Selain itu, polarisasi yang terjadi di AS pun, menurut Ujang, sama dengan Indonesia pada tahun lalu.
Dia menilai, kemungkinan karena kedua negara sama-sama menganut sistem demokrasi.
"Dan demokrasi di Indonesia kan banyak merujuk ke AS. Demokrasi memang menghasilkan persaingan kontestasi terbuka dan ketat. Dan persaingan dalam kontestasi politik tersebut bisa mengarah ke polarisasi dan konflik," kata Ujang.
Baca juga: Menang atau Kalah Pilpres AS, Pendukung Trump Disebut Lebih Besar dari Sebelumnya
Namun, kata dia, demokrasi juga punya jalan keluar dengan cara konsensus.
"Sekeras apa pun persaingan dan pertarungan dalam pilpres, ujung dari itu semua adalah bagaimana bisa mengakui kemenangan lawan dengan lapang data," ujar dia.
Diberitakan, kedua calon presiden Amerika Serikat masing-masing mengeklaim kemenangannya dalam Pilpres AS 2020.
Bahkan, baik kubu capres petahana dari Partai Republik Donald Trump maupun penantangnya dari Partai Demokrat Joe Biden sudah menyiapkan tim pengacara, sebagaimana dilansir BBC.
Baca juga: AS Perpanjang GSP, Indonesia Berharap Bisa Ikut Tingkatkan Investasi
Tim Kampanye Trump menantang penghitungan suara di negara bagian kunci, yakni Wisconsin, Pennsylvania, dan Michigan.
Dilansir dari BBC, Biden menang di Michigan. Sementara sejumlah media AS juga memperkirakan Biden telah memenangi Wisconsin.
Di sisi lain, belum ada hasil yang muncul di Pennsylvania.
Jika Biden memenangi ketiga negara bagian penting tersebut, yaitu Wisconsin, Pennsylvania, dan Michigan, keadaan itu akan melenggangkannya ke Gedung Putih.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.