SEJAK pesawat terbang pertama berhasil diterbangkan oleh Wright Brothers tanggal 17 Desember 1903 di Kitty Hawk North Carolina, peran pesawat terbang telah demikian pesat berkembang serta sekaligus merasuk ke segenap aspek kehidupan umat manusia.
Tidak hanya mengubah total gaya hidup, akan tetapi juga telah membuka panggung “perlombaan” yang seru dari para produsen pesawat terbang.
Tercatat dalam sejarah setidaknya ada 3 nomor “perlombaan” yang tampil di permukaan, yaitu masing-masing lomba kecepatan, lomba besar ukuran pesawat, dan terakhir “lomba adu irit BBM”. Ketiga nomor perlombaan itu diwakili oleh pesawat Concorde, Airbus A-380, dan Boeing B-737 Max 8.
Concorde yang terbang perdana pada tahun 1969 mampu terbang dengan kecepatan lebih dari 2x kecepatan suara dan dapat terbang hingga ketinggian 60.000 feet.
Baca juga: Boeing 737 Max 8 dan Penjelasan Penyebab Jatuhnya Lion Air JT-610 dan Ethiopian Airlines Flight 302
Hanya mampu diproduksi sebanyak 20 pesawat dan pada tahun 2003 Concorde telah melakukan penerbangan terakhirnya.
Secara komersial produk pesawat terbang transport tercepat yang sempat digunakan oleh Maskapai penerbangan Inggris dan Perancis gagal dalam meraih global market. Pertarungan lomba kecepatan dalam pesawat angkut sipil komersial pun berakhir di sini.
Berikutnya Airbus A-380 , pesawat terbang raksasa sipil komersial yang mampu mengangkut penumpang lebih dari 800 orang terbang perdana di tahun 2005.
Kabarnya pabrik pesawat terbang Airbus akan menghentikan produksi A-380 pada tahun ini 2021, menyusul banyak hal berkembang yang tidak menguntungkan dalam merebut pasar penerbangan komersial.
Bahkan sebelum pandemi Covid-19 merebak, telah tersiar banyak pertimbangan tentang sulitnya A-380 dapat bertahan.
Dengan 4 engine yang menjadikannya “boros” bahan bakar maka menjadi sulit A-380 dapat bersaing dengan jenis pesawat lainnya. A-380 menandai akhir dari perlombaan adu “besar” pesawat terbang angkut sipil komersial di pasar global.
Belakangan ini dunia penerbangan ditandai dengan adu lomba irit BBM antarpabrikan pesawat terbang ternama.
Baca juga: Bagaimana Proyeksi Industri Penerbangan Indonesia Tahun 2021?
Sayangnya dalam upaya memperoleh mesin pesawat terbang yang irit dan efisien telah terjadi dua kecelakaan fatal dari Boeing B-737 Max 8.
Mesin irit bahan bakar yang dipasang pada pesawat B-737 Max 8 telah membuat perubahan mendasar dalam performa aerodinamik yang mengakibatkan ratusan nyawa melayang dan berakhir dengan di grounded-nya semua pesawat B-737 Max 8 di seluruh dunia.
Perkembangan terakhir Boeing bersama FAA telah berhasil melakukan perbaikan teknis pesawat Max 8 untuk dirilis terbang kembali.
Otoritas penerbangan Uni Eropa EASA dan beberapa otoritas penerbangan negara pengguna Max 8 telah menyetujui pula apa yang dilakukan oleh Boeing dan FAA terhadap Max 8.