Dalam kurun waktu 6-7 November 2020 di mana ada 4.262 kasus baru, didapat dari pemeriksaan terhadap 38.249 spesimen dari 29.116 orang yang diperiksa.
Secara keseluruhan, 4.754.436 spesimen dari 3.059.777 orang telah diperiksa.
Baca juga: Penduduk Pulau Terpencil Gunakan Adat Kuno untuk Hindari Pandemi Covid-19
Pemeriksaan spesimen tersebut dilakukan dengan menggunakan tes real-time polymerase chain reaction (PCR) dan tes cepat molekuler (TCM).
Sebagai informasi, satu orang bisa menjalani pemeriksaan spesimen sebanyak lebih dari satu kali.
Di sisi lain, sejumlah pasien positif Covid-19 masih menjalani perawatan atau disebut sebagai kasus aktif.
Berdasarkan data pemerintah, terdapat 54.879 kasus aktif hingga 7 November 2020.
Adapun mereka sedang menjalani perawatan di rumah sakit atau isolasi mandiri di rumah.
Dalam data yang sama, pemerintah mengumumkan kasus suspek Covid-19 berjumlah 56.461 orang.
Baca juga: Tolak Pemakaman Jenazah Pasien Covid-19, Pemkab Wakatobi: Risikonya Berat
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/413/2020 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease 2019 (Covid-19), suspek merupakan istilah pengganti untuk pasien dalam pengawasan (PDP).
Sementara itu, sejumlah akademisi Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia (FIA UI) yang tergabung dalam tim Periset Cluster Innovation and Governance (CIGO) menemukan, sebagian masyarakat masih percaya bahwa pandemi Covid-19 adalah konspirasi elit global.
Hal tersebut tercermin dari jawaban sebagian responden kajian ini.
"Pada kajian ini diperoleh insight pula bahwa sebanyak 21 persen atau 150 responden meyakini Covid-19 merupakan konspirasi elit global," ungkap Kepala Kantor Humas dan Keterbukaan Informasi Publik UI, Amelita Lusia lewat keterampilan resmi, Jumat (6/11/2020).
Baca juga: Survei UI: Masih Ada Warga yang Percaya Covid-19 Konspirasi Elit Global
"Mayoritas responden yang menyatakan hal tersebut berasal dari Bogor dan DKI Jakarta, yaitu sebesar 24,1 persen dan 22,5 persen," imbuhnya.
Responden yang masih meyakini hoaks konspirasi elite global di balik pandemi Covid-19 umumnya warga berusia 25-40 tahun, berpendidikan SMP-SMA, dan dengan pengeluaran kurang dari Rp 2,5 juta sebulan.
"Penelitian ini juga menemukan hasil bahwa responden yang mempercayai Covid-19 adalah konspirasi elit global, mayoritas memiliki persepsi bahwa virus ini hanya berbahaya untuk masyarakat lansia dan masyarakat dengan komorbid (penyakit penyerta)," ungkap Amelita.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.