JAKARTA, KOMPAS.com - Saksi bernama Rahmat mengaku diarahkan Jaksa Pinangki Sirna Malasari dalam memberikan keterangan saat diperiksa Jaksa Agung Muda Bidang Pengawasan (Jamwas) dan Jaksa Agung Muda Bidang Pidana Khusus (Jampidus).
Hal itu diungkapkan Rahmat saat bersaksi untuk terdakwa Jaksa Pinangki di Pengadilan Tipikor Jakarta, Senin (9/11/2020).
"Bu Pinangki mengatakan, 'Rahmat nanti kan akan diperiksa oleh Jamwas, nanti bilangnya kita ada bisnis ya’, kan memang saya dan Bu Pinangki awalnya bertemu untuk bisnis," ucap Rahmat saat sidang seperti dikutip dari Antara.
Baca juga: Jaksa Singgung Sosok “King Maker” di Sidang Jaksa Pinangki
Rahmat pun mengaku menjawab sesuai arahan Pinangki saat dirinya diperiksa oleh Jamwas pada 24-25 Juli 2020.
"Karena memang saya kenal Bu Pinangki dari bisnis, tapi Bu Pinangki mengatakan bisnis PLTU saat bertemu pengusaha Jo Chan di Malaysia tapi kami tidak pernah bahas PLTU," tuturnya.
Menurut Rahmat, ia mengikuti arahan Pinangki karena memercayai jaksa tersebut.
Dari informasi yang diperoleh dari teman-temannya, Pinangki disebut memiliki banyak kenalan di Kejaksaan. Namun, Rahmat sendiri mengaku tidak tahu siapa saja atasan Pinangki.
Rahmat juga menyebutkan, Pinangki memiliki backing, yaitu atasannya.
"Kata Bu Pinangki sudah dikondisikan dengan atasan saya," ujar Rahmat.
Baca juga: Saksi Sebut Pinangki Abaikan Kewajiban Lapor Keberadaan Djoko Tjandra di Malaysia
Akan tetapi, ketika ditanya Ketua Majelis Hakim Ignasius Eko Purwanto, Rahmat mengaku tidak tahu siapa atasan yang dimaksud Pinangki.
Kemudian, sebelum diperiksa oleh Jampidsus pada Agustus 2020, Pinangki disebut ingin mengunjungi Rahmat di rumahnya. Rahmat kemudian menolak.
Lalu, Pinangki disebut meminta bertemu di kantor Rahmat. Pinangki, katanya, kembali memberi arahan.
"Bu Pinangki mengatakan ‘Besok pagi jam 10 saya ke kantor kamu deh, nanti ada mobil Vellfire putih jemput, kita putar-putar saja’," ucap dia.
"Lalu saya tunggu di lobi kantor, kemudian ada mobil Vellfire datang yang mengendarai suami Bu Pinangki lalu kami ke tiga ruko dari kantor saya, kemudian Bu Pinangki mengatakan ‘Kalau di Pidsus jangan lupa sesuai keterangan di Jamwas," kata Rahmat.
Namun, saat diperiksa di Jampidsus pada 10 Agustus 2020, Rahmat mengaku mengubah keterangannya sesuai kejadian.
Dalam kasus ini, Pinangki didakwa menerima uang 500.000 dollar Amerika Serikat dari Djoko Tjandra. Uang itu diduga terkait kepengurusan fatwa untuk Djoko Tjandra di MA.
Dari jumlah yang ia terima, Pinangki memberikan 50.000 dollar AS kepada rekannya dalam kepengurusan fatwa tersebut, Anita Kolopaking.
Baca juga: Majelis Hakim Tolak Eksepsi Jaksa Pinangki, Sidang Dilanjutkan
Sementara, sisanya sebesar 450.000 dollar AS digunakan untuk keperluan pribadi Pinangki.
Pinangki membeli mobil BMW X-5, membayar dokter kecantikan di Amerika Serikat, menyewa apartemen atau hotel di New York, membayar tagihan kartu kredit, serta membayar sewa dua apartemen di Jakarta Selatan.
Atas perbuatannya, Pinangki dijerat Pasal 5 ayat 2 jo Pasal 5 ayat (1) huruf a UU Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tipikor subsider Pasal 11 UU Tipikor.
Pinangki juga didakwa melakukan tindak pidana pencucian uang (TPPU). Pinangki dijerat Pasal 3 UU Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan TPPU.
Terakhir, Pinangki didakwa melakukan pemufakatan jahat dan dijerat Pasal 15 jo Pasal 5 Ayat (1) huruf a UU Tipikor subsider Pasal 15 jo Pasal 13 UU Tipikor.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.