Sehingga, data yang diterima Kemenkes lebih banyak merupakan data kasus positif Covid-19.
Lantas, mengapa hasil negatif tidak dimasukkan?
Budi mengatakan, setelah pengecekan ke sejumlah rumah sakit (RS) dan laboratorium, ditemukan jumlah data terlalu banyak.
"Lalu user interface memasukkan ke sistem aplikasi kita masih rumit. Maka itu mengakibatkan banyak laboratorium yang memasukkan data hasil pemeriksaan yang positif dulu," ungkap Budi.
"Sehingga hasil pemeriksaan negatif tidak dimasukkan. Sebab lainnya, pemeriksaan positif dicatat agar segera bisa diisolasi. Ini mengakibatkan positivity rate naik," tuturnya.
Baca juga: Positivity Rate Indonesia Tinggi, Menkes Ungkap 3 Dugaan Penyebabnya
Penyebab kedua adalah ada kemungkinan jumlah pemeriksaan atau testing Covid-19 masih kurang. Sementara, banyak kasus positif di masyarakat.
Untuk memastikan kondisi di lapangan, Kemenkes menyebut akan memperbanyak pemeriksaan dengan rapid test antigen.
Ketiga, Budi menyebut masih banyak laboratorium yang belum konsisten memasukkan laporan hasil pemeriksaan mereka. Akibatnya, ada data yang terlambat dilaporkan atau mengalami penumpukan.
Kondisi ini pun mempengaruhi tingginya positivity rate.
Baca juga: Tingginya Positivity Rate Covid-19 dan Penjelasan Menkes Budi Gunadi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.