JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro memastikan bahwa GeNose C19 merupakan alat screening cepat untuk mendeteksi Covid-19.
Bambang menegaskan, alat buatan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta itu bukan alat diagnosis untuk menentukan seseorang terpapar Covid-19 atau tidak.
"GeNose ini alat screening cepat. Dia tidak menjadi alat diagnosis, dia benar-benar jadi alat screening. Dia kategorinya rapid tes, cuma bedanya dia ambil napas," kata Bambang dalam konferensi pers penyerahan GeNose C19 dan rapid test berbasis antigen CePAD kepada Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy, Kamis (7/1/2021).
Meskipun demikian, Bambang mengklaim, akurasi GenNose terbilang tinggi.
Baca juga: Cerita Peneliti GeNose, Awalnya Dirancang untuk Klasifikasi Kopi
Bambang menjelaskan, menurut uji validasi terakhir, sensitivitas yang dihasilkannya sekitar 92 persen.
"Jadi kita ingin punya alat screening yang mudah, artinya operasionalisasinya mudah dan murah. Murah karena harga unitnya Rp 62 juta tapi bisa dipakai hingga 100.000 kali," kata dia.
Setelah dipakai 100.000 kali, kata dia, GeNose C19 bisa digunakan kembali setelah dilakukan sedikit perbaikan.
Dengan demikian, kata dia, per pemeriksaan hanya dikenakan Rp 600.
Namun terdapat plastik yang dipakai sebagai media hembusan napas dan eva filter untuk menyaring agar virus tidak masuk ke dalam mesinnya.
"Dengan perhitungan itu, maka kalau ini dilakukan untuk keperluan rapid tes orang per orang kisaran Rp 15.000-Rp 25.000. Jadi lebih murah dibandingkan rapid tes yang ada," kata dia.
Bambang memastikan, untuk diagnosis apakah seseorang terpapar Covid-19 atau tidak, tetap harus menggunakan alat tes polymerase chain reaction (PCR).
Baca juga: Sebut Kendala 3T karena Langkanya Alat Tes, Menko PMK Sambut Baik GeNose dan CePAD
GeNose C19, kata dia, hanya menjadi alat screening saja seperti halnya alat rapid tes antibodi atau antigen yang saat ini digunakan.
"Intinya PCR untuk diagnosis, GeNose untuk screening. Kalau orang itu positif setelah dicek embusan napasnya, maka harus dilakukan GeNose dulu. Kalau positif dua kali, harus PCR," ucap dia.
Adapun GeNose dikembangkan dengan mengidentifikasi virus corona dengan cara mendeteksi Volatile Organic Compound (VOC).
Orang-orang diperiksa dengan menggunakan GeNose C19 ini lebih dulu diminta mengembuskan napas ke tabung khusus.
Baca juga: Menristek: Lima Perusahaan Siap Produksi GeNose C19 secara Massal
Selanjutnya, sensor-sensor dalam tabung tersebut akan bekerja mendeteksi VOC, yang kemudian, data yang diperoleh akan diolah dengan bantuan kecerdasan buatan atau artificial intelligent hingga memunculkan hasilnya.
Hanya dalam 2 menit, alat tersebut akan menunjukkan seseorang positif atau negatif Covid-19.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.