JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Zubairi Djoerban mengatakan, pengujian sebuah vaksin yang hanya melibatkan sekitar 1.000 hingga 2.000 relawan belum cukup untuk mengetahui apakah vaksin yang telah diuji coba aman atau tidak.
Hal ini merujuk uji klinis tahap ketiga vaksin Sinovac yang dilakukan Indonesia yang diberikan kepada 1.620 relawan.
"Uji klinis tiga pada sekitar 1.000-an sampai 2.000-an relawan, belum cukup untuk menentukan vaksin itu aman dan efektif," ujar Zubairi ketika dikonfirmasi Kompas.com, Kamis (12/11/2020).
Zubairi lantas menyinggung uji klinis tahap ketiga terhadap vaksin yang sama yang dilakukan Brasil. Di negara tersebut, uji coba dilakukan terhadap 10.000 relawan.
Namun, uji klinis itu kini ditangguhkan setelah didapati ada relawan meninggal dunia.
Baca juga: Brasil Hentikan Uji Klinis Vaksin Sinovac, Ini Tanggapan PB IDI
"Diduga karena ada relawan yang meninggal dunia. Meskipun, belum tentu hal tersebut akibat vaksin," ujar Zubairi.
"Ya, mungkin kematian relawan itu ada hubungannya dengan vaksin. Mungkin juga tidak. Saat ini sedang diteliti," katanya.
Hal seperti ini, lanjut dia, pernah terjadi pada relawan vaksin Oxford-AstraZeneca di Inggris.
Kejadian lainnya adalah komplikasi pada relawan uji vaksin Johnson & Johnson di Amerika Serikat.
"Pada perkembangannya, ketika uji vaksijn Oxford-AstraZeneca dilanjutkan, memang tidak terbukti menimbulkan efek samping yang serius," ungkap Zubairi.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan