JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) Lukmanul Hakim mengatakan, proses fatwa vaksin Covid-19 baru sampai pada tahap menunggu kelengkapan data dari produsen melalui Bio Farma.
"Memang komunikasi sudah jalan terus dengan produsen melalui Bio Farma, tetapi kami lihat kelengkapan datanya masih belum semuanya. Kami masih menunggu kelengkapannya itu satu hal," kata Lukman saat dihubungi Kompas.com, Senin (7/12/2020).
Ia melanjutkan, MUI juga masih menunggu penetapan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sebelum bisa menyatakan bahwa vaksin tersebut halal atau tidak.
Baca juga: Vaksin Sinovac Tiba di indonesia, Jabar Utamakan Wilayah Berisiko Tinggi
Lebih lanjut Lukman mengatakan, ada tiga hal yang harus diperhatikan untuk menentukan kehalalan produk obat.
"Ada tiga syarat dari obat itu harus ada safety, quality dan efficacy. BPOM itu mengeluarkan izin atas dasar tiga hal itu. Safety-nya bagaimana keamanannya, kualitasnya dan khasiatnya bagaimana. Kalau sudah ada itu, BPOM akan keluarkan surat apapun rekomendasinya," jelasnya.
Untuk itu, Lukman mengatakan tengah menunggu surat rekomendasi dari BPOM, baru MUI dapat mengeluarkan fatwa.
Menurutnya, proses ini sudah sejalan dengan apa yang diungkapkan Presiden Joko Widodo terkait tahapan vaksin.
"Pemerintah sepakat seperti yang sudah dikatakan Presiden, prosedurnya tetap menempuh seperti itu. Kehadiran vaksin memang ada, tapi prosedurnya seperti apa ya tetap ditempuh," ucap dia.
Namun, Lukman menambahkan apabila dari BPOM nantinya sudah mengeluarkan rekomendasi perizinan vaksin, maka MUI akan mengeluarkan fatwa vaksin dapat digunakan.
Diberitakan, vaksin Covid-19 dari China telah datang di Indonesia pada Minggu (6/12/2020) melalui bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten.
Adapun jumlah vaksin yang tiba sebanyak 1,2 juta dosis yang diangkut menggunakan pesawat Garuda Boeing 777-300.
Presiden Jokowi menuturkan, kedatangan vaksin dari Sinovac merupakan kabar baik bagi rakyat Indonesia.
Kemudian, lanjut Jokowi, akan ada 1,8 juta dosis vaksin siap suntik yang akan tiba pada Januari 2021.
Jokowi menekankan, Indonesia tidak bisa langsung menggunakan vaksin tersebut. Ia menerangkan bahwa akan ada tahapan-tahapan yang akan dilalui vaksin hingga dapat tersalurkan di masyarakat.
Baca juga: Cerita Menlu Retno Komunikasi Tiap Jam dengan Menlu China untuk Pastikan Kedatangan Vaksin Covid-19
"Tapi untuk memulai vaksinasi masih memerlukan tahapan-tahapan dari BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan),” ucap Jokowi.
Indonesia telah bekerja sama dengan Sinovac untuk melakukan uji klinis tahap ketiga di Bandung Jawa Barat.
Kerja sama ini melibatkan tim dari Universitas Padjadjaran dan PT Bio Farma. Indonesia juga dikabarkan menjalin komitmen pengadaan vaksin dengan perusahaan biofarmasi lainnya, yakni Sinopharm yang bekerja sama dengan G42 di Uni Emirat Arab, CanSino, dan AstraZeneca.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.