Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Marak Kekerasan oleh Aparat, Jokowi Didesak agar Instruksikan Pembenahan Polri

Kompas.com - 14/11/2020, 13:51 WIB
Ardito Ramadhan,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo diminta untuk menginstruksikan pembenahan internal Kepolisian RI (Polri). Pasalnya, Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) menerima laporan terkait maraknya praktik kekerasan yang dilakukan aparat dalam menangani aksi unjuk rasa, termasuk pada aksi menolak Undang-Undang Cipta Kerja pada 6 hingga 8 Oktober 2020.

"Kontras mendesak Presiden Joko Widodo untuk menginstruksikan pembenahan di tubuh Polri, dimulai dari instruksi kepada Polri untuk melakukan penegakan hukum terhadap seluruh peristiwa kekerasan dan pelanggaran HAM oleh aparat kepolisian dengan melibatkan lembaga pengawas eksternal, masyarakat sipil, secara independen," kata Koordinator Kontras Fatia Maulidiyanti, dalam siaran pers, Jumat (13/11/2020).

Baca juga: Kontras Sebut Video Kompilasi Dugaan Kekerasan Aparat Bukan Provokasi, tetapi Kenyataan

Fatia menuturkan, melalui kanal partisipasi, Kontras mendapat 1.900 dokumentasi berbentuk foto dan video yang menunjukkan praktik kekerasan oleh aparat kepolisian.

Praktik kekerasan yang dimaksud antara lain mengintimidasi dan merepresi massa aksi dengan memaki, menyemprotkan air dengan water cannon, menembakkan gas air mata, memukul, menendang, dan berbagai tindakan tidak manusiawi lainnya secara berulang-ulang.

Korbannya pun beragam, mulai dari mahasiswa, aktivis, buruh, jurnalis, hingga warga yang tidak ada kaitannya dengan aksi unjuk rasa.

"Kami menilai penggunaan kekuatan oleh Polri bukan lagi sebagai upaya penegakan hukum ataupun menjaga keamanan, melainkan sebagai bentuk relasi kuasa antara negara dengan warga negara dalam bentuk penghukuman tidak manusiawi kepada massa aksi dalam rangka memberangus kebebasan berekspresi, berkumpul, dan menyampaikan pendapat," kata Fatia.

Baca juga: Kontras Unggah Video Kompilasi Dugaan Kekerasan Aparat Atasi Demonstrasi, Polri Sebut Tendensius

Aksi kekerasan tersebut, lanjut Fatia, juga ditemukan pada sejumlah aksi yang terjadi pada 2019 seperti aksi May Day di Bandung, aksi di Bawaslu pada Mei 2019, dan aksi Reformasi Dikorupsi.

Menurut Fatia, ketiga peristiwa itu menunjukkan pola yang sama yakni penggunaan kekuatan secara eksesif, tindak penghukuman yang tak manusiawi, serta tidak adanya pengusutan serius kepaada aparat yang melakukan kekerasan.

 

Polisi membubarkan massa saat kericuhan terjadi di seputar Patung Kuda, Jakarta, Selasa (13/10/2020). Demonstrasi menolak UU Cipta Kerja.KOMPAS.com / KRISTIANTO PURNOMO Polisi membubarkan massa saat kericuhan terjadi di seputar Patung Kuda, Jakarta, Selasa (13/10/2020). Demonstrasi menolak UU Cipta Kerja.

Pola lain yang ditemukan adalah sulitnya mengakses informasi mengenai keberadaan peserta aksi yang ditangkap dan ditahan serta adanya upaya menghalangi akses bantuan hukum.

Fatia mengatakan, peristiwa tersebut berulang karena tidak ada mekanisme akuntabilitas negara yang efektif dan memberikan keadilan kepada korban.

Baca juga: Kontras: Pemerintah Merasa Kritik Publik Hambat Investasi dan Ekonomi

"Minimnya ruang akuntabilitas serta mekanisme koreksi yang lemah serta tidak efektif mengakibatkan keberulangan pelanggaran HAM di sektor kebebasan berekspresi, berkumpul, dan menyampaikan pendapat," kata Fatia.

Selain itu, Kontras juga mendesak Jokowi agar menginstruksikan dilakukannya penegakan hukum serta memaksimalkan mekanisme koreksi, baik internal maupun eksternal, pada setiap Kepolisian Daerah untuk mengusut tuntas kasus kekerasan oleh aparat.

Kemudian, Jokowi didesak untuk mengevaluasi kinerja Kapolri Jenderal Polisi Idham Azis perihal brutalitas aparat kepolisian dalam menangani aksi massa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Nasional
Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Nasional
Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Nasional
AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

Nasional
Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

Nasional
Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

Nasional
AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

Nasional
Prabowo Presiden Terpilih, AHY: Kami Imbau Semua Terima Hasil, Semangat Rekonsiliasi

Prabowo Presiden Terpilih, AHY: Kami Imbau Semua Terima Hasil, Semangat Rekonsiliasi

Nasional
Prabowo: Jangan Jadi Pemimpin kalau Tak Kuat Diserang, Duduk di Rumah Nonton TV Saja

Prabowo: Jangan Jadi Pemimpin kalau Tak Kuat Diserang, Duduk di Rumah Nonton TV Saja

Nasional
Dewas Akan Sidangkan Dugaan Pelanggaran Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron 2 Mei

Dewas Akan Sidangkan Dugaan Pelanggaran Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron 2 Mei

Nasional
Prabowo-Gibran Tiba di Istana untuk Bertemu Jokowi

Prabowo-Gibran Tiba di Istana untuk Bertemu Jokowi

Nasional
AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum 'Clear', Masih Dihuni Warga

AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum "Clear", Masih Dihuni Warga

Nasional
Tak Persoalkan PKB Ingin Kerja Sama dengan Prabowo, PKS: Kita Enggak Jauh-jauh

Tak Persoalkan PKB Ingin Kerja Sama dengan Prabowo, PKS: Kita Enggak Jauh-jauh

Nasional
Bapanas Prediksi Harga Bawang Merah Normal 30-40 Hari ke Depan

Bapanas Prediksi Harga Bawang Merah Normal 30-40 Hari ke Depan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com