KOLOM BIZ
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Kedutaan China
Dr Dino Patti Djalal
Ketua Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI)

Ketua Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI); Mantan Wakil Menteri Luar Negeri Republik Indonesia

Membaca 70 Tahun Hubungan Indonesia-China, Pilar Stabilitas Kawasan

Kompas.com - 31/12/2020, 17:31 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

HUBUNGAN diplomatik Indonesia dan China sudah memasuki usia 70 tahun. Selama kurun waktu tersebut, hubungan keduanya banyak mengalami pasang surut.

Meski sama-sama pernah mengalami masa-masa sulit, setidaknya dalam 20 terakhir, hubungan Indonesia dan China berjalan stabil, bahkan terus meningkat.

Selanjutnya, selama kurun waktu beberapa dekade terakhir, Indonesia banyak mengalami perubahan, begitu pula dengan China.

Kita (Indonesia) menjadi sebuah emerging market economy dengan produk domestik bruto (PDB) lebih dari 1 triliun dollar AS dan berada pada peringkat 16 terbesar di dunia. Jumlah kelas menengah di Indonesia sudah menjadi jauh lebih besar, berbeda dengan zaman dahulu yang sarat dengan kemiskinan.

Ekonomi China pun telah berubah. Kini, China menjadi salah satu ekonomi terbesar dunia. Pada bagian ini, ada kontribusi Indonesia. Secara langsung ataupun tidak, Indonesia menjadi kekuatan regional China yang menjadikannya Negara kuat di dunia.

Hubungan Indonesia-China menjadi pilar stabilitas kawasan karena keduanya dapat saling memenuhi kebutuhan yang sangat relevan.

Bahkan, hubungan ini menjadi salah satu yang paling transformatif di Asia. Dilihat dari riwayatnya, kedua negara sempat tidak memiliki hubungan, kemudian hubungan sempat dibekukan, dan akhirnya sekarang telah menjadi sebuah kemitraan strategis komprehensif yang sangat kontras.

Meski belum menjadi superpower seperti AS, China merupakan negara yang memiliki pengaruh terbesar dan berdampak bagi dunia. Ekonomi China dan kebijakan-kebijakannya telah membawa dampak besar bagi internasional.

Sebagai contoh, saat krisis moneter 2008, kebijakan China telah membantu dunia dari resesi.

Saat ini, China juga semakin gencar mengeluarkan kebijakan-kebijakan terkait perubahan iklim. Hal ini telah membawa perubahan yang amat besar dalam dinamika diplomasi.

China terus berupaya merangkul Indonesia. Mengapa demikian? Sebab, Indonesia dipandang memiliki kekuatan regional di kawasan paling dekat dengan China, yakni Asia Tenggara.

Di Indonesia, pada Oktober 2013, Presiden China Xi Jinping memaparkan kebijakan One Belt One Road (OBOR) di depan DPR RI. Ini menjadi sinyal yang jelas sekali bahwa China memandang posisi Indonesia sebagai suatu hal penting bagi kebijakan internasionalnya.

Perubahan penting

Dalam 70 tahun hubungan diplomatik, ada sejumlah perubahan penting yang terjadi. Pertama, China saat ini telah menjadi pemain besar, baik bilateral maupun dalam hubungan dengan kawasan Asia Tenggara.

China juga sudah menjadi the most impactful country bagi Indonesia. Market-nya begitu besar di Indonesia, begitu pula trading partner, yang menjadikan China nomor satu di negara ini.

Kedua, pada sektor pariwisata. Negeri Tirai Bambu ini juga memberikan kontribusi besar terhadap devisa pariwisata. Jumlah wisatawan mancanegara asal China yang berkunjung ke Indonesia menempati urutan kedua setelah Malaysia. Investasi, infrastruktur, dan pendidikan juga mendapat pengaruh dari China.

Indonesia dan China telah menjadi mitra strategis. Hubungan kedua negara ini telah naik ke level lebih tinggi. Artinya, bukan lagi hubungan biasa.

Ketiga, perubahan yang paling penting adalah pertumbuhan yang pesat dalam kerja sama ekonomi. Sebagai contoh, hubungan perdagangan Indonesia-AS mengalami stagnasi dalam 10 tahun terakhir, yakni berkisar 26–30 miliar dollar AS. Pertumbuhan setiap tahunnya pun terbilang sedikit.

