JAKARTA, KOMPAS.com - Beberapa waktu terakhir ini, akun Twitter mantan Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Susi Pudjiastuti terlihat sibuk.
Berdasarkan pengamatan Kompas.com, nama Susi Pudjiastuti sering disebut oleh netizen hingga saat ini, setelah dirinya menghimbau netizen untuk meng-unfollow akun Twitter @permadiaktivis1 milik Permadi Arya atau Abu Janda pada Senin (29/1/2021) lalu.
"Ayo unfollow. Untuk kedamaian dan kesehatan kita semua. Ayo! Ayo!" tulis Susi di akun Twitter @susipudjiastuti.
"Saya pikir saatnya dihentikan ocehan2 model seperti ini yg selalu menyinggung perasaan publik. Tidak sepantasnya dimasa sulit pandemic, hal2 yg tidak positif dibiarkan. Ayo kita unfollow, dan jangan perdulikan lagi orang2 seperti ini. Salam sehat & damai," lanjut Susi Pudjiastuti.
Baca juga: Ditanya Kemungkinan Nyapres, Susi Pudjiastuti Berkelakar Diusung Partai Ikan
Hingga kini, tanggapan netizen di Twitter pun terbagi dua dalam masalah ini. Ada yang mendukung sikap Susi, tapi tak jarang yang kontra terhadapnya.
Selama ini, Abu Janda dikenal sebagai pendukung fanatik Presiden Joko Widodo, sehingga Susi pun dituding mulai berpihak mendukung oposisi. Hal ini membuat sejumlah tudingan seperti "kadrun" atau "kadal gurun" dialamatkan kepadanya.
Ada juga yang menuding sikap Susi Pudjiastuti ini akibat kedekatannya dengan keluarga Cendana, merujuk kediaman keluarga Presiden kedua RI Soeharto.
Saat dihubungi Kompas.com, Susi enggan memberikan pernyataan terkait serangan netizen itu. Namun, Susi mengizinkan Kompas.com untuk mengutip sejumlah twit yang dia unggah.
Baca juga: Kontroversi Kebijakan Edhy Prabowo, Sebagian Besar Tenggelamkan Kebijakan Susi Pudjiastuti
Dalam sejumlah twit, Susi tampak santai menghadapi sejumlah serangan yang dialamatkan kepadanya. Misalnya, Susi menanggapi tudingan keberpihakan dengan mengunggah sejumlah foto.
Dalam foto itu, terlihat Susi berfoto bersama sejumlah pihak, dari Presiden Joko Widodo, Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, hingga putri Soeharto, Siti Hardiyanti Rukmana atau Mbak Tutut.
Twit ini untuk menjawab pertanyaan terkait posisi politik Susi Pudjiastuti saat ini, yang tidak terafiliasi dengan kelompok tertentu.
Sebab, netizen seperti memaksa Susi untuk berpihak kepada salah satu pihak di tengah kondisi Indonesia yang mengalami polarisasi politik saat ini.
Ada yg kirim: saya susi apa???? pic.twitter.com/PI4MFZgZFM
— Susi Pudjiastuti (@susipudjiastuti) February 1, 2021
Selain itu, ada juga netizen yang mengirimkan pesan langsung atau DM kepada Susi. Salah seorang netizen itu sepertinya ingin menanyakan posisi politik Susi saat ini.
Akan tetapi, Susi menjawabnya dengan candaan.
Ada yg DM : ???????????? pic.twitter.com/kVCtD7zeDU
— Susi Pudjiastuti (@susipudjiastuti) February 1, 2021
Reaksi keras baru diberikan Susi Pudjiastuti terhadap netizen yang dianggapnya melakukan fitnah. Bahkan, dia tidak segan mem-block netizen yang dianggapnya menyebarkan fitnah dan kebencian.
Tidak hanya dari kalangan umum, ada juga sindiran terhadap Susi yang disampaikan kalangan pemerintahan. Salah satunya disampaikan Staf Khusus Menkominfo yang juga guru besar ilmu komunikasi politik, Henri Subiakto.
Henri Subiakto memang tidak me-mention akun Susi Pudjiastuti, namun banyak yang menilai twit itu sebagai sindiran untuk Susi Pudjiastuti.
"Ada tokoh yg sekolah gak tamat, tp jabatannya melambung, dan peeusahaannya untung. Kemarin jabatannya diganti orang yg kebijakannya gak nyambung, tambah perusahaan miliknya lg buntung. Logislah lalu bermanuver politik, siapa tahu 2022/2024 kembali beruntung," tulis Henri, di akun @henrysubiakto, Kamis (4/2/2021).
Baca juga: Akademisi UGM: Polarisasi Ruang Digital di Indonesia Kian Besar
Namun, twit tersebut kemudian dibalas oleh akun @susipudjiastuti. Bahkan, pendiri maskapai perintis Susi Air itu juga menyertakan emoji.
Selamat sore Pak Henry Subiakto, saya susi pudjiastuti... salam kenal pic.twitter.com/vtfbzHadns
— Susi Pudjiastuti (@susipudjiastuti) February 4, 2021
Banyak netizen yang juga menyukai cara Susi membalas cuitan yang disampaikan padanya. Sebab, Susi sering membalas dengan berbagai stiker emoji lucu, yang digemari netizen.
Akun @cariajakalobisa bertanya tentang cara membuat emoji milik Susi. Susi pun menjawab bahwa emoji itu diunduh oleh cucunya.
Baca juga: ASN Kemenag Dilarang Terlibat Organisasi Terlarang, Tak Boleh Dukung Lewat Medsos
Tanggapan Henri Subiakto
Saat dikonfirmasi Kompas.com, Henri Subiakto mengakui bahwa twit itu disampaikan untuk Susi Pudjiastuti. Namun, dia mengakui bahwa perbedaan pendapat merupakan hal yang biasa dalam negara demokrasi.
"Karena bagi saya di mana pun dan kapan pun akan terus memperjuangkan hak untuk berpendapat, menganalisis dan menilai sesuatu. Saya juga akan membantu orang lain untuk bisa berpendapat sebagaimana saya lakukan," ujar Henri Subiakto pada akhir pekan lalu (5/2/2021).
"Tapi tentu saya dalam hal ini, juga minta maaf untuk bu Susi dan penggemarnya kalau tidak nyaman dengan secuil tweet pendapat saya tadi," tuturnya.
Baca juga: Jadi Polemik di Medsos, Ini Penjelasan Kemensos soal Blusukan Risma
Selain itu, Henri juga membantah telah menulis twit yang ad hominem, atau menyerang karakter, di luar substansi perdebatan yang ada.
Dia mengaku hanya menulis fakta, termasuk tentang pendidikan Susi, yang tidak menghalanginya menempati posisi di pemerintahan.
"Kalimat itu justru berarti positif, yaitu ada orang yang tidak tamat sekolah pun masih bisa mendapat jabatan melambung atau jabatan yang tinggi. Karena dipandang memiliki prestasi, ada kelebihan yang lain, bisa diinterpretasi seperti itu. Ini berarti positif dong, bukan ad hominem," tuturnya.
Soal twit terkait Susi Pudjiastuti melakukan manuver politik, Henri mengakui bahwa itu merupakan opininya semata. Ini termasuk mengaitkan dengan kondisi perusahaan Susi Air yang saat ini sedang diuji pandemi.
"Dalam opini saya, saat keadaan tidak lagi menjabat dan perusahaan sulit, bukankah logis jika lalu berpolitik untuk masa depan? Apa saya tidak boleh melihat dan menilai dengan opini seperti itu?" ucap Henri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.