Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Aktif Covid-19 dan Kematian Tinggi: Dalih Pemerintah hingga Peringatan Epidemiolog

Kompas.com - 20/01/2021, 06:32 WIB
Irfan Kamil,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Jumlah pasien yang terpapar Covid-19 di Indonesia masih terus bertambah hingga kemarin, Selasa (19/1/2021), meskipun pandemi sudah berjalan 10 bulan.

Bahkan, pada hari yang sama, Indonesia mencatatkan kasus kematian tertinggi akibat Covid-19 selama pandemi ini masuk ke tanah air.

Berdasarkan data Satuan Tugas Penanganan Covid-19, ada 308 pasien Covid-19 yang meninggal dalam sehari.

Penambahan ini menyebabkan kasus kematian pasien Covid-19 mencapai 26.590 orang.

Sebelumnya, Indonesia mencatatkan jumlah kasus kematian tertinggi, yakni 306 kasus pada 13 Januari.

Di samping itu, jumlah pasien terkonfirmasi positif Covid-19 juga tercatat belum mengalami penurunan.

Baca juga: UPDATE: 308 Pasien Covid-19 Meninggal dalam Sehari, Tertinggi Selama Pandemi

Data pemerintah menunjukkan ada tambahan sebanyak 10.365 orang, sehingga menyebabkan total kasus Covid-19 mencapai 927.380.

Kemudian, hingga saat ini terdapat 753.948 pasien yang dinyatakan sembuh.

Jumlah itu didapat dari penambahan sebanyak 8.013 pasien dalam 24 jam terakhir.

Sementara itu, kasus baru pasien terkonfirmasi positif Covid-19 tersebut tersebar di 34 provinsi.

Dari data itu, tercatat lima provinsi dengan penambahan kasus baru tertinggi.

Lima provinsi itu, yakni DKI Jakarta (2.563 kasus baru), Jawa Barat (1.684 kasus baru), Jawa Tengah (1.613 kasus baru), Jawa Timur (972 kasus baru), dan Sulawesi Selatan (658 kasus baru).

Baca juga: UPDATE 19 Januari: Ada 76.971 Suspek Covid-19 di Indonesia

Kasus Covid-19 secara keseluruhan hingga saat ini terjadi di 510 kabupaten/kota.

Data spesimen

Adapun penambahan kasus baru tersebut didapatkan dari pemeriksaan spesimen harian sebanyak 70.634 spesimen.

Dalam jangka waktu yang sama, ada 43.471 orang yang diambil sampelnya untuk pemeriksaan spesimen.

Secara akumulasi, pemerintah telah memeriksa 8.433.961 spesimen terkait Covid-19 dari 5.631.280 orang. Dengan catatan, satu orang bisa diambil atau diperiksa spesimennya lebih dari satu kali.

Sementara itu, ada 76.971 kasus suspek terkait Covid-19 di Indonesia.

Data yang sama juga menunjukkan jumlah kasus aktif Covid-19 di Indonesia mencapai 146.842 kasus.

Baca juga: UPDATE: Total Pemeriksaan Spesimen Covid-19 Capai 8.433.961

Angka itu setara dengan 15.8 persen dari total kasus konfirmasi positif Covid-19.

Kasus aktif adalah pasien yang dinyatakan positif Covid-19 dan sedang dirawat atau isolasi mandiri.

Angka itu didapatkan dengan mengurangi total kasus positif Covid-19 dengan angka kesembuhan dan kematian.

Pemerintah terus melakukan berbagai upaya untuk dapat menangani pandemi Covid-19.

Selain giat melakukan testing, tracing, treatment, pemerintah juga membuat program vaksinasi sebagai langkah memutus penyebaran virus corona.

Dalih Pemerintah

Sementara itu, pemerintah menyatakan bahwa penambahan kasus positif Covid-19 mingguan di Indonesia pada kurun 11-17 Januari mencapai puncak tertinggi selama pandemi.

Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyebut, salah satu faktor yang mengakibatkan kondisi itu karena keterlambatan verifikasi data.

"Kenaikan penambahan kasus harian yang sangat tinggi bahkan tertinggi semenjak kasus Covid-19 pertama masuk ke Indonesia salah satunya disebabkan verifikasi data yang terlambat masuk sehingga menyebabkan penumpukan pada pelaporan data di beberapa daerah," kata Wiku dalam konferensi pers yang ditayangkan YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (19/1/2021).

Wiku mengatakan, pemerintah masih terus berupaya memperbaiki keadaan ini.

Baca juga: Satgas: Masifnya Pemeriksaan Jadi Penyebab Lonjakan Kasus Covid-19

Kementerian Kesehatan tengah memilah data yang memang masuk tanggal 11-17 Januari 2021, dengan data yang sebenarnya terlambat masuk dan berasal dari minggu-minggu sebelumnya.

Wiku meminta agar ke depan Kementerian Kesehatan dan pemerintah daerah memperbaiki integrasi data sehingga mengurangi gap dan keterlambatan antara data pusat dengan daerah.

"Saya minta ke depannya tidak ada lagi toleransi terhadap delay atau keterlambatan data karena ini sangat krusial dalam pengambilan keputusan," ujar Wiku.

Wiku mengatakan, jika data tidak aktual, maka kebijakan yang dikeluarkan tidak tepat waktu. Akibatnya, kebijakan menjadi tak efektif.

Kendati demikian, Wiku tetap meminta seluruh pihak waspada terhadap penularan virus dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan.

Ia mengingatkan bahwa hingga saat ini pandemi Covid-19 belum usai.

Baca juga: Satgas: Jumlah Zona Merah Covid-19 Mencapai 108 Kabupaten/Kota

"Terlepas dari apa pun kondisi yang menyebabkan angka penambahan kasus positif harian yang tinggi namun kita tetap harus waspada dan pahami bahwa pandemi ini belum usai," katanya.

Adapun, berdasarkan data yang disampaikan Wiku, penambahan kasus positif Covid-19 mingguan di tingkat nasional per 17 Januari 2021 meningkat 27,5 persen dibanding minggu sebelumnya.

Angka ini menunjukkan kenaikan paling tinggi selama 10 bulan masa pandemi di Indonesia.

Pada umumnya, kenaikan kasus Covid-19 mingguan berada di angka 10-15 persen.

Tak Ada Upaya yang Memadai

Sementara itu, Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman menilai, hingga saat ini belum ada upaya yang memadai dari pemerintah untuk meningkatkan perbaikan aspek dari testing maupun tracing.

Menurut dia, pemerintah akan sulit mengendalikan penyebaran virus jika aspek tersebut tidak diperbaiki secara maksimal, walaupun sudah ada vaksinasi yang memang perlu dilakukan dengan rapih, cermat dan matang.

Baca juga: Kasus Harian Covid-19 Tembus 14 Ribu, Satgas: Tak Bisa Ditoleransi

“Nah jangan dilupakan bahwa perbaikan aspek testing, tracing atau pun screening lah dengan adanya deteksi dini melalui klinik demam di setiap puskesmas itu tidak dilakukan ini enggak bisa kita mengejar semakin jauh kita ketinggalan dari virus ini dalam menyebar,” kata Dicky kepada Kompas.com, Selasa (19/1/2021).

Dicky mengatakan, kasus harian yang ada saat ini sudah menjauh dari kasus harian terendah.

Jika tidak dilakukan perbaikan untuk penemukan kasus maka dalam dua pekan potensi peningkatan kasus akan mungkin terjadi.

“Dengan pola eksponensial itu bisa membuat lumpuh ini kita di awal bulan depan, ini yang di Jawa,” ucap Dicky.

Dicky menduga, meskipun kapasitas rumah sakit terus ditambah namun tetap tidak bisa menampung atau menerima pasien baru Covid-19 lagi.

