Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lemahnya Kepatuhan Masyarakat Terhadap Protokol Kesehatan yang Picu Lonjakan Kasus Covid-19

Kompas.com - 11/11/2020, 10:09 WIB
Dian Erika Nugraheny,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Meski telah berjalan selama delapan bulan, pandemi Covid-19 di Indonesia belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir dalam waktu dekat. Bahkan di sejumlah daerah, peningkatan kasus justru terjadi hingga akhirnya membuat belasan wilayah kota/kabupaten justru masuk ke dalam wilayah dengan risiko penularan tinggi atau zona merah.

Hal itu tidak terlepas dari kepatuhan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan yang belum maksimal. Padahal, penerapan protokol kesehatan merupakan salah satu kunci untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona. 

Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Sonny Harry B Harmadi mengungkapkan, dari tiga hal yang diatur dalam penerapan protokol kesehatan, masyarakat disebut masih kurang patuh dalam penerapan protokol menjaga jarak.

"Ini data selama seminggu terakhir berarti dari Selasa minggu lalu. Ini ternyata yang memakai masker se-Indonesia hampir 85 persen rata-rata. Kemudian yang mampu menjaga jarak hanya 80,73 persen," ujar Sonny dalam sebuah diskusi daring, Selasa (10/11/2020).

Baca juga: Atasi Covid-19, Pemerintah Diminta Maksimal Lindungi Dokter dan Tenaga Kesehatan

Penerapan protokol kesehatan, yaitu menggunakan masker, mencuci tangan dengan sabun, serta menjaga jarak sedianya harus dilakukan secara bersamaan. Ketika ada salah satu yang tidak diterapkan maka potensi penularan virus corona masih cukup tinggi.

"Risiko tertular itu akan turun ya ketika kita cuci tangan, ketika kita pakai masker apalagi maskernya masker bedah, mampu menjaga jarak minimal satu meter. Kalau diterapkan tiga-tiganya kita bisa mengurangi risikonya sampai 99 persen," jelasnya.

Terpisah, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengingatkan, penting bagi masyarakat untuk tetap menerapkan protokol kesehatan pada situasi apapun. Terutama, ketika berada pada situasi dengan tingkat kerumunan tinggi.

Ia menyatakan, virus corona yang menjadi penyebab Covid-19 adalah virus yang tidak bisa dilihat. Bahkan, tidak semua orang yang dinyatakan positif Covid-19 menunjukkan adanya gejala penyakit tersebut sebelum akhirnya menjalani tes.

Baca juga: Berharap pada Vaksin Covid-19

Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk terus menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

"Saya imbau bagi seluruh elemen masyarakat agar memiliki kepedulian bahwa kita masih berada dalam kondisi pandemi Covid-19," ujar Wiku saat dikonfirmasi Kompas.com, Selasa (10/11/2020). 

 

Penularan meningkat

Wiku menuturkan, penanganan pandemi Covid-19 selama sepekan terakhir di sejumlah daerah justru kurang baik. Indikasi ini terlihat dari adanya peningkatan kasus positif Covid-19 sebesar 8,2 persen dibandingkan pekan sebelumnya.

Berdasarkan catatan satgas, ada 19 kabupaten/kota yang masuk ke dalam zona merah risiko penularan virus corona.

"Pada pekan ini, yang menjadi sorotan pada 19 kabupaten/kota yang berpindah dari zona oranye ke zona merah. Padahal, sebelumnya di zona oranye seharusnya bisa berpindah ke zona kuning (risiko rendah)," kata Wiku.

"Apabila masyarakat dan pemerintah daerah lengah, kabupaten/kota di zona oranye dapat berpindah ke zona merah. Dan ini terjadi pada 19 kabupaten/kota pekan ini. Ini menunjukkan Pemerintah Daerah dan masyarakatnya benar-benar lengah," lanjut Wiku.

Baca juga: Kekhawatiran Klaster Baru Covid-19 Setelah Penyambutan Rizieq Shihab...

Adapun 19 daerah yang dimaksud, ialah Kota Bengkulu, Bantul, Bekasi, Cilacap, Magelang, Karanganyar, Semarang, Kota Tegal, Tanah Bumbu, Kotawaringin Timur, Sukamara, Sumbawa, Kota Bima, Kota Kupang, Banggai Kepulauan, Kota Tomohon, Tanah Datar, Kota Gunungsitoli dan Karawang.

Terpisah, Sekretaris Daerah Karawang Acep Jamhuri menyatakan, salah satu penyebab terjadinya lonjakan kasus Covid-19 di wilayahnya akibat adanya kegiatan masyarakat yang disinyalir kurang memperhatikan aspek protokol kesehatan.

"40 orang berasal dari klaster ulang tahun komunitas tari," ungkap Acep, Senin (10/11/2020).

Dijelaskan, puluhan orang yang dinyatakan positif itu diduga sebelumnya berkerumun saat merayakan ulang tahun salah seorang anggota komunitas tersebut. Seseorang yang dinyatakan positif Covid-19, meniup lilin kue tart sembari dikelilingi oleh peserta lainnya.

"Droplet orang positif itu menyebar ke kue tart. Kuenya dimakan peserta pesta dan mereka bernyanyi bersama. Itu yang membuat pesta ultah menjadi klaster," terang Acep.

