JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) sekaligus Wakil Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC PEN) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, perlu ada teknologi produksi dalam negeri untuk penanganan pandemi Covid-19.
Utamanya, untuk mendukung proses tracing, testing dan treatment Covid-19.
“Kita harus menciptakan sebuah sistem yang dibuat oleh anak bangsa di dalam negeri untuk menanggulangi pandemi Covid-19,” ujar Luhut dikutip dari siaran pers di laman resmi Kemenkomarives, Rabu (4/11/2020).
Menurutnya, berbagai inovasi anak bangsa dapat didorong demi optimalisasi upaya testing, tracing, tracking, dan treatment di Indonesia.
Baca juga: Napi yang Positif Covid-19 Tetap di Lapas Pekanbaru, Ini Alasannya
Inovasi tes cepat berbasis antigen misalnya, memiliki akurasi yang lebih baik dari tes cepat berbasis antibodi.
"Dibandingkan dengan tes PCR, harganya juga lebih murah dan hasilnya bisa keluar dalam hitungan menit. Sudah ada dua tes cepat berbasis antigen buatan dalam negeri yang telah mendapat ijin edar dari Kementerian Kesehatan," ungkap Luhut.
Dia menyebut, Kementerian Kesehatan adalah leading sector, di mana pengujian teknologi baru akan bermuara di Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kemenkes.
Balitbangkes akan dibantu dalam pengelolaan data dan informasi soal Covid-19.
“Mimpi saya, Indonesia punya satu data kesehatan di Kemenkes yang saling terintegrasi. Misalnya, integrasi dengan BPJS Kesehatan," lanjut Luhut.
Selain tes cepat berbasis antigen, ada juga RT Lamp dan Genose. RT Lamp yang dikembangkan oleh LIPI menunjukkan kekeruhan warna untuk menentukan diagnosis, apakah seseorang terinfeksi virus corona atau tidak.
Menteri Riset dan Teknologi Indonesia/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional Indonesia (Menristek/BRIN) Bambang Brodjonegoro mengatakan, ada pula Genose yang hanya memerlukan waktu sekitar lima menit untuk memperoleh hasil pemeriksaan Covid-19.
Pemeriksaan menggunakan Genose tidak perlu reagen. Melainkan hanya butuh sampel hembusan napas.
Baca juga: Luhut: UU Cipta Kerja Akan Luruskan Hal-hal yang Tak Lurus
“Testing-nya sangat murah dibandingkan dengan rapid test antibodi. Realibilitasnya juga tinggi,” ujar Bambang.
Dia mengungkapkan, saat ini ad lebih dari 61 produk inovasi yang sedang dirancang untuk upaya testing, tracing, tracking, dan treatment, protokol kesehatan juga tetap sangat penting dilakukan.
"Kita perlu terus mengkomunikasikan dan mensosialisaskan protokol kesehatan yang ada,” tambah Bambang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.