Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 11/02/2021, 06:31 WIB
Tatang Guritno,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 jatuh di sekitar Kepulauan Seribu, 9 Januari 2021 lalu.

Empat pekan setelah kejadian tersebut, Rabu (10/2/2021) melalui konfrensi pers daring, Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) akhirnya memberikan laporan pendahuluan terkait investigasi penyebab jatuhnya pesawat yang mengangkut 6 awak dan 56 penumpng tersebut.

Data tersebut disampaikan berdasarkan rekaman flight data recorder (FDR), dan data air traffic controller (ATC) Bandara Soekarno-Hatta.

Meski prosesnya belum selesai, namun KNKT sudah merilis hasil investigasi sejauh ini. Berikut temuannya:

1. Trottle Diduga Alami Masalah

Ketua Sub-Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT Kapten Nurcahyo Utomo mengatakan, trottle atau tuas pengatur tenaga mesin sebelah kiri sempat bergerak mundur.

Kondisi ini, menurut Nurcahyo, terjadi saat pesawat berada di ketinggian 8.150 kaki, dan 10.600 kaki.

Baca juga: KNKT Minta Semua Pihak Tak Berasumsi Terkait Jatuhnya Sriwijaya Air SJ 182


Meski begitu, Nurcahyo menyebut bahwa hingga kini KNKT belum dapat menyimpulkan apakah kedua trottle dalam pesawat tersebut mengalami kerusakan.

Sebab, baik trottle kanan dan kiri sama-sama menunjukan ketidaknormalan atau anomali.

"Apakah yang rusak yang kiri kita belum tahu. Sebab (tuas) dua-duanya menunjukan sikap yang berbeda atau mengalami anomali," terang Nurcahyo.

Nurcahyo menjelaskan, bahwa trottle sebelah kiri bergerak mundur terlalu jauh. Di sisi lain, trottle sebelah kanan tidak bergerak dan terindikasi macet.

Dugaan kerusakaan trottle belum dapat disimpulkan, sebab trottle tersambung dengan 13 komponen lain dalam bagian pesawat.

"Kami masih melakukan penyelidikan dari 13 komponen lain yang terkait dengan gerakan tuas tersebut," papar Nurcahyo.

Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan Nurcahyo Utomo memberikan keterangan pers hasil investigasi kecelakaan Lion Air JT 610 di Jakarta, Jumat (25/10/2019). KNKT menyatakan ada sembilan faktor berkaitan yang menyebabkan kecelakaan Lion Air JT 610 di Perairan Karawang, Jawa Barat pada 29 Oktober 2018 lalu diantaranya desain dan sertifikasi pesawat Boeing 737-8 MAX dibuat asumsi terkait reaksi pilot terhadap kerusakan yang akan mengaktifkan Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS), tidak ada panduan mengenai MCAS untuk pilot serta miskalibrasi pada sensor AOA pesawat.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan Nurcahyo Utomo memberikan keterangan pers hasil investigasi kecelakaan Lion Air JT 610 di Jakarta, Jumat (25/10/2019). KNKT menyatakan ada sembilan faktor berkaitan yang menyebabkan kecelakaan Lion Air JT 610 di Perairan Karawang, Jawa Barat pada 29 Oktober 2018 lalu diantaranya desain dan sertifikasi pesawat Boeing 737-8 MAX dibuat asumsi terkait reaksi pilot terhadap kerusakan yang akan mengaktifkan Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS), tidak ada panduan mengenai MCAS untuk pilot serta miskalibrasi pada sensor AOA pesawat.

2. Dua Komponen Pesawat Sempat Diperbaiki

Berdasarkan caratan perawatan pesawat, Sriwijaya Air SJ 182 sempat melakukan perbaikan pada dua perangkatnya.

Halaman:


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Balas Cak Imin soal Indonesia Hancur kalau Anies Kalah, Airlangga: Menang-Kalah Hal Biasa

Balas Cak Imin soal Indonesia Hancur kalau Anies Kalah, Airlangga: Menang-Kalah Hal Biasa

Nasional
Tiba di Dubai, Jokowi Akan Hadiri Rangkaian COP 28

Tiba di Dubai, Jokowi Akan Hadiri Rangkaian COP 28

Nasional
TKN Gelar Rakornas di Jakarta Besok, Prabowo-Gibran Hadir

TKN Gelar Rakornas di Jakarta Besok, Prabowo-Gibran Hadir

Nasional
Muzani: Setelah 14 Februari 2024, Semua Kembali Jadi Saudara

Muzani: Setelah 14 Februari 2024, Semua Kembali Jadi Saudara

Nasional
Lagi, 2 Prajurit TNI Gugur Usai Diserang KKB di Nduga

Lagi, 2 Prajurit TNI Gugur Usai Diserang KKB di Nduga

Nasional
Ini Tema Debat Pilpres 2024, Ada Pajak Karbon hingga 'Post-COVID Society'

Ini Tema Debat Pilpres 2024, Ada Pajak Karbon hingga "Post-COVID Society"

Nasional
KPU: Debat Capres Digelar 3 Kali, Cawapres 2 Kali

KPU: Debat Capres Digelar 3 Kali, Cawapres 2 Kali

Nasional
Bahas Etika, Sudirman Said Bakal Bagikan Buku Karyanya ke Tiga Pasangan Capres-Cawapres

Bahas Etika, Sudirman Said Bakal Bagikan Buku Karyanya ke Tiga Pasangan Capres-Cawapres

Nasional
Prabowo-Gibran Belum Turun Kampanye, TKN Yakin Tak Pengaruhi Elektabilitas

Prabowo-Gibran Belum Turun Kampanye, TKN Yakin Tak Pengaruhi Elektabilitas

Nasional
Gandeng Baznas RI, BPJS Ketenagakerjaan Serahkan Bantuan Kemanusiaan untuk Warga Palestina

Gandeng Baznas RI, BPJS Ketenagakerjaan Serahkan Bantuan Kemanusiaan untuk Warga Palestina

Nasional
Nawawi Sebut KPK Monitor Anggaran Pemilu Senilai Rp 70,5 Triliun Lebih

Nawawi Sebut KPK Monitor Anggaran Pemilu Senilai Rp 70,5 Triliun Lebih

Nasional
Timnas Amin: Pak Prabowo Luar Biasa, Sudah Bisa Joget 'Gemoy'

Timnas Amin: Pak Prabowo Luar Biasa, Sudah Bisa Joget "Gemoy"

Nasional
KRI dr Radjiman Wedyodiningrat-992 Siap Berangkat Misi Kemanusiaan untuk Bantu Korban di Gaza

KRI dr Radjiman Wedyodiningrat-992 Siap Berangkat Misi Kemanusiaan untuk Bantu Korban di Gaza

Nasional
Data Pemilih Diduga Bocor, Sudirman Said Minta KPU Lebih Hati-hati

Data Pemilih Diduga Bocor, Sudirman Said Minta KPU Lebih Hati-hati

Nasional
Hakim Agung Gazalba Saleh Diduga Terima Gratifikasi dari Eks Menteri KKP Edhy Prabowo

Hakim Agung Gazalba Saleh Diduga Terima Gratifikasi dari Eks Menteri KKP Edhy Prabowo

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com