KOLOM BIZ
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Kedutaan China
Susy Susanti
Legenda bulu tangkis Indonesia

Legenda bulu tangkis Indonesia; Peraih medali emas Olimpiade Barcelona 1992

Saling Belajar dan Mendukung, Kunci Hubungan Indonesia-China

Kompas.com - 07/01/2021, 18:02 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

HUBUNGAN diplomatik Indonesia-China sudah memasuki usia 70 tahun. Selama berjalan, ada banyak manfaat yang bisa dipetik oleh kedua belah pihak.

Tak hanya dari sisi ekonomi-politik, tetapi juga di sektor lain, seperti olahraga, pendidikan, dan kebudayaan.

Pada dunia olahraga, khususnya cabang bulu tangkis, banyak atlet Indonesia maupun China yang semakin berprestasi karena saling belajar, berbagi ilmu, dan sharing pengalaman.

Olahraga lainnya, seperti basket, angkat besi, dan tenis meja di Indonesia juga terus berkembang karena kedua negara bahu-membahu meningkatkan olahraga tersebut.

Tidak sedikit atlet dan pelatih kita belajar ke China hingga kemudian sukses dan mampu mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional. Pelatih-pelatih dari atlet kita di cabang olahraga lainnya pun banyak berasal dari China.

Jadi, sangat relevan apabila terdapat peribahasa “Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China”.

Maknanya jadi harfiah karena memang tidak bisa dimungkiri, begitu banyak ilmu yang bisa kita dapatkan dari China. Seluruh ilmu bisa dipelajari agar kita semakin berkembang.

Saya meraih medali emas pada Olimpiade Barcelona 1992 pun berkat tangan dingin Liang Chiu Sia, mantan pebulu tangkis China yang lahir di Cirebon, Jawa Barat.

Kedisiplinan dan kerja keras yang ia ajarkan kepada saya dapat menjadi amunisi untuk mengharumkan Merah Putih di kancah internasional.

Suami saya, Alan Budikusuma, juga meraih emas Olimpiade Barcelona 1992 berkat tempaan pelatih yang kini menangani bulu tangkis China, Tong Sin Fu.

Bapak Bulu Tangkis China yang amat dihormati, Wang Wen Jiao, juga merupakan seorang peranakan kelahiran Solo, Jawa Tengah. Pebulu tangkis berdarah Solo ini membawa olahraga tepok bulu dari Indonesia ke China di tengah popularitas basket dan tenis meja.

Pertukaran ilmu

Tak hanya bulu tangkis, pertukaran ilmu juga terjadi pada cabang olahraga pencak silat. Banyak pesilat asal China yang belajar dan mengasah ilmu di Indonesia. Begitu pula cabang olahraga senam, China memiliki atlet-atlet yang amat baik dan dapat dijadikan contoh bagi atlet kita.

Melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Indonesia juga menjalin komitmen kerja sama dengan China di bidang olahraga.

Kita menjadi rekan kerja sama China di bidang sport entertainment. Jadi, China akan membantu Indonesia meningkatkan prestasi atlet dengan cara menerapkan teknik yang tepat dan meningkatkan kekuatan fisik.

Melihat peluang dan potensi, kerja sama yang semakin matang antara Indonesia dan China tentu harus terus dipupuk. Kita tidak boleh malu untuk terus belajar dan menerima bantuan dari negara tersebut.

Begitu pula dengan China, mereka mendapatkan timbal balik. Misalnya, melalui berbagai pelatihan di bidang bulu tangkis, baik latihan bersama maupun pertukaran atlet-atlet muda. Hal tersebut juga menjadi bukti kedekatan Indonesia-China.

Meski terdapat rivalitas dan persaingan ketat di sejumlah cabang olahraga saat kejuaraan bergengsi, kedua negara ini terus bekerja sama untuk menguntungkan satu sama lain.

Hal itu tercermin dari penyelenggaraan pertandingan persahabatan dan juga momen-momen saat keduanya saling mengundang untuk latihan bersama. Bukankah ini menjadi cerminan betapa mesranya hubungan kedua negara ini?

Dijadikan contoh

Prestasi yang diraih China harus bisa dijadikan contoh bagi Indonesia. Misalnya, dalam mencari atlet-atlet muda yang nantinya mampu mengharumkan nama Indonesia.

Sebagai informasi, pemerintah China terjun langsung mencari bibit atlet-atlet muda dari kecil, bahkan mulai dari usia sekitar 6 tahun.

Pada masing-masing daerah sudah disiapkan pemusatan latihan untuk membina atlet-atlet berbakat. Masa depan atlet-atlet muda berbakat tersebut telah ditanggung pemerintah. Jadi, keluarga tidak perlu bersusah payah membiayai masa depan anaknya yang berbakat.

Bahkan, anggaran pemerintah untuk pengembangan olahraga merupakan salah satu anggaran terbesar yang dikeluarkan China. Di sana, olahraga juga menjadi salah satu fokus karena apabila setiap orang sehat, kinerja akan jauh lebih besar. Semakin banyak orang yang sehat, tentu biaya kesehatan akan semakin bisa ditekan.

Atlet yang sudah berjasa bagi negara pun mendapat apresiasi dan jaminan kehidupan yang layak dari pemerintah saat mereka pension. Dengan demikian, mereka dapat giat membina, melatih, dan menggembleng generasi selanjutnya untuk lebih berprestasi.

Setidaknya, itulah yang bisa kita contoh agar olahraga di Tanah Air bisa berkembang dan semakin membanggakan bangsa dan negara ini. Kerja keras pantang menyerah juga harus terus dipupuk agar mental maupun fisik atlet dan generasi muda dapat semakin kuat.

Kerja keras

Bila menengok ke belakang sekitar puluhan tahun lalu, China masih tertinggal dari Indonesia.

Namun, berkat kerja keras yang luar biasa, kini China nyaris menyalip Amerika Serikat (AS) yang menjadi negara adikuasa. Produktivitas, loyalitas, kedisiplinan, serta meningkatnya kepercayaan para investor membuat China semakin maju.

Saat saya masih menjadi atlet dan sering ke China untuk bertanding, dari tahun ke tahun, saya merasakan perkembangan luar biasa dari negara tersebut.

Daerah-daerah yang dulunya kumuh, rumah-rumah yang tampak semrawut telah berubah menjadi bangunan yang tertata rapi seperti apartemen. Ruang publik dan taman-taman yang tersebar di sudut-sudut kotanya pun tampak asri serta sedap dipandang.

Usaha mereka begitu luar biasa, dan hasilnya sudah bisa dinikmati masyarakat setempat, bahkan dunia.

Belum lagi, infrastruktur yang terus berubah mengiringi perkembangan zaman dan perubahan teknologi. Semua berkat keseriusan dan konsistensi pemerintah China dan warganya untuk bersama-sama bangkit agar menjadi negara maju yang kian sejahtera.

Saya optimistis, Indonesia bisa menjadi negara seperti China yang dapat mengejar ketertinggalan. Apalagi, Indonesia masih terbilang lebih baik dibandingkan China kala itu. Tentu hal ini harus dilakukan dengan kerja keras dan disiplin semua pihak. Penegakan hukum harus dipegang teguh.

Pun, bila kita berbicara kontribusi terbesar yang bisa dinikmati dari hubungan ini menjadi sangat jelas. Apalagi, terkait infrastruktur.

Banyak infrastruktur di Indonesia yang tercipta berkat kerja sama dengan China. Begitu pula soal teknologi pengolahan hasil tambang, kita juga bisa belajar dari China. Semua dilakukan untuk meraih keuntungan pada kedua belah pihak.

Begitu juga pada masa pandemi Covid-19, kedisiplinan warga negara China untuk peduli kesehatan harus dijadikan contoh agar kita juga bisa melaluinya dengan cepat. Ketegasan pemerintah terhadap para pelanggar protokol kesehatan juga harus ditingkatkan.

Saya berharap, hubungan persahabatan Indonesia-China dapat terus berlanjut dan semakin meningkat karena masing-masing negara bisa saling belajar, mendukung, dan bekerja sama di berbagai bidang.

Hal yang perlu diingat, kita tidak boleh malu untuk belajar menjadi lebih baik lagi. Dengan bekerja keras dan disiplin tinggi seperti China, Indonesia bisa menjadi negara yang semakin disegani oleh negara-negara di dunia.


Terkini Lainnya

Menakar Nasib Ketua KPU Usai Diadukan Lagi ke DKPP Terkait Dugaan Asusila

Menakar Nasib Ketua KPU Usai Diadukan Lagi ke DKPP Terkait Dugaan Asusila

Nasional
Tak Lagi Solid, Koalisi Perubahan Kini dalam Bayang-bayang Perpecahan

Tak Lagi Solid, Koalisi Perubahan Kini dalam Bayang-bayang Perpecahan

Nasional
TPN Ganjar-Mahfud Sebut 'Amicus Curiae' Bukan untuk Intervensi MK

TPN Ganjar-Mahfud Sebut "Amicus Curiae" Bukan untuk Intervensi MK

Nasional
Percepat Kinerja Pembangunan Infrastruktur, Menpan-RB Setujui 26.319 Formasi ASN Kementerian PUPR

Percepat Kinerja Pembangunan Infrastruktur, Menpan-RB Setujui 26.319 Formasi ASN Kementerian PUPR

Nasional
Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

Nasional
TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

Nasional
Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Nasional
Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Nasional
Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Nasional
Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Nasional
Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan 'Amicus Curiae' seperti Megawati

Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan "Amicus Curiae" seperti Megawati

Nasional
Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah 'Nyapres' Tidak Jadi Gubernur Jabar

Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah "Nyapres" Tidak Jadi Gubernur Jabar

Nasional
Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Nasional
Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Nasional
komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com