Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Digitalisasi Penyiaran Tertinggal dari Negara Lain, KPI Harap Bisa hingga Perbatasan

Kompas.com - 16/11/2020, 11:15 WIB
Irfan Kamil,
Bayu Galih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Aswar Hasan mendorong Indonesia untuk melakukan percepatan digitalisasi pertelevisian meskipun dalam kondisi pandemi Covid-19.

Menurut dia, digitalisasi tersebut telah terselenggara di berbagai negara di dunia, terutama di Eropa. Bahkan, digitalisasi juga telah dilakukan sejumlah negara di ASEAN.

"Kita termasuk negara yang tertinggal dalam melakukan upaya migrasi dari analog ke digital atau analog switch off. Ini tentu merupakan tantangan bagi kita semua,” kata Aswar dalam Sosialisasi dan Publikasi Menjaga Indonesia dan Perbatasan Melalui Penyiaran Televisi Digital, Senin (16/11/2020).

Baca juga: Digitalisasi Industri Penyiaran, Kemenkominfo Yakin Indonesia Kejar Ketertinggalan

Upaya digitalisasi tersebut, menurut Aswar, harus dilakukan dengan betul-betul terencana, sehingga manfaatnya nanti betul-betul dirasakan oleh masyarakat secara luas dan merata.

Bahkan, KPI berharap digitalisasi dapat juga dilakukan di daerah perbatasan.

"Kita berharap bahwa rencana digitalisasi siaran televisi di daerah perbatasan dapat segera dilakukan secara baik," ujar Aswar.

"Betapa tidak, karena perbatasan merupakan beranda rumah kita sebagai bangsa. Baik tidaknya kita sebagai bangsa itu juga dicerminkan oleh sejauh mana tertatanya dengan baik beranda kita sebagai bangsa," kata dia.

KPI dengan semua elemennya menyatakan sangat berkomitmen bersama dengan pemerintah untuk melaksanakan kerja sama dalam hal digitalisasi tersebut, terutama dalam hal bekerja sama dengan Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).

Baca juga: Pemerintah Dorong Percepatan Migrasi Penyiaran Analog ke Digital

Sebelumnya, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) berupaya untuk mempercepat digitalisasi nasional, terutama di sektor penyiaran digital lewat kebijakan migrasi TV analog ke digital (analog switch off/ASO).

Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate pada Senin (6/7/2020).

Menurut Johnny, ada sejumlah alasan mengapa digitalisasi televisi ini harus diakselerasi.

Alasan pertama adalah ketertinggalan Indonesia terkait penerapan ASO itu sendiri, khususnya dengan negara-negara tertangga.

Thailand dan Vietnam, misalnya, mulai merampungkan program ASO pada 2020 ini. Bahkan, Malaysia dan Singapura sudah menyelesaikan ASO pada 2019.

Baca juga: AJI Kecam Pengesahan UU Cipta Kerja, Anggap Rugikan Pekerja hingga Ancam Demokratisasi Penyiaran

Kesenjangan program ASO ini, menurut Johnny, lantas berpotensi bakal menimbulkan permasalahan diplomatis antarnegara.

"Apabila Indonesia terlalu lama menyelesaikan isu ASO ini, maka akan muncul potensi permasalahan dengan negara tetangga, khususnya di wilayah perbatasan," ujar Johnny.

"Situasi ini berpotensi memunculkan sengketa internasional, sehingga harus dilakukan penataan spektrum frekuensi radio yang diharmonisasi dengan negara tetangga," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Nasional
Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Nasional
Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Nasional
Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nasional
JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

Nasional
Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Nasional
Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Nasional
DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

Nasional
Komisi II Sebut 'Presidential Threshold' Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Komisi II Sebut "Presidential Threshold" Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Nasional
Prabowo Nyanyi 'Pertemuan' di Depan Titiek Soeharto: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Prabowo Nyanyi "Pertemuan" di Depan Titiek Soeharto: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Nasional
Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Nasional
Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Nasional
Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

Nasional
Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, PPP: Tak Ada Lagi Koalisi 01 dan 03

Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, PPP: Tak Ada Lagi Koalisi 01 dan 03

Nasional
CSIS: Pemilu 2024 Hasilkan Anggota DPR Muda Paling Minim Sepanjang Sejarah sejak 1999

CSIS: Pemilu 2024 Hasilkan Anggota DPR Muda Paling Minim Sepanjang Sejarah sejak 1999

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com