Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/01/2021, 17:58 WIB
Irfan Kamil,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengatakan, ketidakpercayaan masyarakat terhadap vaksin Covid-19 masih tinggi.

Hal itu, kata dia, terlihat dari beragam komunikasi di media sosial dan juga hasil temuan sejumlah lembaga survei.

Sementara itu, menurut Tulus, ketidakpercayaan masyarakat kepada vaksin tersebut disebabkan oleh kurang baiknya komunikasi publik pemerintah.

“Apalagi pemerintah di level pejabat publik sering pernyataan-pernyataannya berbeda-beda, antara pejabat A dengan pejabat B berbeda dan segala macam,” kata Tulus dalam acara Media Group News Summit Indonesia 2021, Rabu (27/1/2021).

Baca juga: Ahli: Meski Ada Vaksin Covid-19, Tak Mungkin Herd Imunity Tercapai Setahun

Buruknya komunikasi publik, lanjut Tulus, berdampak juga pada kemunculan berbagai hoaks di sektor kesehatan yang juga signifikan.

Hoaks itu, kata dia, sangat serius mempengaruhi opini publik bukan hanya terkait dengan ketidakpercayaan terhadap vaksin, namun juga ketidakpercayaan kepada virus korona yang juga masih tinggi.

“Mengapa itu terjadi? Ya karena komunikasi publik menurut saya berantakan, kemudian hantaman hoaks kesehatan,” ucap Tulus.

Lebih lanjut, Tulus menuturkan, ketidakseriusan pemerintah melakukan pengendalian pandemi terlihat sejak awal adanya Covid-19.

Baca juga: Hoaks Vaksin Covid-19 Hancurkan Rakyat Indonesia dalam 4 Bulan, Bermula Komentar di Facebook, Pelaku Ditangkap

Pemerintah, kata Tulus, terjebak pada pusaran kepentingan ekonomi dan juga sektor kesehatan di sisi yang lainnya.

“Awal-awalnya kan Pak Presiden Jokowi lebih cenderung kepada sektor ekonomi bukan sektor kesehatan, baru kali ini kembali ke sektor kesehatan,” kata Tulus.

“Menurut saya pemerintah di tiga bulan pertama kehilangan golden moment untuk pengendalian itu, dan akhirnya ekonomi tidak tercapai, minus, dan juga pandemi semakin eskalatif,” ucap dia.

Sementara itu, Presiden Joko Widodo menyebut, dalam setahun terakhir seluruh negara di dunia mengalami masa sulit akibat pandemi Covid-19.

Baca juga: Jokowi: Pemerintah Bekerja Cepat Dapatkan Ratusan Juta Dosis Vaksin Covid-19

Terjadi krisis dalam bidang kesehatan dan ekonomi, termasuk di Indonesia. Ia pun meminta agar krisis ini ditangani dan diselesaikan secara bersamaan.

"Krisis kesehatan dan krisis ekonomi harus diselesaikan dalam waktu yang bersamaan," kata Jokowi saat memberikan sambutan di acara Media Group News Summit Indonesia 2021 secara daring, Rabu (27/1/2021).

Jokowi mengatakan, upaya "gas dan rem" antara sektor kesehatan dan ekonomi harus dijalankan secara tepat.

Meski tak mudah, ia menekankan bahwa pemulihan kedua bidang sama pentingnya.

"Ini hal yang tidak mudah, sangat tidak mudah, penanganan kesehatan dan ekonomi sama-sama pentingnya, sama-sama strategisnya," ujarnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Hubungan Mega-Jokowi Disorot usai Kaesang Gabung PSI, Politikus PDI-P: Orang Bebas Berimajinasi

Hubungan Mega-Jokowi Disorot usai Kaesang Gabung PSI, Politikus PDI-P: Orang Bebas Berimajinasi

Nasional
Politikus PDI-P Yakin Jokowi Tak Akan Dipanggil karena Kaesang Masuk PSI

Politikus PDI-P Yakin Jokowi Tak Akan Dipanggil karena Kaesang Masuk PSI

Nasional
PolitiSI PDI-P: Kita Enggak Bisa Melarang-larang Kaesang Masuk PSI

PolitiSI PDI-P: Kita Enggak Bisa Melarang-larang Kaesang Masuk PSI

Nasional
Kaesang Masuk PSI, Cak Imin: 'Welcome To The Jungle'...

Kaesang Masuk PSI, Cak Imin: "Welcome To The Jungle"...

Nasional
Jokowi Akui Perdagangan di Beberapa Pasar Mulai Anjlok karena TikTok Shop

Jokowi Akui Perdagangan di Beberapa Pasar Mulai Anjlok karena TikTok Shop

Nasional
Kadin Indonesia Serahkan Peta Jalan Indonesia Emas 2045 ke Presiden Joko Widodo di IKN

Kadin Indonesia Serahkan Peta Jalan Indonesia Emas 2045 ke Presiden Joko Widodo di IKN

Nasional
Cak Imin: Rakyat Apatis Nyoblos di Pilkada gara-gara Politik Uang

Cak Imin: Rakyat Apatis Nyoblos di Pilkada gara-gara Politik Uang

Nasional
Muhaimin: Gara-gara PMII, Jadi Wapres Saya Siap...Jadi Presiden Pun Siap

Muhaimin: Gara-gara PMII, Jadi Wapres Saya Siap...Jadi Presiden Pun Siap

Nasional
Cak Imin Seleksi Perwakilannya untuk Masuk ke Baja Amin

Cak Imin Seleksi Perwakilannya untuk Masuk ke Baja Amin

Nasional
Rekam Jejak Kaesang Pangarep, dari Pengusaha Kini Jadi Kader PSI

Rekam Jejak Kaesang Pangarep, dari Pengusaha Kini Jadi Kader PSI

Nasional
Bersama Anies, Muhaimin Yakin Menangkan Pilpres 2024 Jika Bertarung dengan Ganjar-Prabowo

Bersama Anies, Muhaimin Yakin Menangkan Pilpres 2024 Jika Bertarung dengan Ganjar-Prabowo

Nasional
Kaesang Pengarep Jadi Kader PSI, Masih Anggota Biasa

Kaesang Pengarep Jadi Kader PSI, Masih Anggota Biasa

Nasional
Cak Imin Paparkan 3 Hal untuk Sempurnakan Demokrasi di Indonesia

Cak Imin Paparkan 3 Hal untuk Sempurnakan Demokrasi di Indonesia

Nasional
Cerita Muhaimin Bersatu dengan Anies di Pilpres 2024: Berliku, Ada Campur Tangan Tuhan

Cerita Muhaimin Bersatu dengan Anies di Pilpres 2024: Berliku, Ada Campur Tangan Tuhan

Nasional
Soal Rencana Pilkada 2024 Dimajukan, Muhaimin: PKB Sebenarnya Menolak

Soal Rencana Pilkada 2024 Dimajukan, Muhaimin: PKB Sebenarnya Menolak

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com