Presiden Jokowi saat melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden China Xi Jinping di sela acara KTT G20 pada Jumat (28/6/2019) malam.Biro pers setpres Presiden Jokowi saat melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden China Xi Jinping di sela acara KTT G20 pada Jumat (28/6/2019) malam.

Sementara itu, hubungan perdagangan Indonesia-China meningkat pesat, mulai dari 15 miliar dollar AS menjadi 30 miliar dollar AS, kemudian 50–70 miliar dollar AS, dan kini hampir menyentuh 100 miliar dollar AS. Pertumbuhan pesat ini menjadi fitur yang istimewa dalam hubungan bilateral kedua negara ini.

Masa depan Indonesia dan China pun akan semakin terkait. Ekonomi China akan terus tumbuh. China akan menjadi pasar bagi Indonesia. Begitu pula sebaliknya, China menjadikan Indonesia sebagai pasar yang amat potensial.

Joint venture proyek, infrastruktur, dan konektivitas antara Indonesia-China akan semakin meningkat pesat dibandingkan dengan Jepang, AS, maupun Australia. Indonesia akan tumbuh dan semakin terkait dengan China, apalagi mata uang yuan semakin banyak dipakai dalam perdagangan kedua belah pihak—meskipun dollar AS akan tetap menjadi “raja”.

Belum lagi ditambah kebijakan OBOR yang akan dipandang sebagai proyek infrastruktur paling besar di dunia. Selama 10–20 tahun ke depan, kita dapat melihat, modal yang mereka berikan akan meningkatkan konektivitas Indonesia dan China, juga dengan negara-negara lain.

Perubahan lainnya, sekarang, kepercayaan terhadap China juga lebih tinggi dibandingkan era 1970–1980-an. China piawai menjaga dan meningkatkan hubungan diplomatik dengan Indonesia, berbeda dengan negara lainnya.

Dalam konteks kerja sama multilateral, Indonesia dan China sama-sama mementingkan multilateralisme. Hal ini penting karena dalam beberapa tahun terakhir, multilateralisme mengalami sejumlah gangguan.

Selain itu, posisi China sebagai anggota tetap Dewan Keamanan (DK) PBB memberi alasan penting bagi Indonesia untuk menjalin kerja sama. Apalagi. kita juga sempat jadi anggota DK tidak tetap PBB.

Dalam isu perubahan iklim, China memiliki ambisi besar untuk mencapai target netral karbon pada 2060. Ini merupakan upaya luar biasa bagi negara yang sangat mengandalkan batu bara.
China sudah go green, di antaranya melalui teknologi listrik dan energi matahari. Sementara Indonesia, targetnya masih dalam pencapaian penurunan emisi sebanyak 29 persen pada 2030. Angka ini masih sangat jauh jika dibandingkan China.

Jadi, terkait Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), China menempatkan dirinya sebagai negara berkembang yang aktif memberikan kontribusi positif ke negara-negara berkembang lainnya.

Tantangan

Pandemi Covid-19 menjadi tantangan bagi negara-negara terdampak, termasuk Indonesia dan China. Meski China sudah dapat mengontrol pandemi ini, penanganan Covid-19 tetap menjadi agenda utama negara tersebut.

Penanganan pandemi ini juga menjadi agenda utama pada hubungan bilateral Indonesia-China, terutama hubungan diplomasi luar negeri terkait diplomasi vaksin yang sangat penting.
Pemulihan ekonomi juga menjadi tantangan yang harus dihadapi. Kita berharap, ekonomi pada tahun depan sudah mulai membaik, apalagi ketika sudah tersedia vaksin.

Sejujurnya, jika kita lihat, banyak kawasan negara lain yang pasarnya makin mengecil karena 100 lebih negara akan mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi. Satu-satunya negara yang tumbuh, hanya China.

Ilustrasi bendera Indonesia dan China.SHUTTERSTOCK/Leo Altman Ilustrasi bendera Indonesia dan China.

Jadi, yang memiliki pasar besar dan mempunyai kebijakan menyedot produk-produk negara lain adalah China.

Pemulihan ekonomi Indonesia akan banyak terikat dengan China. Membangun kepercayaan menjadi tantangan bagi Indonesia. Di tingkat atas, kepercayaan Indonesia terhadap China sudah baik, tetapi di tingkat grass root masih banyak sejumlah tantangan, termasuk masalah ideologi. Untuk itu, harus ada upaya dari kedua belah pihak.

