“Padahal, masyarakat tak perlu takut karena mayoritas penderita Covid-19 sembuh,” ujarnya.
Baca juga: Relawan Satgas Covid-19 Mundur, Wagub DKI: Harusnya Ikhlas, Tulus, Berkorban
Seperti di Indonesia sekarang, lanjut Doni, angka kesembuhan telah menembus 83,9 persen dari kasus aktif. Nilai tersebut jauh di atas kesembuhan dunia yang hanya di level 69 persen.
“Untuk itu jangan takut, sebab penularan Covid-19 yang makin cepat diketahui akan memudahkan pasien menjalani pemulihan,” ucapnya.
Namun sebaliknya, kata Doni, bila terlambat, risiko tingkat kematian akan semakin tinggi, apalagi bila pasien juga memiliki penyakit bawaan.
Berdasarkan data yang dihimpun Satgas Penanganan Covid-19 dari Rumah Sakit (RS) Persahabatan Jakarta, ditemukan pasien dengan kategori ringan memiliki risiko kematian nol persen.
Baca juga: Satgas Covid-19 Distribusikan Jutaan Alat Material Kesehatan, dari Masker hingga Ventilator
Sementara itu, pasien dengan kategori sedang mencapai 2,6 persen, pasien kategori berat 5,5 persen dan pasien kategori kritis memiliki risiko kematian 67,4 persen.
Doni memaparkan, kategori kritis adalah pasien dengan komplikasi infeksi berat yang mengancam kematian, pneumonia berat, serta gagal oksigenasi dan ventilasi.
“Tak sedikit pasien memasuki fase kritis karena sebelumnya memiliki penyakit bawaan seperti hipertensi, diabetes, ginjal, dan gangguan paru,” ujar Doni.
Baca juga: Satgas Covid-19: Pemda Jangan Segan Minta Bantuan ke Pemerintah Pusat
Sebagai langkah lebih lanjut dalam mencegah penularan Covid-19, Satgas Penanganan Covid-19 bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Dinas Kesehatan (Dinkes) Daerah.
Satgas Covid-19 saat ini telah menurunkan lebih dari 5.000 relawan tracer atau pelacak kontak untuk melakukan deteksi awal penularan di 10 prioritas.
Namun, upaya melakukan pelacakan ternyata tidak mudah karena sebagian masyarakat menolak untuk diperiksa.
Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19 Alexander K Gintings menambahkan, timnya saat ini sedang berada di lapangan untuk melakukan penelusuran kontak erat pasien.
Baca juga: Satgas Covid-19: Keputusan Libur Panjang Ditentukan Berdasarkan Kedisiplinan Masyarakat
“Para pelacak kontak ini sekarang tengah mengalami persinggungan dengan masyarakat untuk memutus rantai penularan,” ujar Alexander.
Alexander menegaskan, gerakan kesehatan untuk menanggulangi Covid-19 adalah sebuah gerakan kemasyarakatan non partisan, untuk kemanusiaan, non diskriminatif dan pro terhadap kehidupan.
“Ini yang perlu ditanamkan sehingga masyarakat tidak perlu resisten agar anggota di lapangan bekerja aman dan nyaman serta tidak dicurigai,” terangnya.
Alex menambahkan, semua pihak berjuang memutuskan rantai penularan dengan menerapkan protokol kesehatan.
Maka dari itu, pihaknya juga perlu kelompok pendukung, yaitu tim pelacak kontak dari Dinkes, Kemenkes, dan Satgas Penanganan Covid-19.
“Jadi tim pelacak kontak adalah sahabat masyarakat yang menolong saya, keluarga, dan sahabat-sahabat semua dari rantai penularan Covid-19,” tuturnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.