Baca juga: Kasus Aktif Covid-19 dan Kematian Tinggi, Epidemiolog: Ini Namanya Pandemi Tak Terkendali

Hal ini, menurut dia, akan meningkatkan jumlah kematian yang diprediksi bisa mencapai 500 orang perhari di akhir bulan depan.

“Itu luar biasa, sesuatu yang harus bisa kita cegah, dengan cara apa? ya dengan penguatan aspek testing ini kita temukan semakin banyak kasusnya,” kata Dicky.

“Kalau tidak, ya kita semakin memburuk situasinya, ini namanya situasi pandemi tidak terkendali,” ucap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penetapan Prabowo-Gibran Hari Ini, Ganjar: Saya Belum Dapat Undangan

Penetapan Prabowo-Gibran Hari Ini, Ganjar: Saya Belum Dapat Undangan

Nasional
Prabowo-Gibran Sah Jadi Presiden dan Wapres Terpilih, Bakal Dilantik 20 Oktober 2024

Prabowo-Gibran Sah Jadi Presiden dan Wapres Terpilih, Bakal Dilantik 20 Oktober 2024

Nasional
[POPULER NASIONAL] Para Ketum Parpol Kumpul di Rumah Mega | 'Dissenting Opinion' Putusan Sengketa Pilpres Jadi Sejarah

[POPULER NASIONAL] Para Ketum Parpol Kumpul di Rumah Mega | "Dissenting Opinion" Putusan Sengketa Pilpres Jadi Sejarah

Nasional
Sejarah Hari Bhakti Pemasyarakatan 27 April

Sejarah Hari Bhakti Pemasyarakatan 27 April

Nasional
Tanggal 26 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 26 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Golkar Ungkap Faktor Keadilan Jadi Rumusan Prabowo Bentuk Komposisi Kabinet

Golkar Ungkap Faktor Keadilan Jadi Rumusan Prabowo Bentuk Komposisi Kabinet

Nasional
Soal Gugatan PDI-P ke PTUN, Pakar Angkat Contoh Kasus Mulan Jameela

Soal Gugatan PDI-P ke PTUN, Pakar Angkat Contoh Kasus Mulan Jameela

Nasional
Prabowo: Kami Akan Komunikasi dengan Semua Unsur untuk Bangun Koalisi Kuat

Prabowo: Kami Akan Komunikasi dengan Semua Unsur untuk Bangun Koalisi Kuat

Nasional
PDI-P Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda, KPU: Pasca-MK Tak Ada Pengadilan Lagi

PDI-P Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda, KPU: Pasca-MK Tak Ada Pengadilan Lagi

Nasional
Sedang di Yogyakarta, Ganjar Belum Terima Undangan Penetapan Prabowo-Gibran dari KPU

Sedang di Yogyakarta, Ganjar Belum Terima Undangan Penetapan Prabowo-Gibran dari KPU

Nasional
Pakar Nilai Gugatan PDI-P ke PTUN Sulit Dikabulkan, Ini Alasannya

Pakar Nilai Gugatan PDI-P ke PTUN Sulit Dikabulkan, Ini Alasannya

Nasional
Airlangga Klaim Pasar Respons Positif Putusan MK, Investor Dapat Kepastian

Airlangga Klaim Pasar Respons Positif Putusan MK, Investor Dapat Kepastian

Nasional
PDI-P Sebut Proses di PTUN Berjalan, Airlangga Ingatkan Putusan MK Final dan Mengikat

PDI-P Sebut Proses di PTUN Berjalan, Airlangga Ingatkan Putusan MK Final dan Mengikat

Nasional
Golkar Belum Mau Bahas Jatah Menteri, Airlangga: Tunggu Penetapan KPU

Golkar Belum Mau Bahas Jatah Menteri, Airlangga: Tunggu Penetapan KPU

Nasional
Prabowo: Kami Berhasil di MK, Sekarang Saatnya Kita Bersatu Kembali

Prabowo: Kami Berhasil di MK, Sekarang Saatnya Kita Bersatu Kembali

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com