JAKARTA, KOMPAS.com - Pakar Epidemiologi Universitas Airlangga Laura Navika Yamani mengingatkan pemerintah terkait masih banyaknya aksi kerumunan di tengah pandemi.
Ia pun mengatakan, pemerintah seharusnya menganggap lebih konsekuen dalam risiko penyebaran Covid-19 yang berasal dari kerumunan.
Caranya, dengan melakukan testing aktif dan massal di lokasi kerumunan.
"Seperti kemarin kondisi kerumunan dan banyak simpatisan dari Habib Rizieq di Bandara Soekarno-Hatta. Pemerintah harus dengan konsekuensi risiko penyebaran Covid-19, dengan melakukan testing aktif dan massal pada lokasi atau asal dari populasi yang melakukan kerumunan," kata Laura saat dihubungi Kompas.com, Minggu (15/11/2020).
Baca juga: Didenda Rp 50 Juta, Keluarga Rizieq Shihab Jelaskan Alasan Langgar Protokol Kesehatan
Hal tersebut, lanjut dia, sudah merupakan tugas pemerintah untuk usaha pengendalian pandemi dengan menekan penyebaran Covid-19.
Oleh karenanya, ia mengusulkan agar pemerintah lebih meningkatkan pengendalian dengan menyesuaikan kondisi yang ada di masyarakat.
"Caranya ya dengan 3T itu yaitu testing, tracing, dan treatment. Jadi jika ada kegiatan yang dengan kerumunan, pemerintah sigap dalam menemukan kasus dan melakukan isolasi untuk mencegahb terjadinya penyebaran yang meluas," kata dia.
Baca juga: 10.000 Tamu Resepsi Putri Rizieq Shihab di Tengah Pandemi yang Difasilitasi Negara...
Laura menambahkan, dengan ini, pemerintah harus menjemput bola melakukan pemeriksaan random di tempat-tempat asal dari orang-orang di kerumunan.
Hal tersebut menurutnya semata untuk memastikan agar penyebaran Covid-19 tidak terjadi.
Di sisi lain, ia juga mengingatkan agar pemerintah memerhatikan jumlah pemeriksaan yang dilakukan di Indonesia harus bisa menurunkan angka positivity rate sesuai rekomendasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) di bawah 5 persen.
"Artinya ya jumlah testing dan tracing harus ditingkatkan di komunitas masyarakat," pungkasnya.
Baca juga: Kerumunan Massa di Petamburan, Pemprov DKI Belum Berencana Swab Massal
Sementara itu, dihubungi terpisah, Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman mengusulkan kapasitas testing yang ditinggikan.
Hal ini dikarenakan, menurut dia, kapasitas testing di Indonesia masih terbilang rendah.
"Jadi harus di kisaran. Kalau saya saat ini mengajukan 100.000 testing sehari untuk mengejar ketertinggalan," kata Dicky saat dihubungi, Minggu (15/11/2020).
Selain itu, ia juga senada dengan Laura bahwa peningkatan kasus Covid-19 di Indonesia dikarenakan masih adanya keramaian.
Hal itu menjadi alasan kedua yang mampu membuatnya mengatakan bahwa strategi pengendalian Covid-19 di Indonesia belum optimal.
Sebelumnya, pada Sabtu (14/11/2020), Indonesia melaporkan 5.272 kasus baru virus corona, sehingga total kasus Covid-19 menjadi 463.007.
Tambahan kasus baru yang menembus angka 5.000 itu merupakan kedua kalinya setelah laporan harian tertinggi dikonfirmasi pada Jumat (13/11/2020) dengan 5.444 kasus.
Kenaikan kasus ini terjadi dua minggu setelah libur panjang akhir Oktober 2020.
Kendati demikian, pada Minggu (15/11/2020) kasus baru kembali turun. Informasi terkini, Minggu, terdapat penambahan kasus pasien positif Covid-19 di Indonesia sebanyak 4.106 orang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.