JAKARTA, KOMPAS.com - Dokter relawan Covid-19 Muhammad Fajri Adda’i mengatakan, banyaknya berita negatif yang beredar di media sosial menjadi salah satu faktor penyebab masyarakat akhirnya menjadi lelah menghadapi pandemi dan berujung pada pelanggaran protokol kesehatan.
Berita negatif itu, menurut Fajri, selalu nyaman dan mudah untuk diviralkan.
Apalagi, momentum ini dijadikan oleh beberapa pihak sebagai cara untuk viral dan mendapatkan followers atau atensi dari segi media, lalu mengambil keuntungan dari situ.
“Terlepas dari apa pun motifnya, tapi yang jelas berita negatif itu akan lebih mudah dan enak untuk disebarkan dibandingkan berita positif,” kata Fajri dalam diskusi daring bertajuk "Prokes Dijalankan, Covid-19 Kita Kalahkan", Jumat (29/1/2021).
Baca juga: Menko PMK Minta RS Alokasikan Tempat Tidur 40 Persen untuk Pasien Covid-19
Fajri mencontohkan, berita mengenai vaksin misalnya, sudah ada 300.000 lebih orang divaksin Covid-19 berdasarkan laporan terakhir.
Namun, berita itu kalah ramai dengan berita tentang satu orang dokter yang meninggal setelah divaksin.
“Satu orang dokter di Palembang meninggal, berita investigasinya juga belum jelas, saat divaksin juga sehat-sehat saja, lalu itu yang digoreng, lupa dengan 299.000 orang yang lain aman-aman saja divaksin,” kata Fajri.
“Itu contohnya, jadi bagaimana yang sedikit ini, bisa mempengaruhi sebagian besar opini publik yang mana sebenarnya kontraproduktif,” kata dia.
Lebih lanjut, Fajri menuturkan, banyaknya jumlah orang yang terpapar Covid-19 di Indonesia adalah akibat masyarakat yang sudah lelah menghadapi pandemi yang tidak kunjung selesai.
Baca juga: Sebaran 13.802 Kasus Baru Covid-19, Jawa Barat Tertinggi dengan 3.835 Kasus
Menurut dia, kondisi masyarakat saat ini sangat berbeda dengan kondisi masyarakat saat awal virus ini masuk ke Tanah Air.
Di awal, kata Fajri, banyak masyarakat yang sangat panik dan khawatir, apalagi setelah beredar sebuah video yang memperlihatkan orang berjatuhan akibat terinfeksi virus.
“Saya menemukan banyak orang yang betul-betul kaget dan bahkan ada yang sampai gemetar panik luar biasa,” kata dia.
Kendati demikian, kondisi itu tidak lagi dialami masyarakat saat ini. Menurut Fajri, kebanyakan masyarakat kini sudah abai terhadap protokol kesehatan.
Baca juga: UPDATE 29 Januari: Sudah 9.124.005 Spesimen Covid-19 Diperiksa
Padahal, kata dia, seharusnya masyarakat dan pemerintah sama-sama menjalankan kewajibannya untuk dapat segera menangani pandemi Covid-19 ini.
Pemerintah, kata Fajri, punya kewajiban 3T yakni testing, tracing dan treatment sedangkan masyarakat punya kewajiban 5M, yaitu memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengurangi mobilitas dan menjauhi kerumunan.
“Sama-sama ambil bagian, sama-sama jadi subyek penanganan pandemi ini,” ucap Fajri.
“Beberapa orang itu abai, ini yang jadi masalah, ini yang terjadi sekarang,” kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.