Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hasanuddin Wahid
Sekjen PKB

Sekjen Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Anggota Komisi X DPR-RI.

Demokrasi Vs Korupsi

Kompas.com - 02/12/2020, 09:23 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Selain itu, lembaga akuntabilitas horisontal yang sering ditunjuk atau didanai oleh pemerintah dapat mengurangi secara intensif dan kapasitas untuk menangani korupsi pemerintah.

Dalam kasus terburuk, lembaga-lembaga ini dapat digunakan untuk menganiaya lawan politik pemerintah, daripada meminta pertanggungjawaban pemerintah.

Secara normatif, dapat dikatakan bahwa perubahan kecil dalam norma atau perilaku yang ditimbulkan oleh demokrasi tidak cukup untuk menghilangkan pratik korupsi yang massif.

Argumen ini menyiratkan bahwa demokrasi mungkin tak banyak berpengaruh pada penurunan korupsi, bahkan sebaliknya dapat meningkatkan korupsi.

Oleh karena itu sulit untuk menarik kesimpulan tentang efek demokrasi terhadap korupsi. Apalagi, ada negara yang tidak menganut paham demokrasi, ternyata berhasil mengurangi korupsi.

Singapura adalah contoh negara yang relatif tidak demokratis namun berhasil menekan tingkat korupsi tetap rendah. Sebaliknya, negara-negara demokratis seperti Mongolia, Paraguay, Nikaragua, juga Indonesia memiliki tingkat korupsi yang tinggi.

Berbagai studi ekonometrik juga memperlihatkan hasil yang sangat beragam tentang hubungan antara demokrasi dan korupsi. Sejumlah studi melaporkan adanya hubungan negatif yang signifikan antara keduanya. Namun, ada pula studi yang justru tidak menemukan hubungan yang signifikan.

Efek kausal demokrasi terhadap korupsi dipersulit oleh fakta bahwa demokrasi adalah suatu fenomena sosial yang endogen. Selain itu, mungkin juga ada kausalitas terbalik.

Artinya, korupsi mungkin dapat merusak kepercayaan pemilih terhadap sistem demokrasi, dan karenanya memicu praktik korupsi.

Tapi, hubungan kausal demokrasi dan korupsi kemungkinan besar dipengaruhi oleh variabel ketiga yang sulit untuk diamati atau diukur, yaitu kebudayaan.

Fiona Robertson-Snape (1999) mengemukakan praktik korupsi di Indonesia dihubungkan dengan determinasi kebudayaan, yaitu kebiasaan tradisional orang Nusantara yang gemar menyuap dan membawa upeti untuk mengambil hati para penguasa.

Tetap ada harapan

Sejatinya, dari perspektif teoritis, kita dapat berharap demokrasi akan mengurangi korupsi. Demokrasi meningkatkan kemungkinan pejabat yang korup akan diekspos dan dihukum.

Dalam sistem demokrasi, warga masyarakat memiliki inisiatif mengungkap kegiatan korupsi oleh petahana sehingga pemilih menjadi terbuka matanya untuk tidak memilih kembali politisi yang lebih mengutamakan kepentingan pribadi mereka daripada kepentingan para pemilih.

Demokrasi juga menimbulkan sistem pemerintahan yang lebih terbuka dan terciptanya mekanisme check and balances.

Itu berarti bahwa warga masyarakat berpeluang ikut mengawasi jalannya pemerintahan, sehingga peluang para pengusaha untuk melakukan suap dan gratifikasi guna mendapat proyek dapat dikendalikan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin 'Merampok'

JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin "Merampok"

Nasional
Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

Nasional
Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

Nasional
Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Nasional
Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

Nasional
BKKBN Minta Bocah 7 Tahun Sudah Tunangan Tak Dianggap Biasa

BKKBN Minta Bocah 7 Tahun Sudah Tunangan Tak Dianggap Biasa

Nasional
Terungkap di Sidang, Biaya Ultah Cucu SYL Di-“reimburse” ke Kementan

Terungkap di Sidang, Biaya Ultah Cucu SYL Di-“reimburse” ke Kementan

Nasional
Tanggapi Jokowi, Djarot PDI-P: Konstitusi Dilanggar dan Direkayasa, Kekaderannya Patut Diragukan

Tanggapi Jokowi, Djarot PDI-P: Konstitusi Dilanggar dan Direkayasa, Kekaderannya Patut Diragukan

Nasional
Polri Akan Gelar Operasi Puri Agung 2024, Kawal World Water Forum Ke-10 di Bali

Polri Akan Gelar Operasi Puri Agung 2024, Kawal World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama seperti Anies Kemarin

Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama seperti Anies Kemarin

Nasional
Kasus Dana PEN, Eks Bupati Muna Divonis 3 Tahun Bui

Kasus Dana PEN, Eks Bupati Muna Divonis 3 Tahun Bui

Nasional
Surya Paloh Bakal Bertemu Prabowo Sore Ini, Nasdem Belum Ambil Keputusan

Surya Paloh Bakal Bertemu Prabowo Sore Ini, Nasdem Belum Ambil Keputusan

Nasional
Jalankan Amanah Donatur, Dompet Dhuafa Berbagi Parsel Ramadhan untuk Warga Palestina

Jalankan Amanah Donatur, Dompet Dhuafa Berbagi Parsel Ramadhan untuk Warga Palestina

Nasional
Wapres Sebut Target Penurunan 'Stunting' Akan Dievaluasi

Wapres Sebut Target Penurunan "Stunting" Akan Dievaluasi

Nasional
Persilakan Golkar Tampung Jokowi dan Gibran, PDI-P: Kami Bukan Partai Elektoral

Persilakan Golkar Tampung Jokowi dan Gibran, PDI-P: Kami Bukan Partai Elektoral

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com