JAKARTA, KOMPAS.com - Survei Global Corruption Barometer (GCB) yang dilakukan Transparency International Indonesia (TII) menunjukkan hanya 50 persen masyarakat yang menilai kinerja KPK cukup baik dalam satu tahun terakhir.
"Terkait dengan kinerja KPK, publik melihat bahwa hanya 50 persen publik yang menilai bahwa kinerja KPK cukup baik," kata peneliti TII Alvin Nicola dalam konferensi pers, Kamis (3/12/2020).
Alvin menuturkan, hasil survei tersebut setali tiga uang dengan hasil survei lembaga lainnya yang menunjukkan adanya penurunan kepercayaan publik kepada KPK.
Baca juga: KPK Prihatin Kepala Daerah Kembali Tersandung Korupsi
Kendati demikian, kata Alvin, KPK masih memiliki modal sosial yang besar di tengah menurunnya optimisme publik terhadap lembaga antirasuah itu.
Sebab, lebih dari 90 persen responden dalam survei ini mengetahui keberadaan KPK.
"Tingkat pengetahuan publik terhadap KPK itu sangat tinggi dan ini sebenarnya dapat dimanfaatkan oleh KPK untuk terus membangun soliditas publik terhadap KPK," ujar Alvin.
Di sisi lain, survei tersebut juga menunjukkan persepsi publik atas kinerja pemerintah dalam pemberantasan korupsi masih stagnan.
Hasil survei BCG 2020 menunjukkan, ada 65 persen responden yang menilai pemerintah berkinerja baik dalam pemberantasan korupsi.
Baca juga: ICW Apresiasi Penangkapan Menteri Edhy Prabowo, Minta KPK Tak Larut dalam Euforia
Angka tersebut hanya naik satu poin dari hasil BCG 2017 di mana terdapat 64 persen responden yang menilai kinerja pemerintah dalam pemberantasan korupsi sudah baik.
"Inisiatif mengenai strategi nasional pencegahan korupsi yg nampaknya masif tapi melihat dari persepsi publik di GCB ini belum terlalu dirasakan kira-kira oleh publik," kata Alvin.
Ia menambahkan, hasil survei juga menunjukkan hampir setengah responden atau 49 persen responden menilai tingkat korupsi meningkat selama satu tahun terakhir.
Baca juga: Penangkapan Edhy Prabowo, Pukat UGM: KPK Masih Punya Napas
Selain itu, lebih dari 90 persen responden merasa korupsi di tubuh pemerintah merupakan masalah besar, jauh di atas rata-rata Asia yang sebesar 74 persen.
Adapun survei GCB dilakukan Transparency International Indonesia pada 15 Juni hingga 24 Juli 2020 dengan melibatkan 1.000 responden rumah tangga yang tersebar di 28 provinsi.
Wawancara dalam survei ini dilakukan menggunakan metode random digital dialing dengan margin of error kurang lebih 3,1 persen.
Di tingkat Asia, survei GCB juga dilakukan di Jepang, Korea Selatan, Taiwan, China, Mongolia, Nepal, India, Bangladesh, Maladewa, Myanmar, Kamboja, Thailand, Filipinia, Malaysia, dan Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.