanpa adanya intervensi. Secara kasat mata, masyarakat AS pun mengalami ‘kegalauan’ sekaligus pengetahuan akan langkah pilihan individu.

Akan tetapi, situasi kini berubah dengan Presiden terpilih Joe Biden yang langsung bergerak cepat menyelaraskan politik kepada ilmu pengetahuan, hal ini tentu dengan penerapan dan pengawasan hukum secara ketat dan menyerukan pentingnya disiplin protokol kesehatan.

Pola penanggulangan Covid-19 di Indonesia pun berbeda dengan negara-negara lain pada umumnya, dimana di berbagai belahan dunia nampaknya masyarakat bergantung kepada kebijakan aktor negara secara sepihak.

Hal ini akhirnya berdampak terhadap lockdown besar-besaran di berbagai belahan bumi. Kehadiran organisasi non-profit hanya sebagai pendamping yang belum tentu berkaloborasi dengan negara, hal ini di karenakan pengalaman non-profit movement kerap sebatas bencana-bencana umum dan bukan darurat pandemik seperti saat ini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Ada Tim Transisi pada Pergantian Pemerintahan dari Jokowi ke Prabowo

Tak Ada Tim Transisi pada Pergantian Pemerintahan dari Jokowi ke Prabowo

Nasional
Tok! Kasasi KPK Kabul, Eltinus Omaleng Dihukum 2 Tahun Penjara

Tok! Kasasi KPK Kabul, Eltinus Omaleng Dihukum 2 Tahun Penjara

Nasional
Penetapan Prabowo di KPU: Mesra dengan Anies hingga Malu-malu Titiek Jadi Ibu Negara

Penetapan Prabowo di KPU: Mesra dengan Anies hingga Malu-malu Titiek Jadi Ibu Negara

Nasional
Gibran Bertemu Ma'ruf Amin, Saat Wapres Termuda Sowan ke yang Paling Tua

Gibran Bertemu Ma'ruf Amin, Saat Wapres Termuda Sowan ke yang Paling Tua

Nasional
Anies Dinilai Masih Berpeluang Maju Pilkada Jakarta, Mungkin Diusung Nasdem dan PKB

Anies Dinilai Masih Berpeluang Maju Pilkada Jakarta, Mungkin Diusung Nasdem dan PKB

Nasional
Petuah Jokowi-Ma'ruf ke Prabowo-Gibran, Minta Langsung Kerja Usai Dilantik

Petuah Jokowi-Ma'ruf ke Prabowo-Gibran, Minta Langsung Kerja Usai Dilantik

Nasional
Kejagung Periksa 3 Saksi Terkait Kasus Korupsi Timah, Salah Satunya Pihak ESDM

Kejagung Periksa 3 Saksi Terkait Kasus Korupsi Timah, Salah Satunya Pihak ESDM

Nasional
Tak Dukung Anies Maju Pilkada Jakarta, PKS Dinilai Ogah Jadi “Ban Serep” Lagi

Tak Dukung Anies Maju Pilkada Jakarta, PKS Dinilai Ogah Jadi “Ban Serep” Lagi

Nasional
2 Prajurit Tersambar Petir di Mabes TNI, 1 Meninggal Dunia

2 Prajurit Tersambar Petir di Mabes TNI, 1 Meninggal Dunia

Nasional
Usung Perubahan Saat Pilpres, PKB-Nasdem-PKS Kini Beri Sinyal Bakal Gabung Koalisi Prabowo

Usung Perubahan Saat Pilpres, PKB-Nasdem-PKS Kini Beri Sinyal Bakal Gabung Koalisi Prabowo

Nasional
[POPULER NASIONAL] Anies-Muhaimin Hadir Penetapan Presiden-Wapres Terpilih Prabowo-Gibran | Mooryati Soedibjo Tutup Usia

[POPULER NASIONAL] Anies-Muhaimin Hadir Penetapan Presiden-Wapres Terpilih Prabowo-Gibran | Mooryati Soedibjo Tutup Usia

Nasional
Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

Nasional
Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Nasional
Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com