JAKARTA, KOMPAS.com - Epidemiolog Indonesia dan peneliti pandemi dari Griffith University Australia Dicky Budiman menilai, pemerintah perlu mengevaluasi penanganan pandemi di Indonesia menyusul laporan data tingginya angka kasus kematian harian akibat Covid-19.
Menurut dia, angka kematian yang tinggi telah mencerminkan kegagalan dan kesalahan strategi penanganan pandemi di daerah maupun secara nasional.
"Harus dievaluasi segera. Tidak bisa, apalagi jangankan 300 ya. Satu kematian itu sebetulnya menandakan kita itu ada salah deteksi, salah strategi, atau tidak tepat, atau ada kebobolan," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Kamis (14/1/2021).
Baca juga: Angka Kematian Covid-19 Naik, Satgas Minta Alur Rujukan Pasien Dipersingkat
Ia menekankan, evaluasi tersebut harus komprehensif. Sehingga, tidak bisa ada prioritas dalam penanganan pandemi.
Dicky menyebutkan, pemerintah tidak bisa memprioritaskan satu hal semisal prioritas vaksinasi atau bahkan ekonomi.
"Karena satu kematian itu, mewakili bisa ratusan kasus. Satu kematian itu, mewakili. Dan itu bisa berkontribusi terus secara eksponensial kan. Pada gilirannya angka kematian itu cenderung meningkat pelan tapi pasti," ucapnya.
Selain itu, ia juga mengungkapkan bahwa tren angka kematian menandakan situasi yang menakutkan.
Baca juga: Kasus Kematian Akibat Covid-19 Meningkat, Epidemiolog: Situasinya Serius, Kita Kebobolan
Sebab, kata dia, angka itu menunjukkan keparahan kondisi pandemi satu negara atau satu wilayah.
"Oh sangat serius ini. Ini harus dipahaminya seperti ini. Harus disampaikan, bukan hanya ke pemerintah, tapi juga ke masyarakat," ucap dia.
Dicky juga mengingatkan adanya dampak kematian yang jauh lebih serius dari laporan peningkatan angka kematian.
Sehingga, menurut dia, antara pemerintah dan masyarakat perlu serius menangani pandemi. Hal ini dapat dilakukan sesuai tugas masing-masing.
"Pemerintah dengan meningkatkan 3T, masyarakat dengan meningkatkan 5M," ujarnya.
Baca juga: Vaksinasi Hanya Salah Satu Bagian Kendalikan Pandemi, Tetap 3T dan 5M