Baca juga: 444.348 Kasus Covid-19 di Indonesia dan 19 Daerah yang Jadi Zona Merah

Selain itu, Wiku juga melaporkan adanya lima provinsi yang masuk ke dalam jajaran lima daerah yang mencatat penambahan kasus Covid-19 tertinggi secara mingguan.

"Sangat disayangkan, provinsi yang sebelumnya keluar dari lima besar, pekan ini malah kembali masuk lima besar," ujar Wiku dalam konferensi pers daring yang ditayangkan kanal YouTube BNPB.

Kelima daerah yang dimaksud yakni Jawa Tengah (naik 919), Jawa Barat (naik 833), DKI Jakarta (naik 410), Kalimantan Timur (naik 207) dan Kalimantan Barat (naik 199). 

Di sisi lain, peningkatan kasus kematian juga dilaporkan mengalami peningkatan 3,6 persen. 

Pekan ini ada lima besar provinsi yang masih perlu menekan angka kematiannya, diantaranya Jawa Tengah (naik 25), Jawa Timur (naik 10), Sumatera Selatan (naik 9), Banten (naik 8) dan Sumatera Utara (naik 8).

Sementara itu, persentase kematian tertinggi secara keseluruhan berada di Jawa Timur (7,14 persen), NTB (5,46 persen), Sumatera Selatan (5,39 persen), Jawa Tengah (4,95 persen) dan Bengkulu (4,62 persen).

Untuk diketahui, hingga Selasa (10/11/2020), akumulasi kasus positif Covid-19 mencapai 444.348 kasus sejak kasus pertama diumumkan pada 2 Maret lalu.

Dari jumlah tersebut, 375.741 orang telah dinyatakan sembuh dan 14.761 orang dinyatakan meninggal dunia. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pakar Nilai Gugatan PDI-P ke PTUN Sulit Dikabulkan, Ini Alasannya

Pakar Nilai Gugatan PDI-P ke PTUN Sulit Dikabulkan, Ini Alasannya

Nasional
Airlangga Klaim Pasar Respons Positif Putusan MK, Investor Dapat Kepastian

Airlangga Klaim Pasar Respons Positif Putusan MK, Investor Dapat Kepastian

Nasional
PDI-P Sebut Proses di PTUN Berjalan, Airlangga Ingatkan Putusan MK Final dan Mengikat

PDI-P Sebut Proses di PTUN Berjalan, Airlangga Ingatkan Putusan MK Final dan Mengikat

Nasional
Golkar Belum Mau Bahas Jatah Menteri, Airlangga: Tunggu Penetapan KPU

Golkar Belum Mau Bahas Jatah Menteri, Airlangga: Tunggu Penetapan KPU

Nasional
Prabowo: Kami Berhasil di MK, Sekarang Saatnya Kita Bersatu Kembali

Prabowo: Kami Berhasil di MK, Sekarang Saatnya Kita Bersatu Kembali

Nasional
Kepala BNPT: Waspada Perkembangan Ideologi di Bawah Permukaan

Kepala BNPT: Waspada Perkembangan Ideologi di Bawah Permukaan

Nasional
KPK Dalami 2 LHKPN yang Laporkan Kepemilikan Aset Kripto, Nilainya Miliaran Rupiah

KPK Dalami 2 LHKPN yang Laporkan Kepemilikan Aset Kripto, Nilainya Miliaran Rupiah

Nasional
Pertamina dan Polri Jalin Kerja Sama dalam Publikasi untuk Edukasi Masyarakat

Pertamina dan Polri Jalin Kerja Sama dalam Publikasi untuk Edukasi Masyarakat

Nasional
Satkar Ulama Dukung Airlangga Jadi Ketum Golkar Lagi, Doakan Menang Aklamasi

Satkar Ulama Dukung Airlangga Jadi Ketum Golkar Lagi, Doakan Menang Aklamasi

Nasional
Gibran Temui Prabowo di Kertanegara Jelang Penetapan Presiden-Wapres Terpilih

Gibran Temui Prabowo di Kertanegara Jelang Penetapan Presiden-Wapres Terpilih

Nasional
KPU Batasi 600 Pemilih Tiap TPS untuk Pilkada 2024

KPU Batasi 600 Pemilih Tiap TPS untuk Pilkada 2024

Nasional
Dianggap Sudah Bukan Kader PDI-P, Jokowi Disebut Dekat dengan Golkar

Dianggap Sudah Bukan Kader PDI-P, Jokowi Disebut Dekat dengan Golkar

Nasional
PDI-P Tak Pecat Jokowi, Komarudin Watubun: Kader yang Jadi Presiden, Kita Jaga Etika dan Kehormatannya

PDI-P Tak Pecat Jokowi, Komarudin Watubun: Kader yang Jadi Presiden, Kita Jaga Etika dan Kehormatannya

Nasional
Menko Polhukam: 5.000 Rekening Diblokir Terkait Judi Online, Perputaran Uang Capai Rp 327 Triliun

Menko Polhukam: 5.000 Rekening Diblokir Terkait Judi Online, Perputaran Uang Capai Rp 327 Triliun

Nasional
Golkar Sebut Pembicaraan Komposisi Menteri Akan Kian Intensif Pasca-putusan MK

Golkar Sebut Pembicaraan Komposisi Menteri Akan Kian Intensif Pasca-putusan MK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com