Dari seminar tersebut, kata dia, terbukti bahwa negara-negara di Arab masih susah menerapkan demokrasi.
"Kebetulan waktu itu saya ikut di kelompok negara-negara Arab. Nah, pada saat mendengar di headphone, mereka bilang bahwa di Arab itu sangat susah muncul demokrasi, karena suku-suku yang masih kuat sekali," terang dia.
Setelah mendengar apa yang disampaikan kelompok negara-negara Arab tersebut, lantas dirinya membandingkan kejadian dengan yang ada di Indonesia.
Baca juga: Ini 3 Tantangan Global yang Harus Dihadapi Umat Islam Dunia Menurut Ma’ruf Amin
Ia menjelaskan, Islam dan Demokrasi di Indonesia terbukti berjalan bersama. Hal tersebut dibuktikan dari adanya pimpinan gerakan Islam yang bukan dari daerah asal tempat berdirinya kelompok.
"Misalnya NU, walaupun tumbuh di Jawa Timur, tetapi pernah dipimpin oleh Idham Chalid yang berasal dari Kalimantan Selatan. Lalu kemudian Din Syamsuddin, walaupun Muhammadiyah tumbuh di Yogyakarta dan Surakarta, tetapi Din dari sebuah wilayah di NTB dan muncul jadi pemimpin," ucapnya.
Untuk itu, ia berpendapat jika Islam di Indonesia sudah menerapkan tradisi demokrasi mendahului lahirnya negara bangsa.
"Contohnya kan Muhammadiyah lahir 1912 dan NU lahir 1926. Kelahiran mereka itu mendahului negara bangsa, dan tentu saja mendahului sistem politik ekonomi yang sekarang kita sebut demokrasi," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.