JAKARTA, KOMPAS.com - Panggilan kedua yang dilayangkan penyidik Polda Metro Jaya terhadap tokoh Front Pembela Islam (FPI), Rizieq Shihab berbuntut panjang.
Adapun Rizieq dipanggil penyidik kedua kalinya pada Senin (7/12/2020) untuk diperiksa sebagai saksi dalam kasus dugaan pelanggaran protokol kesehatan saat pernikahan putrinya di Petamburan, Jakarta Pusat, 14 November 2020.
Menyusul jadwal pemeriksaan itu, beredar informasi di aplikasi pesan singkat soal pengerahan massa untuk mengawal pemeriksaan Rizieq.
Anggota Polda Metro Jaya kemudian melakukan penyelidikan.
Baca juga: Jenazah 6 Simpatisan Rizieq Shihab Belum Bisa Dibawa Pulang dari RS Polri
Dalam penyelidikan itu, anggota Polda Metro Jaya membuntuti kendaraan yang ditumpangi para simpatisan Rizieq.
Tiba-tiba, menurut polisi, mobil yang dikendarai anggota Polda Metro Jaya dipepet oleh kendaraan laskar pengawal Rizieq tersebut.
Bentrokan pun terjadi di Jalan Tol Jakarta-Cikampek KM 50, Senin (7/12/2020) dini hari.
Menurut Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Awi Setiyono, laskar khusus FPI tersebut yang melepaskan tembakan terlebih dahulu.
"Mereka (laskar khusus FPI) curiga, sama mencurigai, akhirnya mobil anggota kita dipepet dan mereka mengeluarkan tembakan, akhirnya dibalas oleh anggota kita di lapangan," ucap Awi di Gedung Bareskrim, Jakarta Selatan, Senin.
Akibat kejadian tersebut, enam anggota laskar khusus FPI tewas ditembak polisi. Sementara itu, empat anggota lainnya kabur.
Polda Metro Jaya dengan dibantu oleh Bareskrim Polri masih mengejar empat orang yang kabur.
Baca juga: Fakta-fakta 6 Simpatisan Rizieq Shihab Tewas Ditembak: Serang Polisi hingga Bantahan FPI
Awi mengatakan, polisi juga masih mendalami perihal senjata api yang diduga digunakan laskar khusus FPI maupun terkait motif penyerangan.
"Masih dilakukan penyelidikan terkait dengan senpi, terus ada empat yang kabur, kenapa dia menembak polisi, kan tentunya ini akan diproses," ucap Awi.
FPI pun angkat bicara terkait peristiwa tersebut. Sekretaris Front Pembela Islam Munarman membantah bahwa laskar pengawal Rizieq menyerang terlebih dahulu.
"Tidak benar. Laskar FPI tidak pernah memiliki senjata api," kata Munarman kepada Kompas.com, Senin siang.
Menurut pihak FPI, saat itu Rizieq dan keluarga disertai laskar pengawal sedang menuju acara pengajian subuh keluarga. Rizieq berangkat dari Sentul, Bogor, pukul 22.30 WIB.
Baca juga: FPI: Keluarga Belum Bisa Akses 6 Jenazah Pengawal Rizieq yang Tewas Ditembak Polisi
Munarman menyebut, rombongan sudah menyadari bahwa sedang dibuntuti kendaraan lain sejak dari Sentul.
Penguntit itu disebut baru beraksi pukul 12.30 WIB, setelah rombongan Rizieq berada di tol Jakarta-Cikampek, dekat Gerbang Tol Karawang Timur.
"Para penguntit berusaha memotong entah apa tujuannya. Ini orang tak berseragam. Berusaha memotong rombongan dan menyetop kendaraan," kata Munarman dalam konferensi pers di markas FPI Petamburan, Jakarta Pusat, Senin sore.
Dua mobil laskar pengawal Rizieq kemudian mencoba menghentikan aksi penguntit. Dua mobil laskar pengawal lainnya tetap mengawal Rizieq ke tempat tujuan.
Kemudian, dari dua mobil laskar pengawal, satu kendaraan langsung pergi setelah mendengar suara tembakan.
Setelah itu, FPI tidak dapat berkomunikasi lagi dengan enam anggota laskar tersebut.
Maka dari itu, dalam keterangan pers sebelumnya kepada awak media, FPI menyebut keenam anggota laskar pengawal hilang.
Baca juga: 6 Pengawal Rizieq Shihab Tewas Ditembak Polisi, Ini Kronologi Versi FPI
Munarman pun terkejut dengan keterangan pihak kepolisian atas peristiwa tersebut. Ia menyebutnya sebagai sebuah fitnah.
"Fitnah besar laskar kita disebut membawa senjata api nembak-menembak. Laskar tak dilengkapi senjata api, terbiasa tangan kosong. Kami bukan pengecut," kata Munarman.
Setelah peristiwa itu, FPI mengaku belum diberi akses oleh polisi untuk mengecek jenazah enam anggota laskar pengawal FPI tersebut.
Polri pun mengklaim pihaknya tidak pernah menghalangi pihak keluarga untuk mengurus jenazah keenam orang tersebut.
"Polri tak pernah menghalangi atau mempersulit pihak keluarga untuk mengurus jenazah dari enam orang yang mencoba melawan petugas itu," kata Kepala Divisi Humas Polri Irjen Argo Yuwono dalam keterangannya, Senin.
Adapun jenazah keenamnya kini berada di Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur. Dari keterangan polisi hingga Senin malam, jenazah tersebut masih dalam proses identifikasi.
Baca juga: Polisi Sebut Jenazah 6 Anggota Laskar Khusus FPI Berada di RS Polri Kramat Jati
Polisi tak menampik bahwa RS Polri kini dijaga ketat oleh aparat TNI-Polri.
"Tentunya sebagaimana SOP yang berlaku petugas melakukan pengamanan untuk mencegah oknum yang tak bertanggung jawab," ujar Argo.
Perbedaan keterangan antara polisi dengan FPI atas kejadian tersebut menimbulkan tanda tanya.
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) ikut turun tangan dengan membentuk tim untuk menyelidiki bentrokan itu.
"Melalui pemantuan dan penyelidikan telah membuat tim. Saat ini sedang mendalami informasi untuk memperdalam berbagai informasi yang beredar di publik," kata Komisioner Komnas HAM Choirul Anam dalam keterangan tertulis, Senin.
Proses meminta keterangan kepada pihak yang terlibat langsung tengah dilakukan oleh Komnas HAM.
Baca juga: Komnas HAM Bentuk Tim Dalami Penembakan 6 Simpatisan Rizieq Shihab
Maka dari itu, Komnas HAM meminta polisi serta FPI agar bisa bekerja sama dan memberikan keterangan secara terbuka.
"Untuk memperkuat pengungkapan petistiwa yang terjadi, kami berharap semua pihak mau bekerja sama dan terbuka. Harapan ini juga kami sampaikan kepada pihak kepolisian," ujar dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.