Tantangan terakhir adalah bagai¬mana Indonesia-China menciptakan kawasan stabil, damai, dan tidak terbelenggu rivalitas negara-negara besar. Faktanya, AS masih berseteru dengan China.

Presiden Xi Jinping berharap tercipta hubungan antarnegara yang tidak selalu harus bersaing secara tidak sehat. Jadi, muncul tantangan bagi Indonesia agar dapat memfasilitasi hubungan antara negara-negara besar yang positif dan tidak merobek kawasan.

Seperti diketahui, saat ini AS sangat anti-China. Ini tidak sehat. China berharap agar Asia Tenggara lebih percaya kepada negara tersebut. Begitu pula dengan AS yang ingin agar negara-negara Asia Tenggara lebih percaya kepada Negeri Paman Sam.

Pandangan negara-negara Asia Tenggara cukup besar bagi kedua negara tersebut. Oleh sebab itu, perseteruan AS dan China harus dapat diselesaikan sehingga tidak mengusik stabilitas Asia Tenggara.

 


Terkini Lainnya

AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum 'Clear', Masih Dihuni Warga

AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum "Clear", Masih Dihuni Warga

Nasional
Tak Persoalkan PKB Ingin Kerja Sama dengan Prabowo, PKS: Kita Enggak Jauh-jauh

Tak Persoalkan PKB Ingin Kerja Sama dengan Prabowo, PKS: Kita Enggak Jauh-jauh

Nasional
Bapanas Prediksi Harga Bawang Merah Normal 30-40 Hari ke Depan

Bapanas Prediksi Harga Bawang Merah Normal 30-40 Hari ke Depan

Nasional
PKS Jajaki Komunikasi dengan Prabowo

PKS Jajaki Komunikasi dengan Prabowo

Nasional
Dewas Harap Wakil Ketua KPK Laporkan Albertina Ho Bukan karena Sedang Tersangkut Kasus Etik

Dewas Harap Wakil Ketua KPK Laporkan Albertina Ho Bukan karena Sedang Tersangkut Kasus Etik

Nasional
Wapres Ma'ruf Amin Tak Titip Program Tertentu untuk Dilanjutkan Gibran

Wapres Ma'ruf Amin Tak Titip Program Tertentu untuk Dilanjutkan Gibran

Nasional
Gibran Minta Petuah Saat Sowan ke Wapres Ma'fuf Amin

Gibran Minta Petuah Saat Sowan ke Wapres Ma'fuf Amin

Nasional
Tantang PDI-P Tarik Semua Menteri Usai Sebut Jokowi Bukan Kader Lagi, TKN: Daripada Capek-capek PTUN

Tantang PDI-P Tarik Semua Menteri Usai Sebut Jokowi Bukan Kader Lagi, TKN: Daripada Capek-capek PTUN

Nasional
Relaksasi HET Beras Premium Diperpanjang hingga 31 Mei 2024

Relaksasi HET Beras Premium Diperpanjang hingga 31 Mei 2024

Nasional
Gibran Disebut Masih Fokus di Solo, Undang Wapres Ma'ruf Resmikan Destinasi Wisata

Gibran Disebut Masih Fokus di Solo, Undang Wapres Ma'ruf Resmikan Destinasi Wisata

Nasional
Dewas Ungkap Klarifikasi Albertina Ho yang Dilaporkan Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron

Dewas Ungkap Klarifikasi Albertina Ho yang Dilaporkan Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron

Nasional
Nasdem-PKS Jajaki Kerja Sama di Pilkada DKI, Termasuk Opsi Usung Anies

Nasdem-PKS Jajaki Kerja Sama di Pilkada DKI, Termasuk Opsi Usung Anies

Nasional
KPK Duga Hakim Agung Gazalba Saleh Cuci Uang Rp 20 Miliar

KPK Duga Hakim Agung Gazalba Saleh Cuci Uang Rp 20 Miliar

Nasional
Gibran Bakal ke Istana Malam Ini, Bersama Prabowo?

Gibran Bakal ke Istana Malam Ini, Bersama Prabowo?

Nasional
Surya Paloh Sebut Nasdem dan PKS Siap Bergabung ke Pemerintahan Prabowo maupun Jadi Oposisi

Surya Paloh Sebut Nasdem dan PKS Siap Bergabung ke Pemerintahan Prabowo maupun Jadi Oposisi

Nasional
komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com